Gara-Gara Harga Beras Mahal, Pedagang Pilih Berhenti Jualan Karena Tak Tega Naikkan Harga
Dia heran, mengapa harga beras naik sangat tinggi, belum lagi ketersediaan beras di toko-toko ritel yang terbatas.
Umi Kulsum (31) pun memutuskan untuk tidak berdagang beras sementara waktu. Dia tidak tega terhadap pelanggan jika menjual dengan harga tinggi.
Gara-Gara Harga Beras Mahal, Pedagang Pilih Berhenti Jualan Karena Tak Tega Naikkan Harga
Gara-Gara Harga Beras Mahal, Pedagang Pilih Berhenti Jualan Karena Tak Tega Naikkan Harga
Mahalnya harga beras masih menjadi beban pengeluaran terberat bagi masyarakat saat ini. Sejak akhir tahun 2023, hingga pertengahan Februari 2024 masyarakat masih tercekik dengan harga beras.
Umi Kulsum (31) pun memutuskan untuk tidak berdagang beras sementara waktu. Dia tidak tega terhadap pelanggan jika menjual dengan harga tinggi.
"Sementara setop jual beras dulu. Saya yang enggak enak, kalau harus jual beras kualitas premium 5 Kg sudah di harga Rp85.000," kata Kulsum kepada merdeka.com, Rabu (21/2).
Ibu tiga orang anak itu mengaku tidak habis pikir dengan kondisi saat ini. Dia heran, mengapa harga beras naik sangat tinggi, belum lagi ketersediaan beras di toko-toko ritel yang terbatas.
Sebagai warga yang memegang prinsip "belum kenyang kalau tidak makan nasi" pengeluaran Kulsum sangat terdampak dengan kenaikan harga beras.
Untuk sarapan, Kulsum membeli beberapa lontong yang semula seharga Rp1.500 Kini menjadi Rp2.000 atau mengalami kenaikan Rp500.
"Cuma Rp500 memang, tapi itu cukup terasa terhadap pengeluaran saya," ucapnya.
Charlie (31) seorang guru di sekolah swasta Kabupaten Bekasi juga mengaku bingung dengan kenaikan harga beras. Meski di satu sisi, dia masih beruntung mendapatkan jatah beras 10 Kg per bulan dari sekolah tempat dia mengajar.
Hanya saja, saat dia sedang pergi ke luar untuk wisata kuliner, porsi nasi di beberapa kedai rumah makan, terlihat ada pengurangan pada porsi nasi.
"Kalau makan pecel lele misalnya, nasinya sedikit dikurangi, harganya sih tetap," kata Charlie.
Arman, pedagang nasi goreng di Pasar Kota Bekasi, harus merelakan keuntungan yang didapat semakin tipis. Dia memilih untuk tidak menaikan harga ataupun mengurangi porsi nasi.
"Menaikan harga atau porsi nasi kasian pelanggan, ya mau enggak mau keuntungan Dari satu porsi makin kurang, yang penting modal bisa muter dulu," kata Arman.
Di satu sisi, kebijakan impor beras oleh pemerintah tidak cukup mampu meredam lonjakan harga beras.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, impor beras pada Januari 2024 mencapai 135,12 persen. Bahkan pemerintah kembali menambah kuota impor beras sebanyak 2,5 juta ton dari Thailand dan Vietnam. Fenomena El Nino pun selalu dituding sebagai faktor utama lonjakan harga beras di Indonesia.
"Kami mengecek langsung ini fenomena yang tidak pernah kami temukan dalam sejarah pertanian. Kami tanam di Jawa Tengah, dua minggu langsung hangus atau tidak tumbuh atau tiba-tiba berhenti hujan," ungkap Menteri Pertanian, Amran Sulaiman.