Sepi Pelanggan Akibat Covid-19, WTS di NTT Hanya Makan Pisang Rebus
Mawar (nama samaran) mengaku, sepinya pelanggan menguras isi dompetnya. Di saat bersamaan, dia tetap harus mengirimkan uang untuk keluarga, membayar kos, utang, hingga mencukupi urusan perut sehari-hari.
Pandemi virus corona atau covid-19 yang melanda Indonesia empat bulan terakhir, membuat dunia bisnis berantakan, tak terkecuali prostitusi. Orang-orang diminta berdiam diri di rumah, untuk mencegah munculnya kerumunan massa agar penyebaran virus dapat dikendalikan, termasuk mereka yang terbiasa "'jajan' di luar.
WTS yang menghuni kos-kosan di pinggiran kota Lewoleba, kini dihimpit kesulitan biaya hidup. Pelanggan tak lagi datang, ranjang sepi dan berimbas pada hilangnya pendapatan.
-
Kapan virus corona ditemukan? Virus virus adalah sekelompok virus yang meliputi SARS-CoV (virus korona sindrom pernafasan akut parah), MERS-CoV (sindrom pernapasan Timur Tengah coronavirus) dan SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19.
-
Bagaimana virus Covid-19 pertama kali masuk ke Indonesia? Kasus ini terungkap setelah NT melakukan kontak dekat dengan warga negara Jepang yang juga positif Covid-19 saat diperiksa di Malaysia pada malam Valentine, 14 Februari 2020.
-
Apa yang menjadi tanda awal mula pandemi Covid-19 di Indonesia? Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
-
Kapan kasus Covid-19 pertama di Indonesia diumumkan? Presiden Jokowi mengumumkan hal ini pada 2 Maret 2020, sebagai kasus Covid-19 pertama di Indonesia.
-
Kapan virus menjadi pandemi? Contohnya seperti virus Covid-19 beberapa bulan lalu. Virus ini sempat menjadi wabah pandemi yang menyebar ke hampir seluruh dunia.
-
Apa itu virus? Virus adalah mikroorganisme yang sangat kecil dan tidak memiliki sel. Virus merupakan parasit intraseluler obligat yang hanya dapat hidup dan berkembang biak di dalam sel organisme biologis.
Mawar (nama samaran) mengaku, sepinya pelanggan menguras isi dompetnya. Di saat bersamaan, dia tetap harus mengirimkan uang untuk keluarga, membayar kos, utang, hingga mencukupi urusan perut sehari-hari.
Selama pandemi covid-19, tempat hiburan malam tempat dia bekerja tutup. Kondisi ini jelas akan menghilangkan penghasilan hariannya sebagai WTS.
"Bahkan, untuk makan sehari-hari pun kadang kami terpaksa mengonsumsi beberapa buah pisang mentah yang direbus hanya untuk menahan rasa lapar," ungkap Mawar sambil meneteskan air mata.
Wanita berusia 38 kelahiran Jawa ini mengatakan, anak-anaknya yang selama ini menggantungkan hidup mereka tanpa mengetahui pekerjaannya, hanya sanggup dan pasrah memahami kondisi ini.
Saking takut akan virus corona, WTS lainnya, Melati menyebut bahwa mereka bahkan terpaksa menolak pelanggan, lantaran takut terpapar. Menurutnya, covid-19 telah menghilangkan penghasilan mereka, yang sebagian digunakan untuk membiayai hidup anak-anak, yang saat ini masih menempuh pendidikan.
"Biasanya semalam bisa dapat satu atau dua pelanggan. Tetapi, akhir-akhir ini tidak ada sama sekali. Ada juga yang nekat datang, hanya kami tolak," ungkapnya.
Bantuan Komunitas Taman Daun
Relawan Komunitas Taman Daun Lembata pun menyisiri beberapa lokasi hiburan malam di Kota Lewoleba dan sekitarnya. Mereka datang membagikan sembako bagi para Wisatawan itu.
Satu diantara relawan Taman Daun, John S J Batafor mengungkapkan, awalnya banyak pihak yang tidak setuju bantuan sembako ini diberikan kepada kelompok wanita itu. Namun John berkeras, para WTS ini harus dibantu.
Menurutnya, selain petani, nelayan, tukang ojek dan lain-lain, para WTS ini juga masuk dalam kelompok rentan terdampak pandemi virus corona atau covid-19.
"Saya dan teman-teman sama sekali tidak melihat praktik negatif yang mereka lakukan. Namun, mereka ini manusia yang berhak mendapat perhatian dan kasih sayang. Kami tidak melihat siapa dia, karena kami hanya fokus melihat masalah kemanusiaan," jelas John.
Dengan wajah sumringah penuh senyum, sebanyak 21 wanita pekerja dunia malam, menerima bantuan 40 kilogram beras dan empat papan telur dari Relawan Komunitas Taman Daun.
"Semoga sedikit dari keikhlasan kami ini dapat mengurangi penderitaan yang sedang dihadapi," ungkap Wilda, yang juga anggota Relawan Komunitas Taman Daun.
(mdk/eko)