Prihatin tata ruang, aktivis mandi semen di depan DPRD DIY
Mereka merasa tata ruang Yogyakarta sudah memprihatinkan.
Pegiat menamakan diri Masyarakat Peduli Tata Ruang Yogyakarta menggelar aksi teatrikal di depan kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta, Senin (29/2). Kegiatan itu digelar dilakukan sebagai bentuk keprihatinan warga terhadap tata ruang Yogyakarta yang habis hanya buat pembangunan gedung-gedung.
Aksi teatrikal dilakukan dengan cara melumuri semen ke tubuh salah satu peserta aksi berpakaian adat Jawa di depan DPRD DIY. Sebelum dimandikan semen ke seluruh tubuhnya, dia terlebih dahulu dililit dengan kain bergambar uang Dollar.
Koordinator Aliansi Masyarakat Peduli Tata Ruang Kota Yogyakarta, FX Harry Cahya mengatakan, aksi teatrikal mandi semen ini sebagai bentuk refleksi pembangunan hotel, mall, dan apartemen yang menjamur.
"Lama-lama bukan gedung semen saja, tapi juga manusia semen. Ini bentuk keprihatinan kita terhadap apa yang terjadi di Yogyakarta," kata Harry usai aksi.
Harry mengatakan, tata ruang Kota Yogyakarta dan Sleman sudah dalam kondisi darurat. Kampung-kampung tradisional berangsur-angsur hilang digeser gedung-gedung besar. Di sisi lain, pembangunan hotel, mal, dan apartemen tidak sesuai dengan jumlah ruang terbuka hijau.
"Seluruh lokasi di Yogyakarta sudah dieksploitasi kepentingan komersil. Mulai utara lereng Merapi, kota Yogya, hingga pesisir selatan, sudah dikomersilkan," ujar Harry.
Menurut Harry, pembangunan itu juga menabrak wilayah Bangunan Cagar Budaya (BPCB) yang seharusnya dilindungi. Dia pun mempertanyakan citra Yogyakarta sebagai kota budaya, kota pendidikan yang inklusif, keberagaman, dan adi luhung.
"Sri Sultan HB IX pernah berkata Sitik Edhing, sedikit yang penting semuanya bisa merasakan. Nasehat itu mengingatkan bahwa ruang adalah rumah kita bersama, bukan punya investor saja," tutup Harry.