PVMBG belum bisa pastikan Gunung Agung sudah stabil
PVMBG belum bisa pastikan Gunung Agung sudah stabil. Kata dia lagi, status Gunung Agung bisa memungkinkan diturunkan bila sudah menunjukkan bahwa magma tidak punya mobilitas bergerak ke atas.
Kendati sudah terlihat mulai menurun, namun asap yang disemburkan dari kawah Gunung Agung di Karangasem secara visual terlihat masih memunculkan warna gelap pekat. Anwar Sidiq, petugas pos pengamatan gunung api Agung di Rendang, Karangasem, mengatakan ketinggian asap yang keluar dari puncak kawah mencapai kisaran 1.000-1.500 meter.
Lanjutnya, tremor lemah masih tetap terekam terjadi secara terus menerus. Pun pergerakan dari aktivitas gunung dengan ketinggian 3.142 meter dari permukaan laut (mdpl) sudah mulai menurun atau meredup.
Menyikapi aktivitas gunung Agung selama tiga hari ini, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) belum berani mengambil keputusan terkait Gunung Agung.
"Kita perlu lihat ke depan apa yang akan terjadi. Kita belum bisa mengambil keputusan apakah proses erupsi ini sudah berhenti atau masih berlangsung," kata Kepala Sub Bidang Mitigasi Gunung Api Wilayah Timur PVMBG, Devy Kamil Syahbana di Pos Pengamatan Gunung Api Agung di Desa Rendang, Karangasem, Bali Selasa (5/12).
Menurut Devy, turunnya peningkatan kepulan asap kelabu di puncak kawah Gunung Agung bisa terjadi karena kemungkinan habisnya energi magma atau sebaliknya, energinya masih ada namun terjadi penyumbatan. Meski begitu, yang menjadi pegangan masih tingginya aktivitas Gunung Agung yakni seismik masih merekam gempa-gempa yang menandakan adanya aliran fluida magma ke permukaan.
Untuk dapat menyimpulkan apakah masa kritis Gunung Agung mulai mereda atau sebaliknya masih dibutuhkan waktu pengamatan berbagai teknologi. "Kalau energi magma sudah habis harusnya ada penurunan progresif seluruh parameter pemantauan seperti visual, seismik, deformasi, geokimia dan penginderaan jauh satelit," terangnya.
Kata dia lagi, status Gunung Agung bisa memungkinkan diturunkan bila sudah menunjukkan bahwa magma tidak punya mobilitas bergerak ke atas.
"Kalau sekarang kita mau jadikan suatu kesimpulan, tren-nya pendek sekali. jadi, kita belum bisa menyimpulkan. Kita harus punya sampel yang lebih panjang, yang lebih jelas. Kita tunggu dulu sampai jelas tren-nya mengarah ke satu skenario tertentu. Apalagi trendnya masih naik turun," demikian Devy.
Baca juga:
Meski aman debu vulkanik Gunung Agung, maskapai memilih tetap batalkan penerbangan
Akibat erupsi Gunung Agung, Rp 9 triliun potensi penerimaan devisa hilang
Erupsi Gunung Agung, Polisi bantu jaga rumah hingga ternak milik warga
Kekurangan air bersih, napi narkotika Karangasem & Klungkung dipindah ke Bangli
Akibat erupsi Gunung Agung, wisatawan asing ke Bali turun 87,9 ribu
-
Kapan Gunung Semeru erupsi? "Terjadi erupsi Gunung Semeru pada hari Senin, 6 Mei 2024 pukul 05.43 WIB dengan tinggi kolom letusan teramati sekitar 700 meter di atas puncak atau sekitar 4.376 mdpl," kata Petugas Pos Pengamatan Gunung Semeru Mukdas Sofian, Senin (6/5).
-
Di mana letak Gunung Semeru yang mengalami erupsi? Gunung Semeru yang berada di perbatasan Kabupaten Lumajang dengan Malang, Jawa Timur mengalami erupsi dengan tinggi letusan teramati 600 meter di atas puncak atau 4.276 meter di atas permukaan laut (mdpl) pada Rabu.
-
Kapan Gunung Tangkuban Perahu dikabarkan erupsi? Beredar sebuah video di media sosial Facebook yang mengandung narasi bahwa Gunung Tangkuban Perahu yang berada di Bandung, Jawa Barat, mengalami erupsi pada tanggal 11 Juni 2024 lalu.
-
Kenapa Gunung Agung di Bali dikeramatkan? Gunung Agung merupakan gunung yang dikeramatkan warga Bali, karena ada banyak pantangan yang harus dipatuhi ketika akan mendaki.
-
Dimana letak Gunung Agung, gunung tertinggi di Bali? Gunung Agung yang terletak di Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem ini memiliki ketinggian 3.031 mdpl.
-
Bagaimana bukti bahwa Gunung Tangkuban Perahu mengalami erupsi? PenelusuranCek Fakta merdeka.com melakukan penelusuran melalui Google Image dan menemukan bahwa video yang beredar merupakan video yang diunggah oleh akun Youtube Imam Budiman pada tanggal 27 Juli 2019.