Punggung balita korban penyanderaan di angkot berdarah tergores besi
Punggung balita korban penyanderaan di angkot berdarah tergores besi. Kapolres Jakarta Timur Kombes Andry Wibowo mengatakan di punggung Dafa ada luka goresan akibat besi di dalam angkot.
Dafa Ibnu Hafidz, balita malang korban penyanderaan dalam angkot di daerah Buaran, Jakarta Timur, hingga kini masih terbaring lemah di rumah sakit. Dafa masih trauma serta harus menahan sakit di bagian punggungnya.
Kapolres Jakarta Timur Kombes Andry Wibowo mengatakan di punggung Dafa ada luka goresan akibat besi di dalam angkot.
"Korban balita masih dirawat di rumah sakit. Karena di punggungnya itu ada luka goresan," ungkap Andry saat dihubungi merdeka.com, Senin (10/4).
"Punggungnya kena besi yang ada di dalam angkot. Diduga besi tempat duduk dalam angkot," tambahnya.
Selain itu, lanjut Andry, Dafa juga masih dalam terapi lantaran trauma imbas persitiwa penyanderaan yang ia alami. "Masih diterapi juga. Karena penanganan kalau orang dewasa dan balita sakit itu kan berbeda. Jadi untuk korban balita kita lakukan terapi juga," ungkapnya.
Perawatan Dafa pun yang semula di Rumah Sakit Pondok Kopi kini dirujuk ke RS Persahabatan. "Makanya dirujuk sekarang ke RS Persahabatan untuk mendapat perawatan lebih lanjut," ucap Andry.
Sedangkan, untuk kondisi Risma, ibunda Dafa hingga kini sudah berangsur pulih. "Ibunya sudah mulai pulih. Sekarang lagi menamani anaknya di rumah sakit," pungkasnya.
Sebelumnya, Risma Oktaviani dan putranya yang masih balita, Dafa Ibnu Hafiz Minggu (9/4) kemarin jadi korban penyanderaan. Mereka menumpang angkot T25 jurusan Rawamangun-Pondok Kopi.
Keduanya naik angkot sekitar pukul 19.00 Wib dan ada dua penumpang lainnya. Kemudian tak berapa lama, naiklah pelaku, Hernawan. Tiba-tiba saja, Hermawan mengeluarkan senjata tajam dan mengalungkannya ke Risma yang sedang menggendong anaknya.
Seisi angkot mendadak panik, lalu lintas di sekitar lokasi kejadian pun ramai, bahkan macet. Tanpa pikir panjang pelaku minta perhiasan Risma dan meminta angkot segera dijalankan. Sayang, posisi pelaku keburu tersudut. Semua orang melihat, mengepung, tak ada jalan keluar lagi.
Hermawan pun panik, semakin menjadi, sedikit menyayat senjata tajam yang dia pakai untuk menyandera Risma dan anaknya. Akibatnya, darah pun keluar dari leher Risma. Polisi yang melintas, Aiptu Sunaryanto pun mencoba bernegosiasi.
"Dia minta kalau angkotnya jalan dan minta dibebasin," ujar saksi mata E.
Permintaan tak dituruti, meski pelaku sudah teriak-teriak di tengah kepungan warga dan polisi yang ada di lokasi. Risma tampak pasrah, lemas, tak berkutik, dikalungkan senjata pelaku, anaknya yang tak tahu apa-apa pun demikian.
Aiptu Sunaryanto terus berusaha melobi Hermawan. Namun pelaku tetap ngotot. Tak mau jatuh korban jiwa, petugas berinisiatif menembakkan senjata kepada pelaku. Alhasil, sandera pun berhasil diselamatkan.