Dampak dari Kemarau Panjang, Ini Fakta di Balik Naiknya Harga Beras di Jateng
Kemarau panjang membuat petani padi di berbagai daerah terancam gagal panen.
Kemarau panjang membuat petani padi di berbagai daerah terancam gagal panen.
Dampak dari Kemarau Panjang, Ini Fakta di Balik Naiknya Harga Beras di Jateng
Dalam beberapa pekan terakhir, harga beras pada tingkat penggiling di Purworejo terus melambung tinggi. Kenaikan ini dinilai signifikan dengan kondisi kemarau panjang yang sedang melanda berbagai daerah di Jawa Tengah.
-
Apa yang terjadi akibat dampak kemarau di Jateng? Dampak kemarau mulai terasa pada beberapa daerah di Jawa Tengah.
-
Apa dampak musim kemarau di Jateng? Dampak musim kemarau juga dirasakan petani karena menyebabkan mereka mengalami gagal panen.
-
Apa dampak kemarau di Jateng? Kondisi musim kemarau yang panjang membuat warga dilanda krisis air bersih.
-
Dimana harga beras juga naik? Kenaikan harga sembako juga terjadi di Pasar Belakang Kodim Brebes. Harga telur ayam dari Rp26.000 per kilogram menjadi Rp28.000 per kilogram. Begitu pula dengan harga beras medium yang naik Rp1.000 per kilogram.
-
Kenapa harga beras masih mahal? Berdasarkan data Bapanas per Selasa (19/3), harga beras premium berada di kisaran Rp16.490,- per Kg. Harga beras terpantau masih mahal.
-
Apa dampak dari kekeringan di Jawa Tengah? Dampak musim kemarau yang perkepanjangan ini memukul ratusan jiwa warga Desa Garangan, Kecamatan Wonosamudro, Kabupaten Boyolali. Dalam dua bulan terakhir, mereka kesulitan air bersih.
Sebagai contoh, beras medium yang harga sebelumnya Rp10.500 per kilogram, kini dijual dengan harga Rp12.000 per kilogram.
Sementara untuk beras semi premium harganya berada di angka Rp12.400-12.600.
Melonjaknya harga beras membuat pemilik penggilingan harus putar otak. Kenaikan harga itu membuat mereka sulit menjual beras pada konsumen di pasaran.
Sementara itu di Pasar Simongan, Kota Semarang, harga beras jenis medium yang sebelumnya dijual dengan harga Rp10.000 per kilogram kini dijual dengan harga Rp13.500. Sedangkan beras premium yang dijual Rp13.000 per kilogram kini dijual dengan harga Rp15.500 per kilogram.
Naiknya harga beras ini dikeluhkan pembeli. Mereka kaget karena saat ini beras dijual dengan harga tinggi.
“Ya kaget dong. Harapannya harganya bisa kembali normal. Kasihan yang penghasilannya rata-rata,” kata Istianingsih, salah seorang pembeli, dikutip dari kanal YouTube Liputan6 pada Selasa (5/9).
Tingginya harga beras di pasaran juga dirasakan pembeli dan pedagang di Pasar Cerme Banyumas. Di sana, beras jenis medium dijual dengan harga Rp13.000-13.500 per kilogram. Padahal sebelum naik, beras medium hanya dijual dengan harga Rp11.000 per kilogram.
Sedangkan beras premium yang sebelumnya dijual dengan harga Rp13.000 per kilogram kini naik mencapai Rp15.500 per kilogram. Di tingkat tengkulak, harga beras juga naik. Mau tak mau penjual ikut menaikkan harga jual beras.
Sejak kenaikan harga beras itu sebenarnya omzet pedagang menurun. Hal ini dikarenakan pembeli ikut menurunkan jumlah pembelian beras. Pedagang berharap harga beras kembali stabil agar omzet mereka kembali normal.
Kenaikan harga beras juga terjadi di Boyolali. Sudah sepekan terakhir harga beras premium menyentuh angka Rp15.000 per kilogram. Naiknya harga beras membuat pembeli mengurangi jumlah pembelian.
“Ya dikurangi. Tapi tetap ada yang beli. Mereka belinya sedikit-sedikit soalnya lagi mahal,” kata Sukamti, salah seorang pedagang beras di Pasar Kota Boyolali, dikutip dari kanal YouTube Liputan6 pada Selasa (5/9).
Produksi Sawah Terancam Gagal
Naiknya harga beras ini diduga tak lepas dari dampak musim kemarau yang panjang. Di Waduk Malahayu, Brebes, volume air bendungan menyusut drastis. Penyusutan itu terjadi akibat fenomena El Nino atau kemarau panjang. Volume air yang biasanya mencapai 32 juta meter kubik, kini tinggal menyisakan 6 juta meter kubik.
Jumlah ini harus digunakan sebanyak 4 juta meter kubik untuk mengairi 12.000 hektare sawah warga. Jika masih tidak turun hujan dalam beberapa hari ke depan, diprediksi air waduk akan habis dalam 15 hari. Produksi sawah petani terancam gagal karena hal ini.
“Kita di volume 6 juta ini ada jadwal 5 tiga, jam lima mengalir jam tiga tutup,” ungkap Dede Saefudin, Koordinator Bendungan Waduk Mahalayu, dikutip dari kanal YouTube Liputan6.