Reformasi TNI masih terganjal sikap tentara arogan
Jenderal Moeldoko minta TNI jangan ditarik-tarik memihak kekuatan tertentu dalam politik.
Panglima TNI, Jenderal Moeldoko meminta masyarakat agar tak menarik TNI ke dalam kancah politik. Karena hal tersebut berseberangan dengan semangat reformasi.
"Masyarakat jangan tarik-tarik kami ke kancah politik, biarkan TNI masuk ke dalam habitat yang sesungguhnya," ujar Moeldoko saat menyampaikan Kuliah Umum Militer dalam Konteks Civil Society dan Demokrasi di Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Pabelan, Kartasura, Sukoharjo, Jumat (19/9).
Menurut Moeldoko sekarang ini, TNI harus bisa bermain cantik di ruang sempit. Di satu sisi TNI harus mampu menjaga stabilitas, dan bersamaan dengan itu dia juga harus menjaga demokrasi agar berjalan baik.
"Di era dimana semangat untuk membangun demokrasi yang sehat sedang tinggi-tingginya ini kita harus bisa bermain cantik," tandasnya.
Moeldoko mengemukakan TNI harus tegas, netral dan profesional. Kalau TNI bermain-main di kancah politik, pasti akan sulit untuk bertindak dan bersikap profesional.
"Yang kita inginkan ke depan adalah membangun negara yang kuat dengan rakyat yang berdaulat," ucapnya.
Reformasi internal di tubuh TNI terkait bidang politik, lanjut Moeldoko sudah berjalan cukup baik. Sekarang ini tidak ada lagi jabatan struktural TNI di bidang tersebut. Pekerjaan rumah yang masih dirasakan berat untuk menuju reformasi itu adalah membangun kultur TNI baru yang sesuai kultur reformasi.
"Buktinya saat ini masih banyak anggota TNI yang bersikap arogan," katanya.
Menurut Moeldoko, kultur dalam TNI itu terbentuk dari sub-sub kultur yang berbeda-beda. Oleh karena itu memang tidak mudah, harus dimulai dari nol dan membutuhkan waktu yang panjang.