Ramadhan: Larang SBY bikin buku 'curhat' itu zalim
"Mereka sok mau ngatur. Oposisi jangan langgar HAM SBY dong," ujar Ramadhan Pohan.
Wakil Sekjen Partai Demokrat Ramadhan Pohan tampak geram dengan kritik yang dilontarkan sejumlah pihak tentang buku 'Selalu Ada Pilihan' karangan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang akan diluncurkan bulan depan.
Dia menuding balik jika banyak pihak yang khawatir dengan kharisma SBY yang akan dituangkan dalam buku nanti.
Ramadhan merasa aneh jika ada pihak-pihak yang tidak setuju atau mengkritik buku SBY. Dia menjelaskan, jika buku itu adalah hak pribadi seorang Ketua Umum Partai Demokrat.
"Aneh oposan Indonesia ini. Orang nerbitkan buku kok diatur-atur. Otoriter sekali. Apa urusan mereka dengan hak asasi orang menerbitkan buku? Mau besok, lusa, tahun depan, SBY ingin terbitkan buku, bukan urusan oposisi," ujar Ramadhan dalam pesan singkat, Senin (11/11).
Ramadhan menyebut pihak-pihak yang melarang SBY buat buku adalah orang zalim. Dia mengingatkan agar partai oposisi tidak melarang apapun yang menjadi hak seorang presiden dalam berkarya.
"Nyata sekali mereka zalim sama SBY. Mereka sok mau ngatur. Oposisi jangan langgar HAM SBY dong," imbuhnya.
Ramadhan pun merasa heran dengan orang-orang yang mengomentari rencana SBY meluncurkan buku tersebut. Dia yakin, jika komentar itu dilancarkan sebagai bentuk ketakutan oposisi.
"Saya tidak tahu motivasi mereka. Yang pasti, mereka gentar dengan kharisma SBY. Khawatir atas kekuatan dan ketokohan SBY sekaligus makin meruntuhkan oposan naif tersebut," ujar dia.
Wakil Ketua Komisi I DPR ini merasa yakin jika buku itu sama sekali tidak mengganggu kinerja SBY sebagai kepala pemerintahan. "Kinerja pemerintah SBY tak terganggu sama sekali. Jalan terus. Yang terganggu justru para oposan sendiri. Mereka galau," pungkasnya.
Sebelumnya, Anggota Komisi III DPR Eva Kusuma Sundari mengatakan, pembuatan buku adalah hak pribadi setiap orang. Namun ia mengusulkan agar SBY belajar dari petinggi negara lain seperti Bill Clinton dan Nelson Mandela.
"Haknya beliau, tetapi sepatutnya mendahulukan kepentingan publik dari pada kepentingan pribadi apalagi curhat. Seperti Clinton, Tony Blair, Mandela, mereka menulis biografi setelah turun dari kekuasaan. Tahun terakhir untuk menggenjot prestasi," kata Eva dalam pesan singkat, Senin (11/11).
Politikus asal PDI Perjuangan (PDIP) ini enggan berpolemik jika buku ciptaan SBY ini terindikasi untuk menyerang lawan politik jelang Pemilu 2014. Eva menyebut, yang harus dikritisi dalam pembuatan buku adalah sikap profesionalitas seorang presiden.
"Enggak usah dikait-kaitkan ke hal yang lain, ini soal profesionalitas Pak SBY sebagai pemimpin nasional untuk mendahulukan kepentingan publik dari pada pribadi," terangnya.