Tak seperti Ika, waria ini pilih ukir prestasi daripada jual diri
Banyak waria yang tampil ke publik karena keberhasilannya di sejumlah bidang. Mulai pendidikan hingga seni dan hiburan.
Polisi menangkap seorang waria berinisial IE alias Ika, terkait penyebaran konten berbau pornografi di akun media sosial Twitter miliknya. Ika ditangkap di indekosnya Jalan H Kani RT 005/RW 013 Beji pada Selasa (3/5) malam lalu.
Saat kamarnya digerebek petugas, Ika tengah bersama tamu. Terkait penangkapan itu pula, polisi turut menyita 4 dus kondom rasa cokelat isi 6 pcs, 3 dus kondom isi 144 pcs, dan 3 dus lubricant (gel/cream pelicin) merek Sutra berisi 50 pcs.
Diketahui, selama tiga tahun terakhir Ika menyediakan layanan esek-esek khusus untuk pria ABG. Dia memasang tarif awal (DP) yakni Rp 300 ribu, ditransfer ke nomor rekening Bank BCA 7360313501 atas nama Ruth Chusnul Kotimah.
"Kami membekuk Ika karena membuat, memperluas dan menjual aksi pornografinya untuk pria hidung belang di Twitter," kata Kasubdit Renakta Ditreskrimum Polda Metro Jaya AKBP Suparmo.
Untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya, Ika kini ditahan di Mapolda Metro Jaya. Dia disangkakan Pasal 4, Pasal 29 dan Pasal 30 UU No 44 Tahun 2008 tentang Pornografi.
Cerita waria yang menjual diri seperti Ika sebenarnya bukan hal baru. Namun, di antara waria yang mungkin memilih menjalani bisnis prostitusi, ada sederet waria lainnya yang justru mengukir prestasi.
Banyak waria yang tampil ke publik karena keberhasilannya di sejumlah bidang. Mulai pendidikan hingga seni dan hiburan. Berikut ini beberapa waria yang tercatat memiliki prestasi gemilang:
-
Siapa Pak Warnoto? Saat ditemui, Pak Warnoto baru pulang dari ladangnya.
-
Kapan kira-kira budaya Wari berkembang? Budaya Wari merupakan budaya yang ada pada abad ke-7 - ke 13 di wilayah bagian Peru. Namun pada tahun 1100 Masehi, budaya Wari dihancurkan oleh Kekaisaran Inca yang saat itu sedang bangkit.
-
Apa yang dilakukan Syahrini di Jakarta? Tidak ada perubahan, Syahrini selalu terlihat anggun dan menenangkan sekali.
-
Bagaimana Pakta Warsawa dibentuk? Pakta Warsawa, atau Pakta Pertahanan Bersama Warsawa, dibentuk pada 14 Mei 1955 di Warsawa, Polandia.
-
Kapan Desa Wisata Nusa meraih juara? Desa Wisata Nusa telah menyabet juara di Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2021 kategori homestay.
-
Siapa saja yang diarak di Jakarta? Pawai Emas Timnas Indonesia Diarak Keliling Jakarta Lautan suporter mulai dari Kemenpora hingga Bundaran Hotel Indonesia. Mereka antusias mengikuti arak-arakan pemain Timnas
Dorce Gamalama
Dorce Gamalama Halimatussadiyah atau biasa disapa Bunda Dorce bisa dibilang entertainer sejati. Melawak, main film, nyanyi dan membawakan acara handal sudah dijalani dengan prestasi mengagumkan.
Bahkan, kepiawaiannya sebagai pembawa acara talk show, banyak yang menyebut Dorce sebagai Oprah Winfrey versi Indonesia. Namun di balik kehebatan itu, terselip lika liku kehidupan yang harus dijalani Dorce dengan penuh cobaan.
Dorce lahir di Solok, Sumatera Barat, 49 tahun silam dengan nama Dedi Yuliardi Ashadi. Dorce bukan selebriti karbitan, karier dunia hiburannya dimulai dari nol. Dia memulai debut sebagai penyanyi ketika masih di bangku sekolah dasar bersama kelompok Bambang Brothers.
Dari situ, Dorce selalu bahagia saat menghibur orang lain melalui penampilannya. Namun, hal itu berdampak pada pendidikannya saat di SMP, Dorce tidak lagi tertarik pelajaran di sekolahnya. Pada masa itu juga, Dorce menyadari bahwa dia lebih tertarik pada sesama jenis ketimbang wanita dari sisi asmara.
Sejak saat itu, Dorce merambah dunia lawak dan memanfaatkan sisi kewanitaannya dengan berpenampilan sebagai perempuan. Ternyata gaya melawan arus Dorce itu mampu membawanya ke jenjang pintu kesuksesan. Namun dia merasa jiwa kewanitaannya terperangkap dalam tubuh pria.
Tekad Dorce untuk menjadi wanita seutuhnya semakin kuat. Bermodal mental baja dan dana dari penghasilan menyanyi, Dorce akhirnya melakukan operasi kelamin di Surabaya pada tahun 1983.
Ternyata pilihan mengganti nama Dedi menjadi Dorce, makin melambungkan ketenarannya usai tampil perdana di TVRI Surabaya. Film layar lebar Dorce Sok Akrab dan Dorce Ketemu Jodoh yang diperankan Dorce, mampu menampilkan namanya dalam deretan artis Ibu kota. Tidak sampai di situ saja, tawaran untuk membuat album rekaman mengalir kepada Dorce. Lirik ceplas ceplos dan mudah dicerna, makin mengharumkan namanya.
Dorce kembali menjadi perbincangan ketika dia menunaikan ibadah haji ke Mekah, Arab Saudi. Dorce diketahui sebagai satu-satunya transgender yang melakukan rukun Islam yang ke lima.
"Saat itu pro dan kontra, tapi Tuhan masih memberikan rezeki kepadaku," ujar Dorce.
Merlyn Sopjan
Sering kali masyarakat memandang negatif keberadaan waria. Di tengah pandangan negatif masyarakat terhadap waria, Merlyn Sopjan, coba memperjuangkan kaumnya.
Kiprah mantan Putri Waria Indonesia 2006 di organisasi sosial cukup dikenal serta mendapat banyak apresiasi. Dia menjabat sebagai Ketua Iwama (Ikatan Waria Malang) sejak 1996-2011. Selama 15 tahun, waria berambut panjang itu membawa nama Iwama dikenal masyarakat luas.
Saat menjabat sebagai ketua Iwama, dia berhasil membawa nama Iwama ke tingkat Nasional dalam Porseni (Pekan Olahraga dan Seni) Waria se-Indonesia sebagai juara umum dan juara 1 beberapa kali, pada tahun 1995-1997. Selain itu dia sukses membawa Malang dan Iwama ke tingkat International dalam Kontes Miss International Queen tahun 2006 di Thailand.
Kini waria kelahiran Kediri 16 Februari 1973 itu sedang concern di isu HAM dan Gender. Selain menggarap proyek pribadi, alumnus jurusan Teknik Sipil ITN Malang ini sedang menyelesaikan buku ketiga yang rencananya akan diluncurkan sekitar September tahun ini.
Dia menyadari stigma negatif terhadap waria memang tidak akan mudah dihapus begitu saja.
"Ibaratnya selama ini advokasi untuk memberikan citra positif sudah dan terus dilakukan, tapi masih banyak juga orang yang tetap memandang negatif," kata Merlyn kepada merdeka.com.
Kendati demikian, Merlyn bersama waria lainnya terus berjuan menepis opini negatif tersebut karena dia percaya semua ada proses dan tidak mungkin terjadi instan. Meski tidak bisa menghapus semua stigma negatif, lanjutnya, setidaknya penghargaan dan perlakuan positif masyarakat terhadap waria yang semakin baik sudah mengindikasikan bahwa pelan-pelan orang tidak lagi mengeneralisir bahwa semua waria punya perilaku yang buruk.
"Perjuangan yang saya ingin lakukan goal terbesarnya adalah penghargaan orang kepada tiap individu waria. Sebagaimana saya menghargai masing masing orang tanpa melihat apakah mereka mayoritas atau minoritas," ungkapnya.
"Yang pasti tentunya dengan sikap dan karya karya yang positif. Juga bagaimana pada akhirnya waria juga bisa bekerja sebagaimana WNI yang lain di ruang publik tanpa melihat orientasi seks atau identitas gendernya," pungkasnya.
Solena Chaniago
Merasa terjebak dalam jiwa yang tidak sesuai dengan kodrat yang diberikan memang memberikan rasa tidak nyaman. Inilah yang sempat dirasakan Solena Chaniago. Terlahir sebagai pria ternyata membuatnya tidak nyaman karena tidak memiliki rasa maskulin dalam dirinya sejak kecil.
"Saya sudah merasa berbeda saat umur 11 tahun. Saya sudah merasa hormon saya mulai berubah perlahan," kata Solena ketika ditemui di Mangga Dua Square, Jakarta Utara, Selasa (28/7).
Setelah kuliah Solena secara terang-terangan mengenalkan kekasihnya yang berkelamin pria kepada orangtua. Dari situ lah kedua orangtua Solena menyadari bahwa anaknya memang memiliki rasa suka terhadap lawan jenis.
Hingga akhirnya dia dinikahkan secara paksa dengan seorang perempuan, saat Solena berumur 25 tahun. Dari pernikahan tersebut lahirlah seorang perempuan cantik.
Namun, pernikahan itu justru membuat Solena merasa tertekan hingga harus bolak balik masuk UGD karena mengalami depresi yang berat. Akhirnya Solena bercerai dengan istrinya setelah mendapatkan izin dari kedua orangtuanya.
"Setelah bercerai aku langsung pergi ke Amerika dan kerja di sana sebagai penata rambut di Master Barber, New York. Karena keluargaku tidak mendukung, jadi aku berangkat sendiri," imbuh Solena.
Butuh waktu selama tiga tahun bagi Solenia untuk menentukan dokter bedah kelamin mana yang aman untuknya. Hingga akhirnya dia memutuskan pergi ke Thailand untuk menjalani operasi.
"Aku memutuskan untuk ke dokter di Thailand, Dokter Suporn namanya karena dia yang berani jamin kalau secara kosmetik dan rasa tidak akan kecewa, memuaskan. Dokter lain di Amerika enggak berani jamin. Dan setelah saya bandingkan Dokter Suporn ini termahal di dunia," jelasnya.
Sayangnya, kesedihan sempat dia rasakan ketika melihat pasien calon transgender yang menjalani operasi dengan ditemani oleh keluarga, teman, maupun pacar. Meski begitu, Solena tetap semangat menjalani operasi meski harus menghadapi semuanya sendiri.
Selama sepuluh tahun Solena menjalani operasi transisi total hingga menjadi wanita cantik. Meski begitu, dia merasa jalan hidupnya lebih lancar karena merasa lebih percaya diri, dan merasa diterima oleh siapa saja, termasuk anaknya.
"Keluarga inti bukan mendukung tapi mengerti. Yang menentang lebih ke keluarga luar seperti sepupu. Keluarga inti aku mereka mengerti karena mereka sudah melihat aku dari kecil mereka ngerti. Anakku juga saat saya operasi umurnya sudah delapan tahun, aku bilang ke dia dan dia mengerti. Dan pacarku juga menghadapinya jadi perempuan," tandasnya.
Mami Yuli
Yulianus Rettoblaut alias Mami Yuli barangkali waria pertama di Indonesia yang berhasil menyelesaikan studi S2. Tidak hanya itu, dia juga lulus dari Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Tama Jagakarsa dengan nilai sangat baik.
Indeks Prestasi Komulatif (IPK) Mami Yulii adalah 3,85. Tak ayal, ketua umum Forum Komunikasi Waria se-Indonesia (FKWI) termasuk dalam sederetan nama dengan predikat lulusan terbaik.
Setelah mendapat gelar Magister Hukum (M.H), Mami Yuli mengaku belum merasa cukup untuk menambah ilmu hukum. Waria 54 tahun ini bertekad masih akan meneruskan pendidikan untuk meraih gelar doktor di Universitas Jayabaya.
"Kita akan membuka wacana ini bahwa tidak ada diskriminasi di antara kita ini. Dan kita juga melihat bahwa hak dasar warga negara itu terpenuhi," ungkap Mami Yuli usai diwisuda oleh Universitas Tama Jagakarsa di Balai Sudirman, Jakarta, Rabu (9/9).
Untuk meraih gelar doktor, Mami Yuli mengaku sudah diterima program doktoral Universitas Jayabaya. Perkuliahan program doktoral pun akan dimulai pada 26 September mendatang. Jika akhirnya lulus, Mami Yuli mengaku tidak akan cepat berpuas diri.
"Setidak-tidaknya saya harus meraih gelar yang paling tinggi yaitu profesor," ujar Mami Yuli yang masih mengenakan toga.
Dengan modal pengalaman sebagai ketua FKWI, Mami Yuli tak merasa canggung untuk bersaing dengan tokoh-tokoh yang melanjutkan S3 di Universitas Jayabaya.
"Agar dengan pengetahuan yang tinggi kami mampu berkiprah dan bisa berdiri sama tinggi, duduk sama rendah dengan masyarakat Indonesia lain," pungkasnya.