Jangan Kaget Makan di Warteg Porsi Nasi Jadi Sedikit dan Tak Lagi Pulen, Pedagang: Porsi Dikurangi Daripada Naikkan Harga
Bahkan, pelanggan terpaksa merogoh uang lebih dari biasanya untuk menambah porsi nasi agar menjadi lebih banyak.
Meskipun demikian, harga makanan yang dibelinya di warteg langganannya masih tetap sama.
Jangan Kaget Makan di Warteg Porsi Nasi Jadi Sedikit dan Tak Lagi Pulen, Pedagang: Porsi Dikurangi Daripada Naikkan Harga
Jangan Kaget Makan di Warteg Porsi Nasi Jadi Sedikit dan Tak Lagi Pulen, Pedagang: Porsi Dikurangi Daripada Naikkan Harga
Faesal (24), salah seorang pelanggan warung Tegal alias Warteg menceritakan bahwa dalam beberapa hari terakhir porsi nasi yang dibelinya lebih sedikit dari biasanya. Meskipun, harga makanan yang dibelinya di warteg langganannya masih tetap sama.
"Sekarang kayaknya nasi di warteg daerah Palmerah tempat langgananku, jadi dikit banget," ujar Faesal kepada Merdeka.com di Jakarta, Rabu (21/2).
Bahkan, dia terpaksa merogoh uang lebih dari biasanya untuk menambah porsi nasi agar menjadi lebih banyak.
"Kan kalau dengan porsi nasi sedikit kan gak kenyang, jadi pesan nasi lagi nambah Rp5.000 dari biasanya," curhatnya.
Selain porsi yang lebih sedikit, Faesal juga merasa kualitas nasi yang disediakan pedagang warteg menurun dari biasanya. Di mana, tekstur nasi yang dibelinya tidak pulen dari biasanya.
"Nasinya juga kayak keras gitu, biasanya kan pulen, enak," ungkapnya.
Ketua Koperasi Warteg Nusantara (Kowantara), Mukroni mengakui bahwa dirinya terpaksa mengurangi porsi nasi untuk menekan kerugian dibandingkan menaikkan harga makanan. Cara ini dipilih agar pelanggan tidak kabur di tengah mahalnya harga beras.
"Iya memang nasi dikurangi sedikit ya, kalau dinaikkan harganya takut pelanggan kabur," ujarnya.
Mukroni menyebut, saat ini, kenaikan harga beras dinilai sudah tak wajar. Pasalnya, kenaikan harga beras sudah di atas 20 persen dari harga normal.
"Kan kalau kita biasa pakai yang medium itu Rp11 ribuan. Sekarang sudah Rp13 ribu sampai Rp14 ribu untuk yang rasanya pulen itu," ujarnya.
Oleh karena itu, Mukroni meminta pemerintah segera menurunkan harga beras Dalma waktu dekat. Dirinya khawatir jika terus mengurangi porsi nasi akan membuat pelanggan kabur.
"Jadi, mau tidak mau pemerintah harus bisa lah ini turunkan beras. Kalau kayak gini terus kan repot, kita juga terus terima komplain dari pelanggan karena nasi dikurangi porsinya," keluh Mukroni.
Survei Pantauan Biaya Bank Indonesia (BI) mencatat, harga beras mengalami kenaikan di berbagai wilayah Indonesia.
Kenaikan harga beras tertinggi berada di Provinsi Kalimantan Tengah yang hampir mencapai Rp19.000 per kilogram (kg).
"Dari survei biaya pantauan biaya, itu memang kisarannya terlalu besar ya (kenaikan harga beras) Rp 12.947 kilogram. Kalau di kalimantan tengah itu mencapai Rp18.800 per kilogram," kata Deputi Gubernur BI, Aida S Budiman dalam konferensi pers di Gedung BI, Jakarta Pusat, Rabu (21/2).
Aida mengungkap, kenaikan harga beras tersebut dipengaruhi fenomena El Nino yang berdampak pada mundurnya musim tanam padi. Akibatnya produksi beras di dalam negeri menjadi terganggu.
Untuk menekan kenaikan harga beras, pemerintah melakukan impor guna memenuhi cadangan beras pemerintah (CBP). Saat ini, pasokan CBP mencapai 1,2 juta ton.