Ribuan panci bertulis Alhamdu Allah juga ditemukan di Jember
MUI menilai hal ini sebagai bentuk pelecehan agama. Dia mendesak polisi untuk mengusut tuntas kasus tersebut.
Tidak hanya di Malang, ribuan panci bertulis 'Alhamdu Allah' juga beredari di Kabupaten Jember, Jawa Timur. Menyikapi hal ini, Ketua Majelis Ulama Indonesia Kabupaten Jember, Halim Subahar meminta aparat kepolisian mengusut tuntas.
"Aparat penegak hukum harus tegas terhadap persoalan pelecehan agama, karena selama ini tidak ada proses hukum yang tuntas terhadap hal-hal seperti itu, sehingga potensinya terulang kembali," kata Halim kepada Antara di Jember.
Ribuan panci bertuliskan Arab 'Alhamdu Allah' itu ditemukan di Kabupaten Jember pada Senin (25/1), bahkan sebagian peralatan dapur rumah tangga tersebut sudah di tangan konsumen dan beredar di masyarakat.
"Sejauh ini kasus seperti sandal berlafalkan Allah dan terompet menggunakan kertas Alquran tidak diusut secara tuntas oleh aparat penegak hukum, sehingga tidak ada efek jera bagi para pelaku untuk menistakan agama," tuturnya.
Untuk itu, lanjut dia, aparat kepolisian perlu melakukan klarifikasi terhadap pembuat peralatan dapur yang menempelkan stiker bertuliskan Arab 'Alhamdu Allah' dan mencari aktor intelektual yang sengaja membuat hal tersebut dengan jumlah ribuan yang ditemukan di Jember.
"Motivasinya apa produsen membuat tulisan itu dan pihak penegak hukum harus tuntas mengusut kasus itu karena jika tidak, pelecehan terhadap umat muslim akan terus terjadi," paparnya.
Dia menjelaskan pelecehan agama Islam yang tidak ditindaklanjuti dengan serius oleh aparat penegak hukum, akan memancing keresahan di tengah masyarakat karena beberapa kali terjadi kasus penistaan agama yang tidak diproses hukum hingga selesai.
"Kami berharap pihak Polres Jember serius menangani kasus ini dan mengusut tuntas hingga aktor intelektualnya agar tidak ada lagi pelecehan agama dilakukan oleh pihak-pihak tertentu yang tidak bertanggung jawab," tegasnya.
Sementara itu Kepala Kementerian Agama Jember Rosadi Badar mengatakan pihaknya masih akan melakukan koordinasi dengan MUI dan aparat kepolisian terkait persoalan itu.
"Dari tulisannya memang salah, seharusnya tertulis Alhamdulillah, namun tulisan itu bertuliskan Alhamdu Allah yang menyebabkan artinya juga beda," katanya.
Ia mengatakan penulisan bahasa Arab yang salah dan berada di tempat-tempat yang tidak seharusnya seperti peralatan dapur, akan menyebabkan keresahan umat Islam karena hal tersebut sangat sensitif mengarah ke isu SARA.
"Kami imbau semua pihak tidak main hakim sendiri karena hal tersebut sudah ditangani oleh aparat kepolisian dan pihak Kemenag siap memberikan pembinaan," ujarnya.