Menikmati Bubur Kanji Rumbi, Sajian Buka Puasa Khas Aceh yang Sudah jadi Tradisi
Salah satu sajian hidangan yang sudah menjadi tradisi ketika Ramadan ini dibuat dengan bumbu-bumbu yang kaya akan rempah dan pastinya menggugah selera.
Salah satu sajian hidangan yang sudah menjadi tradisi ketika Ramadan ini dibuat dengan bumbu-bumbu yang kaya akan rempah dan pastinya menggugah selera.
Menikmati Bubur Kanji Rumbi, Sajian Buka Puasa Khas Aceh yang Sudah jadi Tradisi
Aceh sangat terkenal dengan budaya Islam yang sudah mendarah daging di setiap lapisan masyarakat. Ketika Ramadan tiba, banyak tradisi-tradisi yang hadir setiap setahun sekali.
Berangkat dari sebuah hidangan berbuka puasa, kini menjadi sebuah tradisi yang sudah dijalankan secara turun-temurun. Menu hidangan berbuka yang lezat dan unik ini adalah bubur kanji rumbi.
(Foto: Liputan6.com)
-
Apa kuliner khas Aceh yang lezat saat Ramadan? Kelezatan Kuah Beulangong Menggugah Selera Menu unik Khas Aceh ini selalu ada di Pertengahan bulan suci Ramadan.
-
Apa hidangan khas Aceh yang terkenal? Mie Aceh merupakan salah satu kuliner khas Aceh yang telah meraih popularitas luas. Terkenal dengan gabungan rempah dan daging membuat hidangan ini memiliki cita rasa yang menggugah selera. Umumnya, mie aceh bisa disajikan dengan dua cara, yaitu digoreng atau berkuah.
-
Apa nama makanan khas Garut untuk berbuka puasa? Di Garut, Jawa Barat, terdapat satu menu takjil yang unik dan banyak diburu masyarakat sebagai makanan pendamping untuk berbuka puasa.Makanan tersebut bernama awug beras yang bentuknya mirip seperti nasi tumpeng.
-
Apa ciri khas Rumoh Aceh? Ada satu hal yang unik dari tempat tinggal orang Aceh ini, yaitu pintu masuk utama Rumoh Aceh terbilang pendek, tingginya hanya sekitar 120-150 Cm saja. Maka dari itu, setiap tamu yang datang harus menunduk.
-
Apa makanan khas Palembang untuk berbuka? Kota Palembang bukan hanya soal pempek, namun beberapa jenis kudapannya juga tak kalah lezat dan selalu diburu umat muslim sebagai menu berbuka puasa.
-
Makanan khas apa yang berasal dari Bukittinggi? Karupuak Sanjai, merupakan salah satu kudapan yang terbuat dari keripik singkong yang cukup populer. Bukan sekedar makanan ringan saja, camilan ini ternyata menyimpan sejarah yang cukup panjang.
Menu yang satu ini kerap muncul di masjid-masjid Aceh saat menjelang buka puasa. Bubur kanji rumbi sudah menjadi menu favorit dan diburu masyarakat Aceh. Bahkan, makanan ini kerap menjadi menu takjil yang dibagikan kepada masyarakat secara gratis.
Seperti apa kelezatan dan tradisi bagi-bagi bubur kanji rumbi di Aceh? Simak ulasan informasinya yang dihimpun dari beberapa sumber berikut ini.
Sejak Zaman Sultan Aceh
Mengutip Liputan6.com, menu bubur kanji rumbi sudah ada sejak cukup lama yakni zaman Kesultanan Aceh. Bagaimana tidak, bubur dengan bumbu rempah ini menjadi menu favorit para raja pada saat itu.
Bukan hanya menu hidangan di meja kerajaan saja, bubur kanji rumbi sudah pasti disajikan untuk para tamu keistimewaan kerajaan terutama saat Ramadan.
Pembuatan bubur ini tergolong mudah. Apabila kamu penasaran dengan rasanya, tak perlu jauh-jauh ke Aceh. Cukup dengan membuatnya sendiri di rumah meski menggunakan aneka macam bumbu rempah.
Menu Hidangan Berbuka
Di salah satu masjid di Kecamatan Kuta Alam, Banda Aceh ini sudah menjalankan tradisi bagi-bagi bubur kanji rumbi kepada masyarakat terutama untuk menu buka puasa.
Biasanya masjid ini akan memasak dua kuali besar berisi bubur kanji rumbi yang nantinya disajikan untuk kurang lebih sebanyak 200 orang secara gratis.
"Setiap masuk bulan puasa sudah jadi ciri khas di sini memasak Bubur Kanji Rumbi karena memang sudah tradisi turun-temurun,"
ucap Pengurus Badan Kemakmuran Masjid (BKM) Al-Furqan, Muhammad Al Kausar mengutip ANTARA (16/3).
Dicetuskan Ulama
Tradisi bagi-bagi bubur ini awalnya dilakukan oleh ulama asal India bernama Ustaz Said Yusuf Assegaf pada 1996 silam. Ia juga menjadi salah satu tokoh penting dalam memperkenalkan hidangan bubur kanji rumbi yang diwariskan turun-temurun.
Saat ini, tradisi tersebut banyak mendapat respons positif dari masyarakat. Tak tanggung-tanggung, banyak orang dermawan yang menyumbangkan uang untuk membeli bahan baku pembuatan bubur ini.
Agar tidak punah, tradisi ini selalu hadir setiap tahun sebagai bentuk merawat tradisi agar tidak kalah dengan teknologi. Bahkan dari pihak masyarakat sudah mewariskan kepada generasi muda untuk ikut andil dalam kegiatan tersebut.
"Maka dari itu kita terus menjadi donatur agar bisa mengadakan kegiatan ini secara terus menerus. Kemudian, kita ajak juga pemuda-pemuda Gampong untuk ikut mengamati dan bisa menjadi juru dapur dalam meracik bumbu,"
tutup Pengurus Badan Kemakmuran Masjid (BKM) Al-Furqan.