Tekan harga beras, Bulog Purwokerto gelar operasi pasar
Bulog menjual beras seharga Rp 7.200 per kilogram, sedangkan pedagang harus menjual dengan harga Rp 7.400 per kilogram
Tingginya harga beras yang menyentuh Rp 9.300-Rp 9.500 per kilogram untuk jenis IR-64 kelas medium, Bulog Sub Divre IV Banyumas menggelar operasi pasar. Dalam operasi pasar (OP) tersebut, Bulog menyediakan sekitar 5 ribu ton beras yang siap didistribusikan ke empat kabupaten yang ada di eks Karesidenan Banyumas.
Ketua Satgas Tim 1 Bulog Banyumas, Puji Sularso mengemukakan tidak semua pedagang beras di pasar bersedia untuk menjual beras tersebut karena keuntungan yang diperoleh sedikit. Saat ini, Bulog menjual beras seharga Rp 7.200 per kilogram, sedangkan pedagang harus menjual dengan harga Rp 7.400 per kilogram, sesuai yang ditetapkan bupati.
"Karena keuntungannya sedikit, hanya Rp 200 per kilogram, pedagang banyak yang menolak menjual beras OP. Tetapi, sekarang mulai ada permintaan dari beberapa pedagang, setelah kemarin melihat beras OP sangat laku di pasaran,” kata Puji.
Sementara itu, Kepala Bulog Subdivre Banyumas Rudi Amran mengatakan pihaknya mulai menggelontorkan beras untuk OP sejak akhir pekan lalu. Menurutnya, ada lima pasar yang dijadikan tempat OP yakni Pasar Sokaraja, Pasar Karanglewas, Pasar Wage Purwokerto, Pasar Kembaran, dan Pasar Banyumas.
"Bulog menitipkan beras OP kepada para pedagang di masing-masing pasar. Di Sokaraja ada 8 pedagang, Karanglewas dan Kembaran masing-masing 4 pedagang, Pasar Wage 2 pedagang dan Banyumas 9 pedagang. Beras untuk OP dibatasi pembeliannya hanya 3 kg, sehingga satu paket harganya Rp 22.500," jelasnya.
Dengan adanya OP tersebut, lanjut Rudi, dapat menekan harga beras di pasaran. Sebab, jika sebelumnya harga di pasaran mencapai Rp 9 ribu lebih, kini kisarannya Rp 8.800 per kilogram. "Hingga kini, sudah ada 20 ton beras yang digelontorkan. Kami siap untuk menggelontor lebih banyak lagi beras untuk OP,"ujar dia.
Terpisah, Kepala Kantor Bank Indonesia Purwokerto, Rahmat Hernowo mengemukakan harga beras yang ada di pasaran selama ini cukup mengkhawatirkan karena berpotensi untuk meningkatkan inflasi di Purwokerto. Sehingga tim pengendali inflasi daerah mewaspadai potensi melonjaknya inflasi untuk wilayah Purwokerto.
"Potensi dampak lanjutan penyesuaian harga BBM bulan November lalu memang belum dirasakan sebesar Rp 8.500, tetapi baru di kisaran Rp 7.800. Sedangkan efek kenaikan BBM tidak terasa untuk harga sayur mayur di Purwokerto. Namun, potensi kenaikan beras yang walau hanya Rp 100 per kilogram cukup menjadi ancaman. Tetapi, dengan adanya kebijakan Gubernur Jawa Tengah akan membuat operasi pasar diharapkan laju inflasi untuk tahun 2014 ini tidak mencapai lebih dari 5,5 persen," ucapnya.