Sebelum Lion Air JT610 jatuh, ini yang terjadi pada 13 menit krusial
Pesawat Lion Air JT 610 jatuh di Teluk Karawang, kemarin. Hanya sekitar 13 menit setelah lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta menuju Pangkalpinang. Kapal terbang itu langsung hilang kontak.
Pesawat Lion Air JT610 jatuh di Teluk Karawang, kemarin. Hanya sekitar 13 menit setelah lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta menuju Pangkalpinang. Kapal terbang itu langsung hilang kontak.
Grafik yang disediakan situs pemantau penerbangan Flightradar24 menjadi petunjuk awal pergerakan Lion Air JT610 pada 13 menit krusial sebelum akhirnya terjun dengan kecepatan tinggi.
-
Bagaimana cara Lion Air merawat pesawatnya? Corporate Communications Strategic of Lion Air Group, Danang Mandala Prihantoro mengungkapkan, Batam Aero Technic (BAT) menjalankan proses MRO secara transparansi dan kepatuhan terhadap standar internasional. Setiap pesawat diperlakukan (penanganan) penuh perhatian dan ketelitian, mengikuti regulasi yang ketat industri penerbangan.
-
Kenapa pesawat Lion Air masuk bengkel? Pesawat memasuki bengkel atau hanggar untuk menjalani proses Maintenance, Repair, and Overhaul (MRO) karena alasan krusial yang berkaitan dengan keamanan, kinerja, dan keandalan pesawat.
-
Apa saja jenis perawatan yang dilakukan pada pesawat Lion Air? Berbagai jenis pemeriksaan perawatan dan perbaikan pesawat terbang yang dilakukan di bengkel atau di bandar udara (line maintenance) Pemeriksaan harian yang dilakukan sebelum dan sesudah pesawat terbang beroperasi, seperti sebelum keberangkatan (preflight check/ inspection), transit check dan daily inspection.
-
Kapan pesawat Lion Air masuk bengkel untuk perawatan? Jadwal ini mencakup interval waktu, jam terbang, atau jumlah pergerakan (lepas landas dan mendarat) yang harus dipenuhi oleh pesawat udara sebelum masuk bengkel.
-
Kapan Air Terjun Nyarai terbentuk? Di sini, kamu bisa menikmati gemuruh air dan kolamnya yang terbentuk sejak ratusan tahun lalu.
-
Kenapa AirAsia QZ8501 jatuh di Selat Karimata? AirAsia QZ8501 jatuh di Selat Karimata pada 28 Desember 2014 karena penyebab utamanya adalah kesalahan dalam manajemen penerbangan.
Sebuah analisis yang dilakukan para ahli penerbangan menggambarkan pesawat Lion Air dengan nomor JT610, sempat terbang dalam kondisi tidak menentu, turun naik dalam waktu singkat. Sebelum terjun dramatis menghempas laut.
Sekitar tiga menit setelah Boeing 737 Max 8 lepas landas menuju Pangkalpinang, pilot Bhavye Suneja meminta izin pada petugas kontrol lalu lintas udara untuk kembali ke Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten.
Sepuluh menit kemudian, sebagaimana dikutip dari News.com.au pada Selasa (30/10), pesawat itu jatuh ke perairan di lepas pantai Jawa, tepatnya di sekitar perairan Tanjung Karawang.
Data awal yang ditransmisikan oleh penerbangan Lion Air JT 610 menunjukkan pesawat nahas itu jatuh dengan kecepatan sangat tinggi. Diperkirakan jatuh dari ketinggian 1.479 meter hanya dalam waktu 21 detik.
"Kejatuhan normal pesawat seharusnya berada di antara kecepatan 450 meter hingga 600 meter per menit," ujar pakar keselamatan penerbangan John Cox kepada Bloomberg.
Data yang diperoleh oleh FlightRadar24 menunjukkan Lion Air terjun dengan kecepatan lebih dari 9.400 meter per menit.
"Hal ini benar-benar datang terkendali," kata Cox, yang menjalankan perusahaan konsultan Safety Operating Systems.
Sementara itu, analisis data oleh situs web Aviation Safety menggambarkan kecepatan dan ketinggian pesawat Lion Air JT610 berubah-ubah secara liar selama 13 menit sisa terbangnya.
Pesawat melakukan pendakian ke arah kiri setelah lepas landas, naik ke ketinggian 640 meter, dan kemudian sempat turun ke titik 450 meter, sebelum kembali terbang normal.
Beberapa waktu setelahnya, ketinggian pesawat dilaporkan terus goyah selama beberapa menit antara 1.370 hingga 1.630 meter sebelum terjun.
Boeing 737 Max 8 mengalami kecelakaan itu diketahui telah menerbangi rute yang berbeda pada Minggu 28 Oktober. Data serupa menunjukkan penerbangan terkait memiliki gerakan tidak menentu segera setelah tinggal landas, tetapi berhasil mendaki dan mempertahankan ketinggian tetap.
Lion Air telah mengkonfirmasi pesawat memiliki "masalah teknis" pada penerbangan hari Minggu, di mana "telah diselesaikan sesuai dengan prosedur".
Apa yang menyebabkan perubahan signifikan dalam ketinggian dan kecepatan, dan mengapa pilot meminta untuk kembali ke Jakarta beberapa saat setelah tinggal landas, kini akan menjadi fokus utama bagi para penyelidik.
Kecelakaan penerbangan Lion Air, meskipun cuaca cerah, awak pesawat yang berpengalaman dan Boeing 737 baru berusia dua bulan, telah menjadi sorotan gelap pada sejarah penerbangan sipil di sepanjang 2018.
Lion Air, sebagai salah satu maskapai penerbangan terbesar dan termuda di Indonesia, diketahui telah mengalami sejumlah kecelakaan dan malfungsi pada armadanya.
Berikut adalah ringkasan tentang deretan bencana aviasi yang melanda maskapai berlogo singa merah itu.
2004: Hanya empat tahun setelah mulai beroperasi, Lion Air mengalami kecelakaan mematikan pertama. Dua puluh lima orang tewas ketika penerbangan 538 jatuh di pemakaman di Surakarta, Jawa Tengah.
2006: Sebuah pesawat jenis McDonnell Douglas dihapus dari daftar armada setelah tergelincir di landasan pacu, saat akan mendarat di Bandara Internasional Juanda, Surabaya. Temuan tim penyelidik mengkonfirmasi bahwa pembalik dorong kiri, yang diperlukan untuk pendaratan, tidak berfungsi. Beruntung tidak ada laporan korban jiwa yang muncul.
2007: Semua maskapai penerbangan Indonesia, termasuk Lion Air, dilarang terbang ke Eropa karena masalah keamanan. Larangan ini melunak selama satu dekade berikutnya, dan benar-benar dicabut pada bulan Juni. Amerika Serikat (AS) juga mencabut larangan 10 tahun untuk maskapai penerbangan Indonesia pada tahun 2016.
2010: Beberapa penumpang terluka ketika penerbangan 712 mendarat dengan bagian lambung pesawar menghantam landasan pacu di Bandara Supadio, Pontianak. Semua 174 penumpang dan awak berhasil dievakuasi oleh seluncuran darurat.
2011 dan 2012: Pilot Lion Air ditangkap karena kepemilikan narkoba.
2013: Pada 13 April, penerbangan 904 dari Bandung ke Denpasar dengan 108 penumpang di dalamnya menabrak perairan dekat Bali, setelah melampaui landasan pacu saat mendarat. Badan pesawat Boeing 737-800 terbagi menjadi dua bagian dan penumpang harus berenang untuk menyelamatkan diri. Ajaibnya, semua selamat.
2014: Dua penumpang mengalami luka serius dan tiga lainnya menderita luka ringan ketika Boeing 737-900 mendarat keras di landasan pacu Bandara Internasional Juanda di Surabaya, dan terpental lima kali sebelum menghantam tanah.
2017: Sekitar 300 liter bahan bakar tumpah di landasan pacu Bandara Internasional Juanda Surabaya, yang berasal sayap pesawat Lion Air. Semua penumpang dievakuasi dan pesawat itu dikandangkan untuk penyelidikan lebih lanjut.
2018: Pada 28 April, penerbangan 892 tergelincir di landasan pacu Bandara Jalaluddin, Gorontalo, saat berusaha mendarat di tengah hujan lebat dan kegelapan. Bagian hidung pesawat rusak, tetapi tidak ada laporan korban jiwa.
Reporter: Happy Ferdian Syah Utomo
Sumber: Liputan6.com
Baca juga:
Analisis-analisis dugaan penyebab pesawat Lion Air jatuh di Karawang
Menhub Budi jatuhkan sanksi pada Lion Air usai proses investigasi rampung
KNKT kantongi informasi awal dugaan kerusakan Lion Air JT610
Cerita-cerita permintaan pramugari Lion Air JT610 sebelum kecelakaan
Aksi penyelam TNI AL cari korban Lion Air
Bos Lion Air Rusdi Kirana temui keluarga korban pesawat jatuh