Selamatan Merdi Bumi, wujud rasa syukur hasil panen di Cilacap
Ratusan warga desa Jetis Kecamatan Nusawungu Kabupaten Cilacap mengarak gunungan hasil bumi. Ada 100 tenong (bakul bundar) dan 1 jolen atau rumah-rumahan sejaji berisi tiruan kepala kerbau sebagai ungkapan syukur pasca panen dalam gelaran Merdi Bumi, Jumat (31/3) kemarin.
Ratusan warga desa Jetis Kecamatan Nusawungu Kabupaten Cilacap mengarak gunungan hasil bumi. Ada 100 tenong (bakul bundar) dan 1 jolen atau rumah-rumahan sejaji berisi tiruan kepala kerbau sebagai ungkapan syukur pasca panen dalam gelaran Merdi Bumi, Jumat (31/3) kemarin.
Mereka berjalan sekitar tiga kilometer dari kantor desa Jetis, menuju petilasan Panembahan Suranegara di dusun Mertangga. Di petilasan ini secara khusus ditanggap ronggeng sebagai bagian ritus kesuburan (agricultur ceremonies) yang juga di masa silam menjadi kegemaran kesenian dari tokoh trukah desa, pangeran Suranegara putra Adipati Ayah.
Di petilasan Suranegara berukuran lebih kurang seluas 6x4 meter, ratusan tenong ditata rapi diantara kerumunan warga yang duduk bersila. Di dalam petilasan, di makam Suranegara, dua ronggeng memanjatkan doa dipimpin tokoh agama setempat. Sedang di pelataran petilsan, gunungan hasil bumi setinggi 3 meter yang ditata dari hasil bumi warga setempat seperti padi, terong, cabe, kacang panjang, tomat dan nanas dibagi-bagikan pada warga.
Ketua desa wisata Karangbanar, Suharno mengatakan baik gunungan, tenong, dan ronggeng merupakan ritual acara sedekah bumi yang sudah dilakukan selama ratusan tahun. Acara sedekah bumi ini memang dilaukan setiap tahun usai panen raya dengan memilih waktu pelaksanaan pada Jumat kliwon. Tujuannya, seperti secara turun temurun diajarkan para leluhur pengikut Suranegara, sedekah bumi adalah bentuk berbakti kepada Tuhan pemiliki alam semesta.
"Ini bentuk ungkapan rasa syukur kami. Dulu memang selamatan merdi bumi dilakukan secara tertutup. Tapi sejak tahun 2017 ini, seiring dusun Mertangga diproyeksikan menjadi desa wisata religi, kami laksanakan selamatan lebih luas," kata Suharno pada merdeka.com usai acara selamatan.
Sehari sebelum selamatan merdi bumi dilaksanakan, diceritakan Suharno, warga dari dari tiga dusun di jetis yakni Mertangga, Jetis dan Sikudi masing-masing menyembelih kerbau. Daging kerbau ini lantas menjadi lauk di dalam tenong yang berisi sayur mayur hasil masakan masing-masing warga. Di petilasan saat acara ritual selesai, tenong yang dibawa warga saling ditukar dan mereka makan bersama sebagai bentuk kenduri.
"Tenongan ini cara kami melestarikan gotong royong," ungkapnya.
Di sela-sela selamatan merdi bumi, di sisi barat petilasan disiapkan panggung untuk pertunjukan ronggeng. Dua penari berselendang hijau membawakan dua tarian yakni Sekar Gadung sebagai pembuka selamatan dan tarian eling-eling sebagai penutup selamatan. Sepanjang acara yang kurang lebih memakan waktu 2 jam, selamatan berjalan hikmat, dan setiap warga merasakan hasil bumi peluh keringat para petani yang menegaskan bahwa sawah dan kebun di desa Jetis masih menjadi sumber ekonomi utama sekaligus personifikasi transenden atau sikap kerohanian warga.
-
Bagaimana keragaman budaya di Indonesia menciptakan mozaik budaya yang unik? Dengan lebih dari 300 suku dan berbagai bahasa daerah, keberagaman ini menciptakan mozaik budaya yang unik.
-
Apa makna dari budaya mencium tangan di Indonesia? Biasanya, budaya cium tangan atau salim tangan ini dilakukan oleh orang yang lebih muda kepada yang lebih tua sebagai tanda hormat dan sopan santun.
-
Kapan Kain Batik Besurek ditetapkan sebagai warisan budaya Indonesia? Pemerintah Indonesia sudah menetapkan kain ini sebagai Warisan Budaya Tak Benda pada tahun 2015 silam.
-
Apa itu Tradisi Ujungan? Warga di kampung adat Cibadak, Desa Warung Banten, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak memiliki sebuah tradisi unik bernama Ujungan.
-
Apa itu tradisi Cikibung? Dahulu, tradisi Cikibung lazim dilakukan oleh ayah di Kabupaten Subang, Jawa Barat, untuk melindungi anaknya. Tradisi ini biasanya digelar di kawasan leuwi atau sejenis sungai yang cukup dalam pada sore hari.
-
Kapan Muhibah Budaya dalam rangkaian Banyuwangi Ethno Carnival digelar? Muhibah Budaya yang digelar Jumat malam (7/7/2023) tersebut menampilkan berbagai atraksi tari dari sejumlah daerah.
Baca juga:
Kirab 7 sumber mata air, warga Klaten doakan Patmi Kartini Kendeng
Menetralkan sifat-sifat buruk dengan perang lumpur ala pemuda Bali
Melihat ciri-ciri Suku Mante lewat kacamata arkeolog Aceh
Meriahnya Pawai Ogoh-Ogoh di Malioboro
Memasuki gelombang ketiga, dunia kopi Indonesia diharap terus maju