Penjual Lontong Pusing Harga Beras Makin Mahal
Pasokan beras medium maupun premium juga mulai langkah di pasar tradisional.
Pasokan beras medium maupun premium juga mulai langkah di pasar tradisional.
Penjual Lontong Pusing Harga Beras Makin Mahal
Penjual Lontong Pusing Harga Beras Makin Mahal
Hartini pening tak tertahankan. Hampir setiap hari, dia disuguhi kenaikan harga beras. Usaha lontongnya pun terancam tak menuai untung.
Hampir tiga bulan terakhir, perempuan yang berusia hampir 70 tahun itu mengurangi pembelian beras untuk berjualan.
Saat beras berada di harga normal, Hartini membeli 10 karung beras dengan berat masing-masing 50 kg, dengan harga Rp500.000 sampai Rp550.000.
Memasuki akhir tahun 2023 hingga pertengahan Februari, dia terpaksa hanya membeli 7 karung beras dengan harga selangit.
"Saya jualan lontong untuk pedagang ketoprak, wedang, gado-gado, sate, di Pasar Rawamangun. Biasa beli 10 karung, sekarang 7 karung itu pun dengan harga yang mahal banget. Saya bingung,"
kata Hartini saat sedang mengantre belanja beras di Pasar Induk Cipinang, Jakarta Timur, Senin (12/2).
Hartini tak enak hati jika dia harus menaikkan harga lontong kepada pedagang yang menjadi langganannya.
Di satu sisi, keuntungan yang didapat dari menjual lontong habis untuk membeli beras dan komponen lainnya seperti gas.
Hartini tidak hanya mengeluarkan uang untuk membeli beras.
Dia juga membayar kuli panggil yang memuat tujuh karung beras ke atas mobil. Upah satu karung bagi kuli yaitu Rp10.000.
Tiba di kediamannya, Hartini kembali harus membayar upah kuli untuk menurunkan beras yang ada di mobil. Upahnya sekitar Rp50.000-Rp100.000.
Setiap hari, Hartini bisa memproduksi sekitar 100-200 lontong, dengan harga jual Rp2.000 per lontong.
Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, setidaknya Hartini membutuhkan 7-10 karung beras.
"Beli 7 karung harganya sudah Rp700.000. Saya susah sekali dapat untungnya, kami pedagang ini bingung. Enggak mungkin saya berhenti operasi karena sudah puluhan tahun saya jualan lontong," ucapnya.
Di tempat yang sama, Kepala Badan Pangan Nasional, Arief Prasetyo menegaskan pihaknya tengah berupaya menyesuaikan harga beras. Dia juga meminta kerjasama Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), untuk menurunkan sedikit margin terhadap penjualan beras.
"Jadi kita sesuaikan nanti harga dari Bulog kita agak turunkan sedikit, teman-teman di sini juga turunkan sedikit nanti Pak Roy (Aprindo) juga saya minta ya 1-2 bulan ini turunkan harga marginnya juga, untuk merah putih kira-kira begitu ya," ujar Arief di Pasar Induk Cipinang, Jakarta Timur, Senin (12/2).
Arief mengatakan, dibandingkan menyesuaikan Harga Eceran Tertinggi (HET), yang perlu dibenahi justru bagian produksi.
Sebab, menurutnya, jika HET diubah atau dilakukan penyesuaian akan berdampak luas misalnya kelebihan pasokan beras.
Menurut Arief, Fungsi HET ini sebagai indikator bagi pemerintah menilai harga beras tersebut sudah terlampau tinggi atau malah rendah.
Mengingat panen besar dalam negeri diprediksi sekitar Maret. Sehingga beras baru bisa akan terdistribusi sekitar April.
"Setelah panen raya kita duduk lagi," ucap Arief.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi), Reynaldi Sarijowan mengatakan, kenaikan harga beras telah memecahkan rekor tertinggi di era pemerintahan Jokowi.
Reynaldi mencatat, saat ini harga beras medium dijual Rp13.500 per kilogram (kg). Sedangkan beras premium sudah menyentuh Rp 18.500 per kg.
"Ini harga beras tertinggi sepanjang pemerintahan presiden Jokowi," ujar Reynaldi kepada merdeka.com di Jakarta, Senin (12/2).
Selain alami kenaikan harga, lanjut Reynaldi, pasokan beras medium maupun premium juga mulai langkah di pasar tradisional.
Kondisi ini menyebabkan harga beras menjadi semakin mahal.