Rhoma, Dahlan, HT & Samad jadi korban 'PHP' elite parpol
PHP alias pemberi harapan palsu. Rupanya tak hanya ABG saja yang bisa di-PHP, para tokoh politik pun ikut jadi korban.
Ada banyak cara yang dilakukan partai-partai politik menggaet perolehan suara di ajang Pemilihan Umum (Pemilu). Salah satunya, dengan mengusung tokoh-tokoh yang populer di kalangan masyarakat.
Namun, tak sedikit pula, tokoh-tokoh populer itu hanya dijadikan 'pancingan' agar rakyat dapat mengenal dan memilih partai tersebut. Para tokoh populer itu diiming-imingi tawaran Calon Presiden maupun Calon Wakil Presiden, agar mendongkrak elektabilitas partai.
ABG menyebut hubungan ini sebagai 'PHP' alias pemberi harapan palsu. Rupanya tak hanya ABG saja yang bisa di-PHP, para tokoh politik pun ikut jadi korban.
Siapa saja para tokoh yang diberi harapan palsu oleh Partai Politik itu? Berikut rangkuman merdeka.com.
-
Apa judul disertasi yang diuji oleh Rhoma Irama? Judul disertasi Firdaus Turmudzi adalah 'Trilogi Dakwah Rhoma Irama dalam Musik Dangdut Indonesia'.
-
Bagaimana bentuk studio milik Rhoma Irama? Berbeda dengan studio musik konvensional, Soneta Record memiliki area yang sangat luas. Bahkan, Atta diajak untuk menjelajahi beberapa sudutnya. Salah satu sudut yang paling menarik adalah gua yang khusus dibuat oleh Rhoma untuk kepentingan bermusik.
-
Siapa yang menemani Rhoma Irama saat mencoblos? Jadi Pusat Perhatian, Ini 8 Potret Rhoma Irama Nyoblos di TPS Didampingi Istri Tercinta Ricca Rachim membuktikan kesetiaannya kepada sang raja dangdut dengan menggandeng mesra suaminya, yang langsung menjadi sorotan warga di TPS.
-
Apa yang dilakukan Rhoma Irama dan Ricca Rachim saat mencoblos? Usai nyoblos, Rhoma Irama dan Ricca Rachim menunjukkan jarinya yang berlumur tinta ungu.
-
Bagaimana Rhoma Irama berjuang dalam film "DARAH MUDA"? Rhoma dan Ani dihadapkan pada konflik cinta dan perbedaan generasi dalam film "DARAH MUDA" (1977).
-
Apa yang diprotes oleh Cak Imin terkait debat capres? Cawapres nomor urut 01, Muhaimin Iskandar (Cak Imin) memprotes soal dua panelis debat capres yang berasal dari Universitas Pertahanan.
Rhoma Irama diusung PKB
Raja dangdut Rhoma Irama menjadi korban 'PHP' oleh para elite Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Pria yang dikenal dengan nama Bang Haji ini gagal dijadikan Capres dari partai tersebut.
Padahal, partai di bawah pimpinan Muhaimin Iskandar alias Cak Imin itu telah mengajak Rhoma berkampanye ke daerah-daerah di seluruh Indonesia. Atribut kampanye, berupa pamflet, leaflet, spanduk juga menggambarkan sosok Rhoma menjadi Capres PKB.
Namun, hal itu tiba-tiba berubah ketika Cak Imin menyatakan dukungannya kepada Capres PDIP Jokowi. Roma sungguh kaget dan menyebut kontrak politik PKB dengan dirinya hanya basa basi saja.
"Kontrak politik (antara dirinya dan Cak Imin) itu basa-basi aja, karena ilegal dan tidak sesuai dengan AD/ART," kata Rhoma kepada merdeka.com, Minggu (11/5)
Rhoma melanjutkan, dirinya telah siap bersedia menjadi Cawapres PKB. Rhoma juga menyebut etika politik Cak Imin buruk.
"Tapi sebetulnya, saya bersedia kemarin (menjadi capres PKB), ingin mengharapkan itikad baik. Jadi di sini etika politik yang seharusnya berlaku," ujarnya.
Abraham Samad mau dipinang Jokowi
Korban 'PHP' elite politik sempat jatuh ke Ketua KPK Abraham Samad. Abraham satu dari dua calon lainnya, yang dilirik Capres PDIP Jokowi untuk menjadi pasangan Cawapresnya dalam Pilpres 9 Juli mendatang.
Selain Abraham, calon lainnya yang menjadi wacana Jokowi menjadi cawapres yakni Jusuf Kalla. Meski demikian tampaknya Abraham sudah bersiap-siap untuk dipinang. Pria asal Makassar ini bahkan mengaku jika dirinya telah mengantongi izin kepada pimpinan KPK lainnya untuk maju sebagai Cawapres.
"Jadi seperti yang dulu saya katakan pada saudara-saudara bahwa sebagai manusia biasa, manusia beragama kita tidak mampu menolak takdir, Begitu pula kita tidak mampu mengatur takdir. Saya sudah tanya pimpinan KPK yang lain nggak ada masalah," kata Abraham usai menghadiri Rapimnas LDII di Balai Kartini, Jakarta, Kamis (15/5)
Namun apa mau dikata. Jokowi ternyata lebih memilih JK ketimbang Abraham.
Bahkan kini, dikabarkan internal KPK akan mengkonfirmasi soal manuver politik Abraham tersebut.
Hary Tanoe dan Wiranto
Setelah pindah dari Partai Nasdem, Hary Tanoe diharapkan akan mendongkrak suara Partai Hanura di Pileg lalu. Namun, kenyataannya perolehan suara Hanura tidak sampai 5 persen kala itu.
Karena tak sesuai target itulah, Hary Tanoe mulai digoyang. Hary Tanoe diminta bertanggung jawab karena suara Hanura jauh dari harapan. Ketua DPP Partai Hanura Yudi Chrisnandi paling bersuara lantang mengkritik Hary Tanoe. Dia menilai Hary Tanoe harus bertanggung jawab karena suara Hanura tak melampaui target.
"Tentunya Rapimnas seyogyanya memberikan catatan penting. Seharusnya memberikan evaluasi kinerja partai, tidak hanya Pak Hary Tanoe, tapi jajaran Bappilu," ujar Yudi.
Salah satu pendiri Partai Hanura Fuad Bawazier juga mengkritik keras Hary Tanoe. Menurutnya, kehadiran Hary Tanoe di Hanura tidak ada manfaatnya.
Padahal, agar elektabilitas Hanura meningkat, Hary Tanoe mengerahkan seluruh kekuatan medianya di bawah bendera grup MNC terus beriklan. Bahkan itu dilakukan jauh-jauh hari sebelum pileg. Iklan itu diputar berulang-ulang di media-media Hary Tanoe .
Hasil laporan Hanura yang disampaikan ke Komisi Pemilihan Umum (KPU), dana kampanye Hanura pada pileg sebesar Rp 374 miliar. Paling banyak dana kampanye untuk iklan di media cetak dan elektronik.
Namun pasangan Win-HT bubar. Wiranto membawa Hanura berkoalisi dengan Jokowi. Sementara Hary Tanoe dikabarkan memilih dekat dengan Prabowo.
Dahlan Iskan dan Konvensi Demokrat
Menteri BUMN Dahlan Iskan menjadi pemenang peserta Capres Konvensi Demokrat beberapa waktu lalu. Namun, menjadi pemenang dalam acara itu bukan berarti Partainya akan mengusung dirinya menjadi Capres.
Demokrat justru berwacana mengusung capres Sri Sultan Hamengkubuwono X. Usulan Sultan lantaran namanya masuk ke dalam tokoh-tokoh Indonesia paling berpengaruh berdasarkan survei.
Namun, wacana mencalonkan Sultan gagal. Demokrat pun malah memilih menjadi partai oposisi dibandingkan mencalonkan Capres Dahlan.
Pasalnya, kata Ketum Demokrat SBY, partainya tidak bisa berbuat banyak lantaran perolehan suara di Pileg lalu, hanya 10 persen. Namun akhirnya Demokrat tampaknya memilih oposisi setelah semua partai lain lebih dulu menentukan sikap.