Sesatnya ajaran Gafatar, dianjurkan tak salat dan buka hijab
Sejumlah ajaran Gafatar juga bertentangan dengan agama Islam.
Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) sedang menghebohkan dan meresahkan masyarakat. Bagaimana tidak, sejumlah orang hilang dan meninggalkan sanak saudaranya karena harus ikut aktivitas organisasi terlarang tersebut.
Bukan hanya itu, sejumlah ajaran Gafatar juga bertentangan dengan agama Islam. Misalnya, pengikut Gafatar diminta meninggalkan salat dan melepas hijab.
Hal ini diceritakan Ustaz Abdul Hafid, (67), warga Jalan Sultan Alauddin, lorong 10, No 1, Makassar, yang sejak akhir Oktober 2015 lalu melaporkan anaknya, Hasrini Hafid, (31) hilang bersama Abdul Kadri Nasir, (31) suaminya berikut dua anaknya Abiayan, (2 tahun) dan Berlian, (7 bulan) serta pengasuh Ratih, (20 tahun) ke Polda Sulsel.
Abdul Hafid yang juga seorang imam masjid ini saat ditemui di kediamannya mengaku sangat tidak menyangka anaknya itu bisa berubah dan jauh dari jalur ajaran ajaran Islam. Seperti sudah tidak menjalankan salat lima waktu, tidak puasa, menolak anaknya diajarkan lafaz Allah, menyebut Allah SWT itu dengan kata tuan dan menyebut ibadah ke Tanah Suci itu hanya menghambur-hamburkan uang.
Suaminya pun begitu, Abdul Kadri Nasir. Saat tiba waktu salat Jumat kerap menghilang dari rumah. Al hasil Abdul Hafid tidak sabar lagi dan memanggil baik-baik menantunya itu untuk bicara membahas sebenarnya apa yang terjadi pada mereka.
"Di teras rumah ini. Menantu saya itu duduk di sana, saya duduk di sini. Saya tanya, apa dasarmu sampai kamu tidak lagi mau salat. Menantu saya langsung menyitir sepotong ayat dari surat yakni 'Fawailul lilmushallin' yang artinya maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang salat," kata Abdul Hafid, Rabu (13/1) kemarin.
Disebutkan, saat itu dia sempat naik pitam dan menyampaikan kepada Abdul Kadri Nasir bahwa itu hanya sepenggal ayat. Masih ada kelanjutan dari ayat itu yakni 'Alladziina hum 'an shalatihim saahuun' yang artinya yaitu orang-orang yang lalai dari salatnya.
Soal kewajiban melepas hijab bagi pengikut Gafatar dikisahkan Andi Besse, (25), seorang guru SD, warga Palopo Selatan, Kabupaten Luwu, Sulsel. Pelarangan hijab itu dialami Andi saat dia bersama adiknya, Andi Muliani, menghadiri acara deklarasi cara organisasi itu di Makassar pada Mei 2012 lalu.
Saat baru akan memasuki gedung Celebes Centre Convention (CCC), Jl Tanjung Bunga, Makassar, Andi Besse bercerita mereka dihampiri oleh pengurus Gafatar. Keduanya diminta masuk setelah membuka jilbab.
Andi Besse kaget dengan aturan itu sehingga dia bertanya, tapi tetap diharuskan buka jilbab. Spontan dia menarik tangan Andi Muliani untuk meninggalkan tempat itu karena dirasanya aneh. Dia mulai berpikir ini organisasi apa, kenapa ada aturan membuka hijab sementara pengurus itu tahu keduanya seorang muslimah.??
"Tapi saat saya tarik tangan adik saya keluar, pengurus Gafatar itu menahan dan membujuk agar tidak pulang. Lalu membolehkan kami masuk ke gedung itu dengan mengenakan jilbab. Setiba dalam ruangan, ketua umum Gafatar sementara pidato. Saya tidak menyimak apa isi pidatonya karena saya lebih fokus memperhatikan apa yang terjadi di ruangan ini dengan mengambil gambar pakai ponsel. Di antaranya ambil gambar orang-orang membunyikan alat bambu yang mirip alat musik angklung itu yang dibagikan panitia," tuturnya.