Semangat siswa tunarungu di Karanganyar belajar agama dan Alquran
SLB khusus tuna rungu B Pawestri menggelar pesantren kilat atau sering mereka sebut 'Pondok Ramadan'. Uniknya, siswa tidak menggunakan bahasa isyarat dalam berkomunikasi, tetapi membaca gerak bibir, saat pelajaran mengaji, membaca doa hingga salat.
Keterbatasan fisik tak menghalangi puluhan siswa di Sekolah Luar Biasa (SLB) B Pawestri Desa Jati, Kecamatan Jaten, Karanganyar ini untuk terus belajar. Mereka tak mau kalah atau ketinggalan dengan siswa normal lain.
Tak hanya ilmu pengetahuan umum, ilmu agama khususnya Islam juga mereka tekuni untuk bekal hidup di masyarakat. Belajar salat, bersedekah hingga membaca Alquran pun mereka tekuni.
Menyambut bulan Ramadan, SLB khusus tuna rungu ini menggelar pesantren kilat atau sering mereka sebut 'Pondok Ramadan'. Uniknya, siswa tidak menggunakan bahasa isyarat dalam berkomunikasi, tetapi membaca gerak bibir, saat pelajaran mengaji, membaca doa hingga salat.
"Ada 38 siswa dan 15 guru di sini. Kalau biasanya di tempat lain disebut Pesantren Kilat tapi di sini istilahnya diganti Pondok Ramadan SLB B Pawestri, Jaten Karanganyar," ujar Putut Kus Darwanto, Kepala Sekolah SLB B Pawestri saat ditemui merdeka.com, Senin (12/6).
Selain pesantren kilat, pada tanggal 12-13 Juni para siswa juga diajak untuk mengikuti kegiatan berbagi takjil kepada masyarakat sekitar. Kemudian mereka juga mengikuti kegiatan buka serta sahur bersama.
Sementara saat dikunjungi merdeka.com, sejumlah siswa dan siswi sedang mengikuti kegiatan belajar membaca Alquran. Namun rata-rata siswa baru menguasai Iqro 3 dan 4. Tiga siswa secara bergiliran belajar membaca dan mengeja huruf-huruf dalam buku Iqro.
Dalam kegiatan tersebut, Firdaus Alam, seorang siswa kelas 7 yang sudah menguasai Iqra 6, menuntun para adik kelas. Tiga orang siswa kelas 3, masing-masing Fauzan, Abil dan Syaffiq nampak dengan seksama belajar membaca. Kegiatan belajar membaca tersebut jug diawasi langsung oleh seorang guru bernama Zaid Ridho Riyono.
Meski sering salah ucap dan eja, baik siswa maupun kakak kelasnya, namun semangat puluhan siswa tersebut sungguh luar biasa. Mereka mempunyai keinginan yang mulia untuk bisa membaca Alquran, bahkan menjadi hafiz Alquran.
"Jadi metode yang kita gunakan ini adalah metode bibir atau percakapan. Setiap siswa harus bisa membaca bibir lawan bicara, karena tidak semua orang bisa menggunakan isyarat. Kakak kelas memang kita wajibkan mengajari membaca kepada adik kelas dengan didampingi guru pembimbing. Ini biar mereka punya rasa percaya diri, bahwa mereka juga punya kemampuan," jelasnya.
Di Pondok Ramadan ini tiap siswa juga mendapatkan pelajaran mulai dari membaca doa, mengaji hingga tata cara salat. Selain mempraktikkan gerakan dalam salat, para pengajar dibantu dengan peraga gambar, untuk memudahkan siswanya memahami tahapan gerakan dalam salat.