Runtuhnya dinasti keluarga Samawi di Bantul pertanda warga bosan
"Sederhana saja, artinya warga Bantul sudah jenuh, bosan dengan penguasa sekarang," ujar pengamat politik UGM.
Pilkada serentak di Bantul membuat banyak orang tercengang saat melihat hasilnya. Sri Suryawidati incumben yang juga istri mantan Bupati Bantul Idham Samawi yang berkuasa sejak tahun 1999 dikalahkan pendatang baru, yakni Suharsono.
Fenomena kemenangan Suharsono oleh pengamat politik UGM, Mada Sukmajati menilai sebagai bentuk kejenuhan warga Bantul terhadap penguasa sekarang ini.
"Sederhana saja, artinya warga Bantul sudah jenuh, bosan dengan penguasa sekarang. Mereka ingin figur pemimpin baru yang juga menawarkan sesuatu yang baru," katanya pada merdeka.com, Kamis (10/12).
Mada menilai Sri Suryawidati sendiri terbeban dengan sejumlah kasus korupsi yang sempat menjerat suaminya. Seperti diketahui, Idham sempat menjadi tersangka kasus korupsi dana hibah Persiba Bantul yang merugikan negara hingga Rp 12 Miliar.
"Dalam debat calon Bupati saya lihat kasus korupsi yang menjerat pak Idham tidak terantisipasi dengan baik. Ini menjadi beban, karena masyarakat sekarang semakin cerdas dan menginginkan kekuasaan yang transparan," ungkapnya.
Pada faktor inilah kemungkinan besar masyarakat kemudian berbalik memilih Suharsono yang merupakan pendatang baru yang mungkin memberikan harapan baru bagi perubahan di Bantul.
"Karena dalam Pilkada ini faktor figur dan ketokohan ini sengat besar pengaruhnya. Peran partai hanya sedikit. Kalau figurnya sudah tidak lagi bisa diterima masyarakat maka akan ditinggalkan," jelas Mada.
Sementara Suharsono sendiri mengaku kaget dengan kemenangannya. Dia merasa bayi kemarin sore dalam politik, namun bisa mengalahkan dinasti keluarga yang sudah berkuasa sejak lama.
"Saya itu baru enam bulan ikut politik, bayi kemarin sore. Rival saya sudah berpengalaman dan sangat kuat di Bantul," kata Suharsono.