Supardi, pembunuh dan pemakan hati ibu kandung alami sesat pikir
Menurut Dokter Roni, selain sesat pikir, tersangka juga memiliki agresifitas kecurigaan cukup tinggi.
Tim dokter RS Bhayangkari Polda Jawa Timur, hari ini (16/5), kembali memeriksa pembunuh dan pemakan hati ibunya, Supardi. Pria 26 tahun warga Karangploso 14, Bangkingan Wetan, Surabaya, ini menjalani tes Minnesota Multiphasic Personality Inventory (MMPI) atau tes kejiwaan ke dua setelah pemeriksaan pertama, Rabu kemarin.
Dalam tes itu Supardi diwajibkan menjawab 566 pertanyaan dalam bentuk kuesioner. Hasilnya, Menurut Kasubbag Pengawasan Internal RS Bhayangkara Polda Jawa Timur, Dokter Rony Subagyo, anak ketiga pasangan Muntholib dan almarhum Akhiyah ini menderita skizofrenia paranoid (penyimpangan persepsi pikiran) berkelanjutan.
Untuk memudahkan penilaian, ke-566 pertanyaan kuesioner itu diklasifikasikan menjadi 25 item penilaian. Sementara untuk mengukur kejiwaan Supardi, dari 25 item itu dibagi menggunakan tiga cara, yakni; menggunakan item validitas jawaban ditambah 10 skala klinis dan 12 skala tambahan.
Tiga item validitas itu di antaranya mengukur tingkat kebohongan (lie), kesalahan jawaban (fals) dan koreksi (corection). "Dari 25 item itu yang dihitung fals-nya. Dan hasilnya cukup tinggi, yaitu angka 115. Padahal, hasil normal harus kurang dari angka 70. Sehingga dia bisa dibilang sulit berpikir, atau sesat berpikir," terang Rony, Kamis (16/5).
Selain itu, tersangka juga memiliki agresifitas kecurigaan cukup tinggi. "Untuk hasil pastinya, akan kami laporkan ke pihak Polrestabes Surabaya. Selama dua atau tiga hari ini, kami tim dokter akan terus melakukan observasi lebih lanjut terhadap kejiwaan tersangka," ujarnya.
Dokter Roni juga menegaskan, tes MMPI ini dianggap memiliki hasil paling valid di antara tes kepribadian lainnya. Dan MMPI merupakan tes kepribadian paling sering digunakan untuk menelusuri kesehatan mental seseorang yang berguna untuk mengidentifikasi struktur kepribadian dan psikopatologi.
"Dari hasil tes ini nantinya bisa disimpulkan profil kepribadian si pasien dan apa saja gejala-gejala gangguan jiwa yang sering dialami pasien. Hasilnya kita tunggu Senin depan, kita akan melaporkan ke Polrestabes Surabaya," paparnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, Selasa kemarin, warga Bangkingan digegerkan dengan teriakan histeris Muntholib. Dia menjerit histeris melihat istrinya, Akhiyah meninggal dengan kondisi kepala terpenggal.
Dari hasil penyelidikan polisi, Akhiyah dibunuh oleh anak ketiganya sendiri, Supardi. Tersangka tidak hanya memenggal kepala ibunya, tapi juga menyayat dada sang ibu dan mengambil lalu memakan hatinya. Supardi juga menyisakan sebagian hati Akhiyah yang dikantongi dalam plastik.
Rabu sore kemarin, Supardi menjalani tes kejiwaan di RS Bhayangkara Polda Jawa Timur, dan diwajibkan tinggal hingga tiga hari ke depan. Tujuannya agar tim dokter bisa melakukan observasi kejiwaan tersangka secara intens, sebelum diputuskan apakah Supardi mengalami gangguan jiwa atau tidak.