Sulitnya polisi lacak jejak teroris Santoso di Poso
Ditargetkan polisi kelompok teroris yang terkenal licin ini habis pada Januari 2016.
Kepolisian Republik Indonesia terus berupaya menangkap komplotan teroris Santoso di Poso. Ditargetkan polisi kelompok teroris yang terkenal licin ini habis pada Januari 2016.
Untuk menumpas teroris Indonesia nomor wahid ini pun, Polri-TNI membuat operasi tim gabungan yang diberi nama operasi Camar Maleo. Tim gabungan yang terdiri dari Polri, TNI dan Badan Intelijen Negara (BIN) memastikan pimpinan dari teroris ini dapat ditangkap sebelum Januari.
"Target bulan Januari tangkap Santoso, harus tertangkap," kata Kapolri Jenderal Badrodin Haiti.
Satu persatu data kelompok Santoso dikumpulkan. Strategi serta langkah teknis terus didiskusikan oleh pihak-pihak yang tergabung dalam operasi tersebut.
Namun, Santoso cs tak tinggal diam. Mengetahui dia dan anggota lainnya jadi target utama TNI-Polri, Santoso justru mengambil tindakan yang cukup mengejutkan. Melalui media sosial Facebook, Santoso mengancam akan meledakkan markas Polda Metro Jaya.
Mendapat ancaman itu, tim gabungan tidak gentar. Badrodin menantang Santoso untuk melakukan hal tersebut. Jenderal bintang empat ini, menegaskan sudah mempersiapkan segala sesuatunya untuk menghadapi gertakan kelompok Santoso.
"Yah silakan saja, kita sudah siapkan langkah-langkah antisipasi dengan meningkatkan keamanan," tegas Badrodin.
Seiring operasi Camar Maleo berjalan, akhirnya tim gabungan sudah mengendus keberadaan Santoso cs. Di dalam hutan dengan medan yang sulit, gembong teroris itu bersembunyi.
Hanya saja, Badrodin tidak mau menyebutkan secara gamblang di mana tempat persembunyian Santoso dan anggotanya. Mantan Wakapolri itu, hanya menyatakan kelompok teroris Santoso sedang dikejar.
"Sudah (terdeteksi) keberadaan Santoso. Sedang dikejar," ujar dia.
Selain tidak mau membeberkan lokasi persembunyian Santoso secara detail, Badrodin pun belum bisa memastikan kapan operasi penangkapan teroris Indonesia itu selesai. Dia beralasan, lamanya waktu penangkapan tidak bisa diprediksi.
"Sedang kita kejar. Namanya orang mau ditangkap kan menghindar lah," ungkap Badrodin.
Bukan hanya mengejar dan bersembunyi, operasi Camar Maleo memakan korban. Tepat pada 29 November, di Dusun Gayatri, Desa Meranda kecamatan Poso pesisir utara Kabupaten Poso di KM 6-7 salah satu anggota TNI, Serka Sainudin tewas tertembak saat terjadi kontak senjata dengan Santoso cs.
Sebelum terjadi baku tembak, Serka Sainudin tengah melakukan patroli di wilayah Poso. Dia mengembuskan napas terakhir setelah mengalami luka tembak di bagian kepala.
Atas insiden itu, TNI-Polri bergerak cepat, menyusul tim gabungan sudah mengetahui total dari anggota kelompok teroris Santoso. Dari keterangan Badrodin, total anggota Santoso 40 orang.
"(Jumlah kelompok Santoso) 40 orang," tegas Badrodin.
Meski sampai sejauh ini, baik TNI atau Polri belum mau mengungkap letak persembunyian Santoso yang sebenarnya, dipastikan Badrodin keberadaan mereka sudah terdeteksi. Ada beberapa alasan, pucuk pimpinan korps bhayangkara itu tidak mau menyebutkan lokasi persembunyian Santoso cs.
Dikatakan Badrodin, hal itu bukan konsumsi publik. Sebab, dia menilai, informasi tersebut dapat mempengaruhi operasi Camar Maleo terganggu.
Oleh karenanya, Badrodin meminta masyarakat untuk lebih tenang dan tidak perlu mengkhawatirkan situasi Poso. Dia berjanji kelompok teroris yang masuk dalam daftar buronan nomor satu TNI-Polri itu akan ditangkap secepatnya.