Sosok Mayor 'Sphinx’ Sang Penjaga Kedaulatan Langit Indonesia dari Balik Kemudi Jet F16
Dalam bertugas, Mayor Yudhistira dan pasukannya selalu bersiaga.Sebab mereka tak bisa memprediksi setiap pelanggaran yang datang.
Skadron 16 mengoperasikan 12 sampai 20 Jet Tempur Strategis Lockheed Martin F-16
- Hasan Nasbi Singgung Megawati juga Naik Jet Pribadi, Ini Tanggapan Said Abdullah
- Besok, Bandara Nusantara di IKN Bakal Diuji Pakai Pesawat Boeing
- Kasus Kaesang soal Jet Pribadi Kini Ditangani PLPM, Ini Bedanya dengan Direktorat Gratifikasi
- Jenazah Mayor Purn Suwanda Kopilot Pesawat Jatuh di BSD Dibawa Keluarga ke Cirebon
Sosok Mayor 'Sphinx’ Sang Penjaga Kedaulatan Langit Indonesia dari Balik Kemudi Jet F16
"Kuasai udara untuk melaksanakan kehendak nasional, karena kekuatan nasional di udara adalah faktor yang menentukan dalam perang modern," begitulah Presiden ke-1 Republik Indonesia, Ir Soekarno.
Kalimat yang disampaikan Bung Karno pada tahun 1951 silam, bermakna mendalam dan penuh harapan. Agar Indonesia memiliki Angkatan Udara yang kuat dan siap menyejajarkan posisinya di dunia.
Sepenggal kalimat itu pula yang dijadikan pegangan oleh Skadron 16 Lanud Roesmin Nurjadin yang dikomandoi Mayor Penerbang B. Yudhistira dalam menjalankan tugasnya mengamankan langit barat Tanah Air Indonesia.
"Kami bertugas di sini untuk menjaga kedaulatan wilayah udara di bagian barat, Pekanbaru. Kami juga dipanggil ke daerah tengah maupun timur untuk melaksanakan misi operasi serupa. Namun domain kami utamanya berada di bagian barat," ujar Mayor Yudhistira saat ditemui awak media, Selasa (6/2).
Sebagai Komandan Skadron 16 yang mengoperasikan 12 sampai 20 Jet Tempur Strategis Lockheed Martin F-16, peran pasukannya cukup sentral. Bagaimana mereka bisa mencegah pelanggaran di wilayah udara barat Indonesia.
Mulai dari wilayah operasi Aceh, kawasan Natuna, sampai beberapa wilayah lainnya pernah Mayor Yudhistira cicipi. Memastikan tak ada pelanggaran yang dilakukan pesawat sipil hingga militer asing.
"Pelanggaran banyak ya, ada beberapa terutama pelanggaran wilayah oleh pesawat asing begitu ya, kita memang di sini kita setiap hari melaksanakan training," ujarnya.
Dalam bertugas, Mayor Yudhistira dan pasukannya selalu bersiaga.
Sebab mereka tak bisa memprediksi setiap pelanggaran yang datang.
"Namun ada juga kita siapkan pesawat-pesawat yang apabila sewaktu- waktu dibutuhkan kontijensi harus naik dan mengidentifikasi pesawat asing, kita juga siap," ujar Yudhistira.
Selama bertugas, Mayor Yudhistira memiliki tanda panggil penerbang atau aviator callsign 'Sphinx’. Panggil khusus itu dia gunakan ketiga berpatroli di langit Indonesia.
'Sphinx’ bersama pasukannya selalu siap ketika dibutuhkan untuk mengcegat dan mengidentifikasi ketika mendapati pesawat asing yang melakukan pelanggaran di wilayah kedaulatan Indonesia. Umumnya, pelanggaran yang dilakukan berkaitan surat izin hingga menyimpang rute penerbangan. Dalam proses klarifikasi yang dilakukan, biasanya pelanggaran berdalih melakukan penyimpangan rute karena masalah cuaca.
"Mau tidak mau kita harus airbone dan memberikan sedikit peringatan lah," ujar Mayor Yudhistira.
Meski memiliki kewenangan menegur pesawat sipil dan militer asing yang melakukan pelanggaran, pihaknya juga tak bisa sembarangan saat melakukan peringatan kepada para pelanggar tersebut.
"Kita mempunyai beberapa prosedur tetap untuk mengintercept tentunya kita selalu mengedepankan safety dalam pelaksanaannya pada intinya kita tidak membahayakan yang diintercept maupun pesawat yang mengintercept," ungkap lulusan Akmil 2005 ini.
Mayor Yudhistira menyadari pekerjannya memiliki risiko tinggi. Tetapi semua itu dijalankan dengan gembira dan penuh tanggung jawab. Karena kecintannya pada Tanah Air Indoensia.