Sri Sultan: Pemimpin jangan berkeluh-kesah
Hal itu diungkapkan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X saat menyampaikan orasi budaya di depan ribuan warga Yogyakarta.
Raja Keraton Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X menyampaikan orasi budaya di depan ribuan warga Yogyakarta dalam rangkaian peringatan satu abad HB IX di Pagelaran, Alun-alun Utara Kompleks Keraton Yogyakarta, Kamis (12/4).
Dalam orasinya, Sultan menyampaikan berbagai keteladanan dan kesederhanaan sikap dari ayahnya Sultan HB IX. Bahkan Sri Sultan Hamengku Buwono X juga mengajak masyarakat khususnya warga Yogya untuk belajar sejarah. Menurut Sultan, seorang pemimpin negera juga tidak layak berkeluh-kesah.
Bangsa yang lupa akan sejarahnya adalah bangsa hilang. Rakyat tanpa masa lalu adalah rakyat yang tidak memiliki lagi jiwa semangat kejuangan.
“Mengenal sejarah, bukan berarti untuk hidup di masa lalu, tetapi guna memetik hikmah pelajaran sejarah. Sebab, bila tidak belajar dari sejarah, kita harus mengulangi pelajaran yang sama, bahkan mungkin, harus memulainya dari awal,” kata Sultan mengutip pernyataan presiden pertama RI Bung Karno dalam orasinya.
Pemahaman ini, ungkap Sultan, ditujukan kepada generasi muda sebagai penerus bangsa, agar mau menelusuri alur sejarah perjuangan para pemimpin bangsa seperti sosok HB IX. Generasi muda tidak hanya sekadar mengaguminya namun hendaknya mampu membaca segi manusiawi sebagai seorang pemimpin.
Sultan menjelaskan setelah belajar sejarah, generasi muda akan melakukan sesuatu dengan benar. Saat menghadapi persoalan bangsa, pemimpin tidak boleh berkeluh-kesah.
“Karena itu bertolak belakang dengan nilai-nilai perjuangan Sultan HB IX yang waktu itu tetap konsisten membela merah putih dalam segala keterbatasannya,” ujar Sultan.
Sultan menuturkan, banyak orang sering menyebut Sri Sultan Hamengku Buwono IX sebagai seorang pemimpin-negarawan, sosok demokrat yang berjiwa kerakyatan, pemimpin peneladan, kusuma bangsa, dan sebagainya.
"Hari ini, tepat pada 12 April 2012, jikalau masih sugeng Beliau akan memasuki usia 100 tahun. Oleh sebab itu, adalah tepat pula saatnya jika kita merefleksi kembali siapakah sebenarnya Ngarsa Dalem Sri Sultan Hamengku Buwono IX itu," kata Sultan.
Sultan menyampaikan, kesederhanaan adalah letak kharisma dari HB IX. Apa pun yang telah Beliau lakukan bagi Keraton Yogyakarta, DIY dan Republik ini hanyalah semata-mata pengabdian wajib bagi setiap Sultan yang bertakhta.
"Ketulusan titik api kekuatannya. Kerakyatannya menjadi ilham pemimpin-pemimpin bangsa ini, juga kaum muda kelak, di hari mendatang. Karena dalam asma Dalem sudah tersandang misi Hamengku, Hamangku, Hamengkoni sebagai wujud visi semesta: Hamemayu-Hayuning Bawana," urai Sultan.
Hal lain yang diteladani dari sosok HB IX, yakni berbagai variasi tentang intensitas dan ritme perjuangan para Sultan juga memberikan pelajaran tersendiri. Karena ada yang keras terhadap penjajah ada juga yang bersikap lunak.
"Walaupun semangat dan jiwa perjuangan tetap berkobar, tetapi karena situasi dan kondisi, maka harus pandai-pandai beradaptasi agar keraton justru tidak menjadi korban," tegasnya.