Sejarah Hari Bakti TNI AU yang Dirayakan Setiap 29 Juli
Peringatan ini bertujuan mengenang dua peristiwa yang terjadi dalam satu hari.
TNI Angkatan Udara memperingati peristiwa Hari Bakti TNI AU setiap tanggal 29 Juli. Bagaimana sejarah Hari Bakti TNI AU ini?
Peringatan ini bertujuan mengenang dua peristiwa yang terjadi dalam satu hari.Pada 29 Juli 1947 dimana TNI AU mengorbankan nyawa untuk menjaga kemerdekaan Indonesia.
Peristiwa pertama, Serangan Udara TNI Ke Pendudukan Belanda. Pada awalnya, Belanda melanggar perjanjian Linggarjati. Belanda mengkhianati perjanjian untuk menyelesaikan konflik antara Indonesia dan Belanda dengan meninggalkan hubungan diplomatik dan mengambil tindakan militer.
- Jelang HUT ke-79 TNI, Panglima Agus Subiyanto Tabur Bunga di Makam BJ Habibie hingga AH Nasution
- Sesko TNI AU Ulang Tahun Hari ini, Kenali Sejarahnya dan Jajaran Komandan yang Pernah Menjabat dari Tahun ke Tahun
- 28 Juni Hari Tindik Tubuh Internasional, Ketahui Sejarah dan Risikonya
- 20 Juni Hari Produktivitas Sedunia, Ketahui Sejarah dan Kiatnya
Agresi Belanda I terjadi pada 21 Juli 1947. Belanda menyerang banyak tempat, termasuk beberapa pangkalan udara. Serangan Belanda terhadap Pangkalan Udara Maguwo Yogyakarta, yang dianggap sebagai pusat kekuatan udara Republik Indonesia, gagal karena cuaca buruk.
Selanjutnya, Belanda melakukan serangan ke beberapa pangkalan udara lain, termasuk Pangkalan Udara Panasan Solo, Maospati Madiun, Bugis Malang, Pandanwangi Lumajang, Gorda Banten, Kalijati Subang, Cibeureum Tasikmalaya, dan Pangkalan Udara Gadut Bukittinggi di Sumatera Barat.
Pemimpin TNI AU marah atas tindakan Belanda dan merencanakan serangan balasan. Pada pagi hari pada tanggal 29 Juli, tiga kadet penerbang TNI AU, Kadet Mulyono, Kadet Suharnoko Harbani, dan Kadet Sutarjo Sigit, menggunakan dua pesawat, satu Guntei dan dua Cureng. Mereka berhasil mengebom kubu pertahanan Belanda di tiga lokasi: Ambarawa, Salatiga, dan Semarang.
Ketiganya kembali ke Pangkalan Udara Maguwo sebelum pukul enam pagi setelah melakukan pengoboman. Semangat juang dan kepercayaan diri Indonesia meningkat sebagai akibat dari serangan udara ini, sementara Belanda mengalami hal yang sebaliknya.
Peristiwa kedua, Gugurnya Pelopor TNI. Belanda kemudian membalas serangan pagi buta TNI AU. Pada sore harinya, Pesawat Dakota VT-CLA, yang diberikan oleh Palang Merah Malaya kepada Palang Merah Indonesia, ditembak oleh dua pesawat pemburu P-40 Kitty Hawk Belanda.
Dilaporkan bahwa pesawat Dakota VT-CLA berangkat dari Singapura pada pukul 13.00 siang menuju Pangkalan Udara Maguwo. Setelah penerbangan selama tiga jam, pesawat yang dipiloti oleh Alexander Noel Constantine bersiap untuk mendarat di lapangan terbang Maguwo.
Dua pesawat P-40 Kitty Hawk tiba-tiba muncul dan memberondong dengan senapan mesin tanpa peringatan saat roda-roda pendaratan baru saja keluar. Tembakan di mesin sebelah kiri pesawat Dakota VT-CLA membuatnya oleng. Sebelum jatuh ke tanah, sayap sempat menghantam pohon dan jatuh di pematang sawah desa.
Akibat insiden tersebut, seluruh awak dan penumpang lainnya gugur, mereka adalah Alexander Noel Costantine (pilot kebangsaan Australia), Ny. A.N. Constantine, Roy Hazelhurst (co pilot), Bhida Ram (juru tehnik), Komodor Muda Udara Prof. Dr. Abdulrachman Saleh, Komodor Muda Udara A. Adisutjipto, Opsir Muda Udara Adi Soemarmo Wirjokusumo, Zainal Arifin. Satu-satunya penumpang yang selamat adalah Abdulgani Handonotjokro.
Peristiwa gugurnya pada tokoh dan perintis TNI AU kemudian diperingati sebagai Hari Berkabung AU RI sejak 29 Juli 1955. Kemudian sejak 29 Juli 1962, untuk mengenang dan mengabadikan peristiwa tersebut, diubah menjadi Hari Bhakti TNI AU.