Seorang Guru Diduga Pukul Murid SLB Pakai Pentungan Satpam, Begini Pengakuan Korban
Miris seorang guru di Sekolah Luar biasa pukuli siswanya hingga luka luka. Orang tua siswapun melaporkan kejadian tersebut ke Mapolres Gunungkidul.
Seorang guru di Sekolah Luar Biasa (SLB) 2 Gunungkidul, yang berinisial DRS, telah dilaporkan ke Mapolres Gunungkidul. DRS dituduh melakukan penyekapan dan pemukulan terhadap Mamad Adi Janhari (19), seorang siswa kelas 1 SMA di sekolah tersebut.
Pada Selasa (8/10/2024) siang, orang tua Mamad, Wagimin dan Ninuk Kumnansyah, datang dari Sukoharjo untuk melaporkan perlakuan yang diterima anak mereka.
- ASN Guru SD di Garut Diduga Cabuli Siswa Laki-Laki, Korban Diperkirakan Lebih dari Satu Orang
- Murid di Sukabumi Diduga Dianiaya Guru, Polisi Periksa Pihak Sekolah
- Guru di Kupang Dituduh Cabuli 4 Siswa dalam Kelas dan Perpustakaan 3 Hari Berturut-turut
- Perjuangan Pedagang Keliling Tak Bisa Baca Tulis Gigih Sekolahkan Anak, Kini Sang Putra Jadi Guru Besar UGM
Mereka didampingi oleh Budhe dan pengasuh Mamad, Endang, dan langsung menuju Unit PPA Polres Gunungkidul. Setelah membuat laporan, Mamad menceritakan pengalamannya kepada wartawan. Insiden tersebut terjadi pada Senin pagi (7/10/2024), tepat setelah upacara bendera selesai.
"Setelah upacara bendera, saya dibawa oleh guru DRS ke sebuah ruangan tertutup," jelasnya.
Guru tersebut kemudian menutup rapat pintu dan gorden jendela. Selain Mamad, ada juga teman lainnya yang merupakan siswa SLB tersebut di dalam ruangan.
Mamad diminta duduk di kursi dengan tangan diletakkan di atas meja. Tanpa peringatan, DRS memukul Mamad menggunakan alat pemukul yang biasa dipakai oleh petugas keamanan sekolah.
"Saya dipukul pakai Kenut Satpam berwarna hitam," ungkap Mamad,
didampingi orang tua dan bibinya. Mamad mengaku tidak mengetahui alasan dirinya dan temannya, Iwan, dipukul. Akibat tindakan kekerasan tersebut, Mamad mengalami luka memar dan lebam di beberapa bagian tubuh, termasuk tangan, bahu, kepala, dan perut.
Ayahnya, Wagimin, yang tinggal di Karangtengah, Sukoharjo, Jawa Tengah, menyatakan kemarahannya. Ia sangat tidak terima dengan perlakuan yang dialami anaknya dan menginginkan agar guru tersebut diadili.
"Pelaku harus mendapatkan hukuman yang setimpal. Saya tidak bisa menerima perlakuan seperti itu terhadap anak saya," tegas Wagimin.