Karhutla di Sumsel Sekarang Lebih Parah Dibanding 2019, Ini Penyebabnya
Karhutla terparah terjadi di Kabupaten Ogan Komering Ilir, Ogan Ilir, Musi Rawas Utara, Ogan Komering Ulu Timur, Banyuasin, dan Musi Banyuasin.
Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Sumatera Selatan tahun ini lebih parah ketimbang 2019. Selain lebih luas, dampaknya juga semakin parah.
Karhutla di Sumsel Sekarang Lebih Parah Dibanding 2019, Ini Penyebabnya
Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), areal yang terbakar Januari hingga September 2023 seluas 36.082 hektare. Penambahan karhutla signifikan terjadi pada September sebanyak 32.000 hektare.
Karhutla tahun ini terparah dibanding kebakaran hebat empat tahun lalu. Pada periode Januari-Agustus 2019, jumlah lahan yang terbakar adalah 12.412, hektare, pada 2020 dengan periode yang sama turun menjadi 834,4 hektare, di tahun 2021 luasan yang terbakar di Sumsel adalah 2.762,4 hektare, dan pada 2022 luasan yang terbakar 2.768,5 hektare.
"Betul, areal karhutla tahun ini terparah dari tahun-tahun sebelumnya, terutama pada 2019," ungkap Kepala Balai Pengendalian Perubahan Iklim dan Kebakaran Hutan Lahan Wilayah Sumatera Ferdian Kristanto, Senin (9/10).
Karhutla terparah terjadi di Kabupaten Ogan Komering Ilir, Ogan Ilir, Musi Rawas Utara, Ogan Komering Ulu Timur, Banyuasin, dan Musi Banyuasin. Daerah-daerah itu diakui masuk dalam wilayah rentan karhutla setiap musim kemarau.
Saat ini, terjadi kebakaran di kawasan tol Kayuagung-Palembang tepatnya di Km 353 Kabupaten Ogan Komering Ilir dan Desa Sungai Rengit, Banyuasin. Tim pemadam dari Manggala Agni, BPBD, TNI, dan Polri masih berjibaku memadamkan api.
Menurut Ferdian, luasnya areal karhutla disebabkan lamanya masa kemarau yang terjadi. Terlebih adanya peningkatan suhu panas dan El Nino.
Kanal yang ada di lokasi lahan gambut kini telah mulai mengering sehingga menyulitkan proses pemadaman baik darat maupun udara. Teknik Modifikasi Cuaca (TMC) sangat diharapkan untuk membantu proses pemadaman melalui hujan meski hasilnya tak maksimal.
Menurut dia, saat ini bukan hanya luasan areal terbakar yang menjadi masalah. Tetapi dampak karhutla seperti asap itu lebih bahaya, baik bagi kesehatan, pendidikan, dan aktivitas masyarakat yang terdampak.