Satgas Covid-19: Pesan Berantai Bahaya Vaksin terhadap Respons Imun, Hoaks
CHOP juga menyatakan bahwa berdasarkan hasil penelitian vaksin di laboratorium dengan hewan maupun uji klinis pada manusia, bukti adanya ADE belum ditemukan.
Satgas Penanganan Covid-19 menegaskan bahwa pesan berantai di whatsapp yang berupa video dengan narasi 'Potensi bahaya vaksin Covid-19' merupakan konten yang menyesatkan.
Dalam pesan berantai itu, disebutkan bahwa efek samping vaksinasi Covid-19 yakni munculnya fenomena ADE atau Antibody-dependent Enhancement.
Satgas penanganan Covid-19 memastikan hingga saat ini belum ada bukti terjadinya ADE.
-
Kapan virus corona ditemukan? Virus virus adalah sekelompok virus yang meliputi SARS-CoV (virus korona sindrom pernafasan akut parah), MERS-CoV (sindrom pernapasan Timur Tengah coronavirus) dan SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19.
-
Kapan virus menginfeksi sel inang? Virus dapat bertindak sebagai agen penyakit dan agen pewaris sifat. Dalam kehidupan sehari-hari, virus tidak lagi terdengar asing bagi kita. Bermacam-macam virus dapat menimbulkan berbagai penyakit pada tubuh manusia yang tidak diinginkan. Jika tubuh kita dalam kondisi menurun (lemah), maka kita dapat dengan mudah terserang penyakit atau virus. Virus dapat bertindak sebagai agen penyakit dan agen pewaris sifat. Sebagai agen penyakit, virus memasuki sel dan menyebabkan perubahan-perubahan yang membahayakan bagi sel, yang akhirnya dapat merusak atau bahkan menyebabkan kematian pada sel yang diinfeksinya. Sebagai agen pewaris sifat, virus memasuki sel dan tinggal di dalam sel tersebut secara permanen.
-
Bagaimana cara virus menginfeksi sel inang? Virus masuk ke dalam tubuh inang melalui berbagai cara, seperti udara, darah, cairan tubuh, atau kontak langsung dengan benda yang terkontaminasi virus. Virus mencari sel inang yang cocok untuk menginfeksi. Sel inang adalah sel yang memiliki reseptor yang sesuai dengan protein permukaan virus. Virus melekat pada reseptor sel inang dan memasukkan materi genetiknya (DNA atau RNA) ke dalam sel inang. Materi genetik virus dapat berbentuk untai tunggal atau ganda, linear atau sirkuler.
-
Apa itu virus? Virus adalah mikroorganisme yang sangat kecil dan tidak memiliki sel. Virus merupakan parasit intraseluler obligat yang hanya dapat hidup dan berkembang biak di dalam sel organisme biologis.
-
Bagaimana mutasi virus Corona pada pria tersebut terjadi? Selama masa infeksi, dokter berulang kali mengambil sampel dari pria tersebut untuk menganalisis materi genetik virus corona. Mereka menemukan bahwa varian asli Omicron BA1 telah mengalami lebih dari 50 kali mutasi, termasuk beberapa yang memungkinkannya untuk menghindari sistem kekebalan tubuh manusia.
-
Kapan anak yang terinfeksi gondongan bisa menularkan virus? Anak yang terinfeksi bisa menularkan virus sejak beberapa hari sebelum gejala muncul hingga lima hari setelah gejala berakhir.
"Konten yang menyesatkan. Video tentang respon imun ADE, berdasarkan hasil penelitian hingga saat ini tidak ditemukan karena penyakit virus corona pada manusia tidak memiliki atribut klinis, epidemiologis, biologis, atau patologis dari penyakit ADE," dikutip dari keterangan resmi Satgas Covid-19, Senin (8/3).
Dalam keterangan Satgas tersebut, terdapat beberapa referensi penjelasan fenomena ADE terhadap vaksinasi Covid-19. Yang pertama yakni dari jurnal PubMed.gov yang diterbitkan oleh Oxford University Press untuk Infectious Diseases Society of America tahun 2020.
“Mungkinkah vaksin COVID-19 membuat manusia peka terhadap infeksi terobosan yang bergantung pada antibodi (ADE)? Ini tidak mungkin karena penyakit virus corona pada manusia tidak memiliki atribut klinis, epidemiologis, biologis, atau patologis dari penyakit ADE yang dicontohkan oleh virus dengue (DENV). Berbeda dengan DENV, SARS dan MERS CoVs terutama menginfeksi epitel pernapasan, bukan makrofag. Selain itu, Satgas juga memaparkan penjelasan lainnya berdasarkan Children’s Hospital of Philadelphia (CHOP).
"Baik penyakit Covid-19 maupun vaksin Covid-19 baru tidak menunjukkan bukti penyebab ADE. Orang yang terinfeksi SARS-CoV-2, virus yang menyebabkan Covid-19, kemungkinan tidak mengembangkan ADE setelah terpapar berulang Ini juga berlaku untuk virus Corona lainnya".
Selain itu, CHOP juga menyatakan bahwa berdasarkan hasil penelitian vaksin di laboratorium dengan hewan maupun uji klinis pada manusia, bukti adanya ADE belum ditemukan.
Diketahui, pesan berantai tersebut sebelumnya juga sudah pernah beredar dan Satgas juga sudah mengklarifikasi narasi yang menyesatkan ini. Pada 6 Oktober 2020, Juru Bicara Satgas Covid-19, Wiku Adisasmito menyatakan, berdasarkan hasil penelitian para ahli, fenomena ADE tidak ditemukan di manusia.
"Fenomena ADE di SARS-CoV-2 sudah diselidiki sejak percobaan pra-klinis dan dinyatakan aman dan baik. Namun karena adanya perbedaan antara hewan percobaan dan manusia, tentu risiko ADE pada manusia juga harus diinvestigasi," sebut Wiku.
Wiku mengatakan fenomena ADE hanya terlihat pada penyakit dengue dan sejenisnya.
"Terkait dengan efek samping ADE, sejauh ini hanya terlihat pada penyakit dengue dan sejenisnya dan tidak pada virus lain. Fenomena ADE terlihat pada MERS, SARS, Ebola, HIV, semata-mata ditemukan in silico dan in vitro dan tidak menggambarkan fenomena di manusia," lanjut Wiku
Selain itu, pada 12 Oktober 2020, Guru Besar Fakultas Kedokteran & Ketua Tim Riset Uji Klinis Vaksin Covid-19 Universitas Padjajaran, Kusnandi Rusmil juga mengklarifikasi isu tersebut.
“Hingga saat ini belum ada bukti terjadinya ADE (pada kandidat vaksin Covid-19). Kewaspadaan dan monitoring terhadap keamanan vaksin tetap harus dilakukan," tegasnya.
Baca juga:
CEK FAKTA: Hoaks Banyak Data Orang Meninggal Akibat Vaksin Covid-19
Menkop Teten Ajukan Pelaku Koperasi dan UMKM di Daerah Disuntik Vaksin Covid-19
2.665 Pegawai Kejaksaan Agung Jalani Vaksinasi Covid-19 Dosis Pertama
Kemenkes: Cuma Gatal Ringan, Tak Ada Efek Samping Berat dari Vaksinasi Lansia
Kementerian BUMN dan IHC Gelar Sentra Vaksinasi Covid-19 Bersama Bagi Lansia
Prokes hingga Vaksinasi Mampu Menurunkan Kasus Aktif Covid-19 di Kepri