Supardi si pemakan hati ibunya jalani tes kejiwaan
Pemeriksaan dilakukan di RS Bhayangkara Polda Jawa Timur.
Polisi masih terus menyelidiki kasus pembunuhan ibu kandung oleh anaknya di Karangploso 14, Bangkingan Wetan, Surabaya, Jawa Timur yang terjadi Selasa kemarin (14/5). Sore ini, tersangka Supardi menjalani psikotes di RS Bhayangkara Polda Jawa Timur.
Sekitar pukul 16.15 WIB, Rabu (15/5), pria 26 tahun itu datang ke Mapolda Jawa Timur bersama petugas dari Polrestabes Surabaya. Tersangka langsung dibawa menuju ruang Poli Psikiatri dr Roni Subagyo.
Belum ada keterangan resmi soal pemeriksaan tersangka. Hanya saja, menurut Kanit Resmob Polrestabes Surabaya, AKP Agung Pribadi, pihaknya merasa ada keanehan dalam diri tersangka. Sebab, selain memenggal kepala ibunya sendiri, tersangka juga mengambil dan memakan hati ibunya.
"Dari keterangan para tetangga korban dan tersangka, Supardi mengikuti ritual aliran sesat. Nah, kita juga akan menyelidiki apakah Supardi mengikuti aliran tertentu atau tidak. Kalaupun mengikuti, apakah aliran tersebut mengajarkan ilmu sesat atau tidak," ucap Agung.
Sementara untuk mengetahui kejiwaan tersangka, lanjut Agung, hari ini juga pihaknya memeriksakan Supardi ke psikiater RS Bhayangkara Polda Jawa Timur.
Diberitakan sebelumnya, Selasa sekitar pukul 10.00 WIB, warga Bangkingan digegerkan dengan teriakan histeris Muntholib, suami Akhiyah. "Bojoku matek nggak onok ndase (istriku meninggal tak ada kepalanya)," kata Sutadi, salah satu warga menirukan teriakan Munthalib.
Dari hasil penyelidikan polisi, Akhiyah dibunuh oleh anak ketiganya sendiri, Supardi. Tersangka tidak hanya memenggal kepala ibunya, tapi juga menyayat dada sang ibu dan mengambil serta memakan hatinya. Supardi juga menyisahkan sebagian hati Akhiyah yang ditaruhnya dalam rantang plastik.