Warga Sumsel di Wilayah Ini Dilarang Keras Nyalakan Api, Ada Karhutla dan Kabut Asap Mengancam
Secara keseluruhan luasan karhutla di Sumsel Januari-Juni 2023 seluas 1.129 ha atau berkurang dari periode yang sama pada 2022 di angka 2.222 ha.
Sejumlah wilayah di Sumatera Selatan rawan karhutla apalagi bila puncak musim kemarau tiba.
Warga Sumsel di Wilayah Ini Dilarang Keras Nyalakan Api, Ada Karhutla dan Kabut Asap Mengancam
Karhutla di Sumsel
Beberapa wilayah yang masuk dalam kategori rawan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Sumatera Selatan mulai mengalami kekeringan. Kekeringan menyebabkan api mudah muncul dan berakibat adanya kabut asap.
Daerah yang terpantau mulai mengalami kekeringan yakni Musi Banyuasin dan Ogan Komering Ilir (OKI). Dua kabupaten ini memiliki lahan gambut yang luas dan setiap musim kemarau menjadi langganan karhutla hebat.
Kepala Balai Pengendalian Iklim Kebakaran Hutan dan Lahan (PPIKHL) Wilayah Sumatra, Ferdian Kristanto menyebut permukaan air di lahan gambut kawasan Musi Banyuasin dan OKI menurun drastis seiring mendekati puncak musim kemarau, Agustus dan September 2023. Kabar baiknya, secara umum gambut-gambut tersebut terbilang masih basah.
"Mulai alami kekeringan walaupun belum signifikan, tapi menjadi perhatian karena segera memasuki puncak musim kemarau," ungkap Ferdian, Kamis (27/7).
Masyarakat Dilarang Nyalakan Api
Dengan kondisi demikian, masyarakat diimbau tidak melakukan aktivitas yang menimbulkan kebakaran, apalagi secara sengaja. Sebab api sangat mudah merambat ke lahan sekitar mengingat cuaca panas dan lahan mulai kering. "Imbauan itu harus terus disampaikan kepada masyarakat karena kabut asap akan muncul jika karhutla semakin meluas," ujar Ferdia.
Berdasarkan data citra satelit sepanjang Januari hingga Juni 2023 terjadi peningkatan jumlah karhutla di lahan gambut OKI.
Tercatat ada 310 hektare yang terbakar dan jauh meningkat dibandingkan dengan luasan karhutla pada 2022 seluas 20 ha.
@merdeka.com
Secara keseluruhan luasan karhutla di Sumsel Januari-Juni 2023 seluas 1.129 ha atau berkurang dari periode yang sama pada 2022 di angka 2.222 ha.
Sama halnya seperti tahun-tahun sebelumnya, karhutla tahun ini mayoritas disebabkan aktivitas membuka lahan dengan cara membakar.
Sejauh ini karhutla masih dapat ditangani tim lapangan sehingga tidak sempat meluas ke lahan sekitar.
"Lahan gambut itu sulit terbakar jika tidak ada yang membakar atau aktivitas manusia. Ini perlu diwaspadai karena karhutla mulai menilai frekuensinya," kata Ferdian memungkasi.