Sedapnya Nasu Cemba khas Enrekang, perpaduan asam gurih yang bikin nagih
Dinamakan Nasu Cemba karena daun cemba yang dicampurkan dalam kuliner berbahan dasar daging iga sapi ini. Biasanya, daun Cemba tumbuh liar di Kota Massenrempulu yang artinya pinggiran gunung.
Jika anda sedang liburan ke Sulawesi Selatan, jangan dulu pulang ke kampung halaman sebelum mencicipi kuliner berbahan dasar daging sapi ini. Ini berbeda dengan coro atau konro dari Makassar ataupun sop saudara dari Kabupaten Pangkep. Meski sama-sama berkuah, kuliner Nasu Cemba dari Kabupaten Enrekang ini begitu terasa bumbunya dengan tekstur daging begitu empuk.
Soal rasa, jangan diragukan. Perpaduan rasa asam dan gurihnya membuat lidah anda tak berhenti bergoyang.Sangat cocok dinikmati dalam kondisi panas, apalagi pada bagian menyeruput kuahnya. Sedaaap...
-
Kuliner apa yang menjadi salah satu makanan khas Yogyakarta? Gudeg adalah salah satu makanan khas Yogyakarta yang paling terkenal.
-
Apa yang menjadi salah satu solusi untuk kemacetan di Jakarta? Wacana Pembagian Jam Kerja Salah satu ide yang diusulkan Pj Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono adalah pembagian jam masuk kerja para pekerja di Jakarta. Menurutnya, cara itu bisa mengurangi kemacetan hingga 30 persen.
-
Kapan Sentra Kuliner Ikan Kabupaten Garut diresmikan? Dikutip dari ANTARA, Rabu (28/6) sentra ikan tersebut diketahui baru diresmikan pada Selasa 26 Juni 2023 lalu.
-
Kuliner kekinian apa saja yang ditawarkan di Chillax Sudirman? Di sana, Anda bisa mencoba berbagai makanan dan minuman dari yang ringan sampai berat seperti sushi, steak, ramen, dan berbagai jajanan khas Korea atau Jepang.
-
Kapan kemacetan di Jakarta terjadi? Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, Rani Mauliani menerangkan, kemacetan parah di beberapa titik di Jakarta kerap terjadi pada jam berangkat dan pulang kerja.
-
Kenapa Jakarta semakin macet? Kemacetan di Jakarta dari waktu ke waktu semakin parah. Hingga kini, macet menjadi salah satu pekerjaan rumah yang harus diselesaikan oleh pemerintah provinsi DKI.
Dinamakan Nasu Cemba karena daun cemba yang dicampurkan dalam kuliner ini. Biasanya, daun Cemba tumbuh liar di Kota Massenrempulu yang artinya pinggiran gunung.
Nasu Cemba ini bisa ditemui di rumah makan Ade yang berlokasi di Kompleks Pasar Cakke, Kecamatan Anggeraja. Berjarak kurang lebih 25 kilometer dari Kota Kabupaten Enrekang.
Haji Dahera, (60), pemilik warung Ade, menceritakan sejarah Nasu Cemba. Menurutnya, kuliner tersebut warisan nenek moyang. Di setiap acara apapun misalnya pernikahan atau syukuran, tidak afdol rasanya kalau tak ada sajian Nasu Cemba.
Bahan dasarnya adalah daging yang masih melekat di tulang iga sapi. Selain lebih mudah digigit, rasanya lebih enak dibandingkan tulang lainnya..
Selain daun-daun cemba, bumbu-bumbu lain yang digunakan seperti batang serei, merica atau lada, ketumbar, kunyit, bawang merah dan bawang putih, jahe, lengkuas dan batte kaluku atau kelapa sangrai. Semua bumbu dihaluskan dan ditumis kecuali batte kaluku, lengkuas, serei hanya dimemarkan.
Sementara itu daging iganya dimasak di atas panci besar ukuran 60 liter selama satu setengah jam untuk mencapai keempukan daging yang pas. Selanjutnya di tengah-tengah proses itu, semua bumbu tumis termasuk batang serei yang dimemarkan kemudian tambahkan garam dan penyedap rasa. Menyusul 2 kilogram batte kaluku atau parutan kelapa sangrainya bersama daun cemba sebanyak setengah kilogram. Beberapa menit setelah semua bumbu dan dagingnya menyatu, aroma sedap mulai menyeruak dan anda pasti tidak sabar untuk segera mencicipinya. Biasanya, sehari 150 porsi Nasu Cemba disediakan.
"Daun cembanya itu yang membuat rasa asem-asemnya, batte kalukunya yang membuat rasa-rasa garing di lidah," kata Haji Dahera.
Ade Irawati, putri sulung Haji Dahera yang membantu pengelolaan warung ayahnya bersama empat karyawan itu menambahkan, teman dari nasu cemba ini adalah sambel ijo. Sambel ijo ini dari cabe rawit hijau, yang masih muda dihaluskan dan ditumis tampa tambahan garam dan penyedap rasa.
Haji Dahera sudah merintis warungnya bersama almarhumah istrinya, Hajjah Herniati sejak tahun 1980-an lalu dan bertahan hingga kini. Warung buka mulai pukul 06.00 wita dan tutup pukul 00.00 wita malam. Tapi kalau masih ada yang mengetuk warung hendak nikmati nasu cemba melewati waktu itu, kata Haji Dahera, tetap akan dilayani karena Haji Dahera tidur di warung miliknya itu.
"Per porsi nasu cemba itu isi satu daging tulang iga dinikmati bersama nasi putih harganya Rp 30 ribu," tutur Haji Dahera yang masih terlihat kuat meski usia sudah tergolong sepuh ini.
Baca juga:
Mangkuak Badeta, kue khas yang wajib dicoba jika ke Pesisir Selatan
Geliat Roti Go, kuliner berusia 119 tahun di Banyumas yang masih bertahan
Merias makanan agar tampak menawan
Ketoprak Ciragil, menjaga cita rasa sejak 1960-an
18 Olahan mi paling enak yang jadi warisan kuliner nusantara
4 Lumpia istimewa ciri khas berbagai kota di nusantara, tak cuma dari Semarang
Kuliner asal Bandung jajaki pasar Malaysia