Dampak Kemarau di Jateng Mulai Terasa, Potensi Kebakaran Meningkat
Luas lahan tani terdampak kemarau meningkat di Cilacap.
Luas lahan tani terdampak kemarau meningkat di Cilacap.
Dampak Kemarau di Jateng Mulai Terasa, Potensi Kebakaran Meningkat
Dampak kemarau mulai terasa pada beberapa daerah di Jawa Tengah. Di Kudus, pemerintah setempat meminta pemerintah untuk mewaspadai potensi kebakaran yang dimungkinkan terjadi selama musim kemarau. “Kasus kebakaran belum lama terjadi di Desa Tumpangkrasak, Kecamatan Jati, Kudus, yang diduga karena konsleting listrik. Untuk itu patut jadi kewaspadaan bersama karena sudah masuk musim kemarau,” kata Kasi Kedaruratan dan Logistik BPBD Kudus, Manaji, dikutip dari ANTARA pada Kamis (6/7).
-
Kenapa potensi kebakaran meningkat saat kemarau? Potensi kebakaran di setiap daerah bakal meningkat. Terkait hal ini, personel pemadam kebakaran BPBD Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengimbau masyarakat agar mewaspadai kejadian kebakaran baik di rumah dan lahan yang rawan .
-
Apa dampak kemarau di Jateng? Kondisi musim kemarau yang panjang membuat warga dilanda krisis air bersih.
-
Apa dampak musim kemarau di Jateng? Dampak musim kemarau juga dirasakan petani karena menyebabkan mereka mengalami gagal panen.
-
Apa dampak kekeringan di Jateng? Warga Terdampak Kekeringan di Jateng Capai 9.153 Jiwa, Ini Penjelasan BPBD
-
Apa dampak cuaca ekstrem di Jateng? Dampak Cuaca Ekstrem Terjang Jateng, Sebabkan Longsor hingga Angin Kencang di Beberapa Tempat Cuaca ekstrem yang terjadi membuat ratusan rumah warga rusak.
-
Apa dampak dari kekeringan di Jawa Tengah? Dampak musim kemarau yang perkepanjangan ini memukul ratusan jiwa warga Desa Garangan, Kecamatan Wonosamudro, Kabupaten Boyolali. Dalam dua bulan terakhir, mereka kesulitan air bersih.
Hingga Juni 2023, jumlah kasus kebakaran di Kabupaten Kudus sudah mencapai 30 kasus. Jumlah terbanyak terjadi pada pondok pesantren, yaitu 17 kasus. Kebakaran lainnya terjadi pada lahan tanaman, tempat usaha, kandang ternak dan warung masing-masing satu kasus. Sedangkan kebakaran yang terjadi di tempat penampungan sampah (TPS) berjumlah tiga kasus. “Kalau hendak membakar sampah, baik di pekarangan rumah maupun di ladang, terutama di ladang tebu, sebaiknya ditunggui jangan sampai ditinggal. Banyak kasus kebakaran yang berawal dari membakar sampah karena tidak ditunggui kemudian api merembet ke kawasan sekitar,” kata Manaji.
Kepala Bidang Tanaman Dinpertan Kabupaten Cilacap, Mlati Asih Budiarti, mengatakan bahwa luas tanaman padi yang terdampak kekeringan di Kabupaten Cilacap bertambah menjadi 1.010 hektare. Pada pertengahan Juni kemarin, luas tanaman terdampak ada 602 hektare.
Kendati demikian, hingga saat ini belum ada area tanaman padi yang dinyatakan gagal panen. Menurutnya, hal tersebut dikarenakan sebagian besar tanaman padi yang terdampak kekeringan berumur lebih dari 60 hari setelah tanam, sehingga masih relatif aman sampai dengan panen. “Terhadap tanaman padi yang berumur kurang dari 60 hari setelah tanam, kami bersama petani berupaya melakukan langkah penyelamatan melalui pompanisasi,” terang Mlati.
Dalam kesempatan terpisah, Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cilacap, Budi Setyawan, mengatakan jumlah wilayah terdampak kekeringan di Cilacap bertambah menjadi enam desa yang tersebar di tiga kecamatan.
Menurut dia, wilayah yang terdampak kekeringan itu terdiri atas Desa Kawunganten, Bojong, dan Kubangkangkung di Kecamatan Kawunganten, Desa Rawaapu dan Bulupayung di Kecamatan Patimuan, serta Desa Matenggeng di Kecamatan Dayeuhluhur. "Hari ini (6/7), kami kembali menyalurkan bantuan air bersih ke Desa Kawunganten dan Bulupayung, masing-masing sebanyak satu tangki. Total bantuan air bersih yang telah disalurkan hingga hari ini mencapai 25 tangki," katanya dikutip dari ANTARA.