Sering dipakai mesum, 3 hotel di Solo dirusak massa tak dikenal
Selain perusakan, mereka juga melakukan penganiayaan terhadap sejumlah orang yang berada di ketiga hotel.
Sejumlah hotel di Kota Solo, Rabu (25/2) malam dirusak massa tak dikenal. Hotel yang berada di kelurahan Kestalan, Banjarsari tersebut diduga digunakan untuk perbuatan mesum. Lantaran di lokasi sekitar hotel sering digunakan untuk tempat mangkal pekerja seks komersial (PSK).
Di kalangan masyarakat Solo dan sekitarnya orang sering menyebutnya dengan istilah 'RRI'. Karena memang letaknya juga tak jauh dari studio Radio Republik Indonesia (RRI), Jalan Abdurrahman Saleh.
Informasi yang dihimpun di lapangan menyebutkan, sejumlah hotel yang dirusak massa tersebut di antaranya Hotel Karya Mulia di Jalan Kestalan III Kampung Kestalan RT 01 RW 03, Hotel Kusuma Sari Indah di Kawasan Kestalan No 04 RT 04 RW 02 dan Hotel Teguh yang tak jauh dari kedua hotel lainnya.
Di lokasi pertama massa yang berjumlah sekitar 20 orang merusak serta menganiaya sejumlah orang. Massa yang datang mengendarai sepeda motor dengan menggunakan penutup muka.
Di lokasi kedua puluhan orang langsung menyergap dan menendang pintu salah satu pintu kamar hingga jebol. Mereka juga menginterogasi penjaga hotel yang sedang piket.
"Setahu saya ada sekitar 20 orang yang datang mengenakan penutup muka. Mereka langsung masuk dan merusak pintu. Saya ditanyai macam-macam. Sebagian dari mereka merusak pintu kamar dan membuat tulisan ini 'maksiat'," ujar Slamet, salah satu penjaga hotel.
Selain perusakan, mereka juga melakukan penganiayaan terhadap sejumlah orang yang berada di ketiga hotel. Enam orang yang menjadi korban di antaranya, Kolifwati warga Karangasem Laweyan Solo. Linda Retnoningsih warga Semanggi Solo, Danik Setiyaningsih warga Bandungan Kabupaten Semarang dan Sri Hartono karyawan salah satu hotel.
Dua korban penganiayaan lainya belum diketahui identitasnya. Korban tersebut diduga langsung meninggalkan lokasi setelah penyerangan dari ormas tersebut berlangsung.
Kapolresta Solo Kombespol Ahmad Luthfi, mengaku belum mengetahui kejadian tersebut. Hal ini lantaran hingga hari ini tidak ada laporan yang masuk ke kantornya.
"Belum ada laporan yang masuk ke polisi. Kami akan melakukan penyelidikan lebih lanjut terkait masalah tersebut. Kami tidak akan membiarkan mereka main hakim sendiri," pungkasnya.