Sopir Ambulans Solo Raya Bersiaga Antar Jemput Pasien Covid
Naiknya kasus Covid-19 membuat para sopir ambulans di sejumlah rumah sakit mulai siaga. Mereka menyatakan kesiapannya jika sewaktu-waktu harus dipanggil untuk antar jemput pasien.
Jumlah pasien Covid-19 di beberapa rumah sakit di Solo Raya mulai menunjukkan kenaikan. Hal tersebut terjadi usai libur Natal dan Tahun Baru 2022. Kepala Dinas Kesehatan Kota Solo, Siti Wahyuningsih mengatakan hingga Kamis, 3 Februari 2022, jumlah kasus aktif Covid-19, mencapai 151 orang. Kenaikan juga terjadi pada anak sekolah yang melakukan pembelajaran tatap muka atau PTM.
"Yang terpapar itu makin hari makin tambah. Awalnya satu, tambah empat, sekarang menjadi 21. Jumlah kasusnya 67. Dari 67 itu dua pertiga luar kota, karena domisilinya luar kota," kata Siti, Jumat (4/2).
-
Siapa cawapres termuda di Indonesia? Gibran Rakabuming Raka dan Prabowo Subianto sementara ini menjadi pemenang Pilpres versi quick count. Gibran Rakabuming Raka dan Prabowo Subianto sementara ini menjadi pemenang Pilpres versi quick count. Hal ini membuat Gibran menjadi Wakil Presiden termuda sepanjang sejarah Indonesia.
-
Mengapa transportasi darat menjadi begitu penting di Indonesia? Transportasi darat memiliki peran penting dalam mendukung kegiatan ekonomi, sosial, pendidikan, dan budaya.
-
Apa yang terjadi ketika ada kecelakaan bus, pesawat jatuh, dan kapal tenggelam? Kalau ada bus kecelakaan, pesawat jatuh, ada kapal tenggelam, semuanya akan muncul di mana? Jawaban: Di TV
-
Apa yang terjadi pada kereta api dari Surabaya di Rancaekek, Bandung? Kereta ini dijadwalkan tiba di stasiun pukul 20:00 WIB, namun hingga jam menunjukkan waktu tersebut kereta tak kunjung muncul. Jangankan fisiknya, suara, kepulan asap sampai lampunya saja tidak tampak dari kejauhan.
-
Kenapa mobil irit semakin diminati di Indonesia? Di tengah naiknya harga BBM, pemilik kendaraan di Indonesia semakin memprioritaskan mobil hemat BBM.
-
Apa yang dimaksud dengan kata-kata diam dalam konteks ini? Kata-kata diam adalah salah satu cara yang efektif untuk menggambarkan bagaimana kita diam apa makna di balik diamnya kita.
Naiknya kasus Covid-19 membuat para sopir ambulans di sejumlah rumah sakit mulai siaga. Mereka menyatakan kesiapannya jika sewaktu-waktu harus dipanggil untuk antar jemput pasien.
"Kita stay, on call saja," ujar salah satu sopir ambulans RSUD dr Moewardi, Solo, Eko Wahyudi.
Para sopir ambulans baik relawan maupun yang bekerja di rumah sakit memang mempunyai banyak pengalaman, suka dan duka saat serangan virus Corona khususnya varian Delta mencapai puncaknya pada Juni, Juli, hingga Agustus tahun lalu.
Dalam sehari mereka bisa puluhan kali keluar masuk rumah sakit untuk mengantar pasien atau jenazah. Beruntung kondisi tersebut membaik hingga akhir Januari 2022.
Sempat lama tidak berurusan dengan pasien Covid-19, kini pria 49 tahun itu kembali bersiap menghadapi kemungkinan gelombang tiga serangan corona. Dalam tiga hari terakhir, sejumlah pasien sudah masuk di RS rujukan milik Pemprov Jawa Tengah itu.
"Mulai tadi malam saya nangani tujuh pasien. Dari jam sembilan sampai tadi pagi masuk ke ruang isolasi IGD," katanya.
Para pasien tersebut, ada yang merupakan rujukan, ada yang datang sendiri dari rumah. Eko mengatakan saat ini, meskipun belum signifikan, dirinya mulai menjalani aktivitas antar jemput pasien seperti yang dilakukan beberapa bulan lalu. Namun ia berharap kondisi saat puncak lalu tidak akan terulang.
"Kemarin ada satu dari rumah malam-malam. Kemarinnya dulu juga ada, tadi malam terakhir," ceritanya.
Meski pasien Covid naik, Eko mengaku belum banyak melakukan persiapan. Hanya pakaian APD yang sudah tersedia. Saat ini ia hanya bersiap jika sewaktu-waktu menerima panggilan untuk mengantar jemput pasien.
"Saya kan bagian antar jemput pasien dari rumah ke gawat darurat," terang Eko.
Menurut Eko, dalam sepekan, ia mendapatkan bagian enam sif dan libur dua hari. Satu sif sekitar 10 jam. Saat puncak pandemi beberapa bulan lalu, Eko mengaku kewalahan untuk antar jemput pasien. Dalam sehari, ia bisa mengantar jemput hingga 20 pasien.
"Saya sampai kewalahan. Semalem itu pernah 20 pasien di sekitar Solo raya," katanya.
Saat itu, pihak rumah sakit sampai harus melakukan penambahan armada dan puluhan personel dengan cara mengontrak relawan. Di bagian IGD, lanjut dia, saat ini ada dua ambulans. Satu unit untuk pasien biasa dan satu lagi untuk pasien Covid.
Mengantisipasi kemungkinan merebaknya kembali Covid-19, warga Ngringo, Jaten Karanganyar itu mengaku siap. "Ini IGD sudah mulai persiapan, benahi armada, servis, roda, lampu dan lainnya," katanya.
Senada dengan Eko, persiapan juga dilakukan Aby Amir, sopir ambulans di RSU Assalam, Kecamatan Gemolong, Kabupaten Sragen. Meskipun jumlah pasien Covid-19 di rumah sakitnya belum mengalami kenaikan, namun ia mengaku siap jika sewaktu-waktu tenaganya dibutuhkan.
Selain menjadi sopir di rumah sakit, Aby juga bergabung menjadi relawan Persatuan Driver Ambulance Soloraya (Pedas).
"Saat ini belum ada, kemarin itu ada yang masuk pagi, tapi hasil PCR-nya negatif, terus pulang," ujar Aby yang juga koordinator Covid ambulans RSU Assalam.
Aby mengemukakan, terakhir mengantar pasien Covid pada pertengahan bulan Agustus lalu. Selama tak ada pasien atau saat libur, Aby mengaku siaga untuk dipanggil sebagai relawan sopir ambulans.
"Misalkan libur, posisi jadi standby on call, tidak ada yang sampai lembur-lembur seperti saat puncak Covid dulu," jelasnya.
Saat puncak Covid terjadi, Aby mengaku mengantar pasien dari 10-15 orang dalam sehari. Bahkan saat bulan Juli lalu, dalam 24 jam bisa 40 kali mencari rumah sakit rujukan di Solo.
"Kebetulan kan saya juga pegang unit relawan dari Peduli Miri, jadi ikut bantu dengan ambulans relawan," terangnya.
Sejumlah rumah sakit rujukan di Solo pun pernah ia datangi. Di antaranya RSUD dr Moewardi, RS PKU Muhammadiyah Solo, Kasih Ibu hingga Panti Waluyo. Tak hanya dari rumah sakit, Aby juga membawa warga terpapar Covid-19 yang melakukan isolasi madiri dari rumah ke rumah sakit.
"Saya ini paketan, selain koordinator unit ambulans, kalau di rumah sakit saya ini juga koordinator pemulasaran jenazah. Jadi kalau pasien meninggal dan keluarga tidak menolak prokes saya sampai ikut ke pemakamannya. Jadi mulai memandikan, mengantar sampai ikut pemakamannya," terang dia.
Menurut Aby, selama Covid varian Delta melanda sudah lebih dari 50 kali ikut pemulasaran hingga mengantar jenazah ke pemakaman. Dalam sehari, ada dua atau tiga pasien yang harus dimakamkan.
"Yang paling sulit itu sebenarnya edukasi keluarga untuk prokes. Apalagi kalau pasien sudah lansia, banyak yang tidak percaya kalau kena Covid dan minta dimakamkan di rumah. Disitu saya sering prihatin," tuturnya.
Ia menyampaikan, sempat hampir menyerah, saat kesulitan menghadapi masyarakat yang ngeyel untuk penerapan prokes saat pemakaman pasien.
"Kalau masalah kita harus pakai APD dengan segala risikonya, panas dan lainnya itu masih wajar, karena sesuai SOP. Tapi kalau menghadapi masyarakat yang edukasi untuk prokesnya susah, di situ tantangan yang berat," pungkas Aby.
(mdk/cob)