PSK dari kalangan pelajar paling diburu pengusaha
Tarif PSK dari kalangan pelajar ini cukup mahal.
Kisah pekerja seks komersil (PSK) pelajar bisa dibilang unik. Jika PSK pada umumnya tak terikat waktu melayani, berbeda dengan PSK pelajar.
Rita (18), siswi SMA swasta di bilangan Sekip Palembang mengungkapkan, ia baru bisa bekerja setelah jam sekolah antara pukul 14.00 hingga 20.00 WIB. Itu pun harus mengelabuhi orangtuanya dulu dengan alasan les atau ada pelajaran tambahan sekolah agar tak dicurigai.
ABG yang tergolong cantik ini mengaku kerap diboking pelanggannya lewat mami. Sebab, ia enggan memberikan nomor telepon kepada pelanggannya.
"Nanti dicurigai orangtua kalau ada telepon masuk ngajak kencan. Apalagi, handphone saya sering dipinjam adik saya," ungkap Rita kepada merdeka.com saat ditemui di salah satu mal di Palembang, Sabtu (8/3).
Untuk memakai jasanya, tak sembarang tempat dan waktu. Pria hidung belang tidak bisa semalaman bersamanya. Karena ia sendiri mematok waktu hingga pukul 20.00 WIB.
"Kalau mau jangan malam-malam, paling mentok jam 8 saja. Kalau lebih dari itu, bisa-bisa disemprot bokap," akunya.
Rita mengaku, menjadi PSK pelajar bukan pilihan hidupnya. Namun, tuntutan ekonomi membuatnya pasrah mengambil keputusan untuk terjun ke dunia prostitusi.
Ia berasal dari keluarga kurang mampu. "Zaman gini enggak ada uang, bisa-bisa ditinggalin teman-teman. Mana ada teman ngajak jalan kalau dompet ga berisi. Masa diongkosin terus," katanya.
Pengguna PSK muda di kota itu sebagian besar para pelaku bisnis dan kalangan berduit yang ingin mendapatkan sensasi lain. Bukan hanya itu, wanita-wanita juga digunakan untuk memperlancar bisnisnya dengan menjamu konsumen atau relasi bisnis.
Ronald (45), salah satu pengusaha mebel di Palembang mengaku memakai jasa PSK muda itu hanya untuk mencari sensasi yang tidak diperoleh saat berhubungan dengan istrinya. "Bosan dengan cara hubungan seks sama istri, monoton. Sekali-kali bolehlah nikmati yang lebih bergairah," ujarnya.
Diakuinya, untuk bercinta sesaat dengan PSK pelajar itu harus mengeluarkan isi dompet lebih banyak dari PSK lainnya. Paling tidak, sekali kencan Rp 1,5 juta harus dibayar. Itu sudah termasuk hotel dan makan-makan.
"Walaupun mahal tapi yang didapat juga berimbang. Pokoknya enggak nyesal," katanya.