Rahasia orang dahulu berumur panjang
Pola hidup sehat diimbangi makanan bergizi dipercaya bisa memperpanjang usia.
Fenomena Mbah Gotho, pria asal Desa Cemeng, Kecamatan Sambungmacan, Kabupaten Sragen telah melewati beberapa era pemerintahan di Indonesia. Berdasarkan data identitas Kartu Tanda Penduduk (KTP) yang ia miliki, dia lahir pada tahun 1870 silam. Walaupun usianya sudah terbilang sangat tua, namun mbah Gotho masih terlihat cukup sehat, meski tubuhnya telah membungkuk lantaran banyak duduk.
Ahli Gizi Ati Nirwanawati mengatakan bahwa salah satu rahasia orang yang lahir pada masa penjajahan yaitu melakukan aktivitas secara maksimal, seperti bekerja di sawah dan tidur yang cukup.
"Kegiatan sehari-hari mereka sudah sangat teratur. Mereka melakukan aktivitas secara maksimal seperti bekerja di sawah, serta tidur yang cukup," kata Ati kepada merdeka.com saat dikonfirmasi melalui sambungan telepon, Kamis (1/9).
Dia melanjutkan, selain sangat teratur pada pola kegiatan sehari-hari, dia juga menyebutkan bahwa orang-orang zaman dahulu sangat teratur dalam mengatur pola makan mereka.
"Mereka rata-rata makan teratur, makan tiga kali sehari. Dan yang pasti mereka sarapan dahulu sebelum memulai aktivitas," ucapnya.
Selain itu, orang pada zaman dahulu juga lebih sering mengontrol pola makannya agar dapat melakukan aktivitas yang seimbang.
"Mereka lebih sering makan sayur, dan porsi makannya tidak terlalu banyak. Para orang tua zaman dahulu tidak suka dengan camilan," papar Ati.
Dia pun membandingkan antara pola hidup zaman dahulu dengan era modern seperti saat ini. Di zaman era modern, para ibu muda lebih senang membeli makanan cepat saji seperti junkfood atau mi instan.
"Kan hidup di Ibu Kota tingkat stresnya lebih tinggi, banyak waktu yang terbuang begitu saja karena urusan pekerjaan dan lain. Alhasil banyak ibu-ibu muda sekarang yang borong camilan seperti mi instan keripik-keripik yang ada bahan pengawet untuk anaknya," ucapnya.
Dia melihat bahwa masyarakat sekarang jarang untuk berolahraga, sehingga aktivitasnya dinilai kurang maksimal.
"Kalau orang-orang di desa kan rumahnya luas, sehingga sebelum memulai aktivitasnya di sawah, dia sudah berolahraga ringan terlebih dahulu. Kalau zaman sekarang mereka pada sibuk, olahraga jarang dan ke mana-mana pakai transportasi. Makan berlebih namun olahraga kurang, seperti makan junkfood karena di nilai lebih dekat," pungkasnya.