Polisi di Yogyakarta ini jadi bapak asuh 30 anak yatim piatu
Polisi di Yogyakarta ini jadi bapak asuh 30 anak yatim piatu. Saking sayangnya ke para anak asuhnya Ali kerap memberikan hadiah jika anak asuhnya berprestasi di sekolah. Hadiah atau bonus ini digunakannya untuk memacu anak asuhnya agar semangat belajar dan bisa berprestasi di sekolahnya
Belasan anak kecil nampak sedang bercanda di sebuah rumah yang berada di Jalan Purbayan, Gang Janoko No 1296A, RT 58 RW 14, Kotagede, Yogyakarta. Tawa riang dan celetukan khas anak-anak sesekali terdengar dari rumah itu. Belasan anak ini tengah bermain dan bercanda usai belajar mengaji.
Di tengah belasan anak ini, nampak duduk seorang pria mengenakan peci dan sarung. Sesekali, pria ini turut terlibat canda tawa dan bercanda dengan anak-anak tersebut. Pria itu adalah Brigadir Nur Ali Suwandi atau akrab disapa dengan Pak Ali adalah seorang anggota kepolisian yang bertugas di Propam Polda DIY.
Selain menjalankan profesinya sebagai seorang polisi, Ali juga menjadi bapak asuh dari 30 orang anak yatim piatu. Anak yatim piatu ini diasuh dan diajarinya mengaji.
Sudah sejak tahun 2008, Ali mulai mengabdikan dirinya untuk anak yatim piatu. Di tahun itu, Ali memulai menampung anak yatim piatu di rumah-rumah warga.
"Saat itu belum ada tempat untuk mereka tinggal seperti sekarang. Jadi masih dititipkan di rumah-rumah. Di awal kami sempat mengasuh 10 anak yatim. Kita bantu biayanya agar bisa sekolah dan uang bulanannya," ujar Ali saat ditemui di penghujung bulan Maret.
Ali menceritakan bahwa kemudian, dirinya mendapatkan sebuah pemberian rumah dari ayah mertuanya. Rumah itulah yang saat ini digunakan sebagai kantor Yayasan Bumi Damai yang menjadi tempatnya menampung anak yatim piatu. Di rumah itulah, berbagai aktivitas dilakukan. Dari untuk tinggal anak yatim piatu, tempat belajar mengaji hingga tempat belajar pelajaran.
"Anak yang mau ikut, saya bawa kesini, kegiatannya seperti di rumah, belajar, Ngaji, hafalan-hafalan. Tapi saat ini dipakai yang laki-laki. Kalau yang perempuan saat ini masih saya kontrakan di belakang rumah," papar Ali.
Ali menuturkan bahwa ada 30 anak yatim piatu yang saat ini ditampung di yayasannya. Mereka berasal dari berbagai daerah.
"Paling tua ada yang mahasiswa. Terkecil usia 19 bulan, tetapi malam pulang soalnya masih membutuhkan asi ibunya. Ada teman sekantor dan teman di Wirobrajan yang ikut membantu," kata Ali.
Ali menceritakan bahwa ada salah satu anak angkatnya yang saat ini menjadi anggota polisi sama seperti dirinya. Anak asuh itu bernama Rahmat, warga Panggang, Gunungkidul. Rahmat sudah sejak berusia SMP menjadi anak angkat Ali.
"Dia itu tinggal hanya sama ibunya, kita sekolahkan sampai lulus SMA. Lalu mendaftar dan diterima, sekarang dinas di Kelapa Dua Jakarta," terang Ali.
Usai Rahmat diterima menjadi polisi, Ali berpesan agar jangan pernah lupa dengan ibunya. Pesan itu pun dilaksanakan, dan saat ini Rahmad secara rutin mengirim uang kepada ibunya untuk keperluan sehari-hari dan biaya hidup.
"Saya peseni, jangan lupakan ibumu. Soal saya, tidak usah dipikirkan, melihat kamu sukses saja sudah sangat senang," ucap Ali.
Ali mengakui bahwa menanggung biaya 30 anak asuh terhitung berat. Biaya yang dikeluarkan untuk biaya sekolah, makan dan kebutuhan sehari-hari. Meskipun berat tetapi permasalahan biaya tak pernah dijadikan Ali sebagai beban. Pasalnya, bapak dua anak ini yakin selalu ada jalan keluar untuk membiayai anak asuhnya.
"Alhamdulilah selalu saja ada. Kita punya usaha soundsystem, lalu dibantu istri juga jualan batik, ada juga donatur dari teman-teman, ulama juga ada," urai Ali.
Disampaikannya, di awal mengasuh anak yatim piatu ini tidak semua orang hingga teman kantornya di Kepolisian mengetahui apa yang dilakukannya. Namun setelah beberapa waktu berjalan teman kantor dan beberapa orang mengetahui dan langsung turut serta memberikan bantuan atau menjadi donatur.
Sebagai bapak asuh dari 30 anak yatim piatu, Ali terjun langsung dalam keseharian anak asuhnya. Dari mengajar mengaji, mengajar pelajaran hingga mengajak bermain anak asuhnya.
"Saya mendidik dengan lembut, penuh kasih sayang. Mereka sudah jadi anak-anak saya. Kalau hari libur kadang saya ajak wisata. Ini saya sudah janji ke anak-anak liburan besok mau ke pantai," tutur Ali.
Saking sayangnya ke para anak asuhnya Ali kerap memberikan hadiah jika anak asuhnya berprestasi di sekolah. Hadiah atau bonus ini digunakannya untuk memacu anak asuhnya agar semangat belajar dan bisa berprestasi di sekolahnya
"Dulu sempat ada anak yang nilainya kurang. Lalu saya bilang kalau besok nilainya ada peningkatan akan dibelikan sepeda. Ya saya belikan, soalnya nilainya meningkat lumayan," contoh Ali.