Dampak Karhutla Meluas, Udara di Palembang Mulai Tidak Sehat
Kebakaran hutan dan lahan di Sumatera Selatan terus meluas. Akibatnya, udara di Palembang memasuki kategori tak sehat.
Kebakaran hutan dan lahan di Sumatera Selatan terus meluas. Akibatnya, udara di Palembang memasuki kategori tak sehat.
Dampak Karhutla Meluas, Udara di Palembang Mulai Tidak Sehat
Alat pengukur konsentrasi partikulat (PM 2.5) menunjukkan kondisi udara di kota itu beberapa hari terakhir sudah menyentuh kategori sedang. Bahkan pada Senin (28/8) pukul 08.00 WIB, udara di Palembang menyentuh kategori tidak sehat.
Kepala Stasiun Meterologi Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang Siswanto mengungkapkan, kondisi udara di Palembang yang mulai tak sehat lantaran asap mengikuti arah angin yang bertiup ke arah barat daya dan tenggara yang berarti mengarah ke wilayah Palembang. Sementara karhutla saat ini masih berada di Ogan Ilir dan Musi Banyuasin.
"Karhutla memicu asap masuk ke Palembang. Karena itu fenomena ini perlu diwaspadai," ungkap Siswanto.
Bahayanya, kabut asap mengganggu kesehatan dan aktivitas masyarakat. Sama halnya dengan penerbangan di Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang dengan berkurangnya jarak pandang.
Dikatakan, puncak musim kemarau di Sumsel diprediksi berakhir pada September 2023. Beberapa wilayah di provinsi itu diperkirakan akan mengalami hari tanpa hujan sampai tujuh hari ke depan.
Pada situasi ini, potensi kebakaran lahan berisiko meningkat seiring dengan kondisi lahan yang kian mengering. Daerah-daerah rawan kebakaran, seperti OKI, Ogan Ilir, Banyuasin, Musi Banyuasin, dan Muara Enim, juga diperkirakan tidak turun hujan.
"Walaupun hujan juga, intensitasnya sangat kecil, sementara kebakaran meluas," ujarnya.
Kepala Balai Pengendalian Perubahan Iklim dan Kebakaran Hutan Lahan (PPIKHL) Wilayah Sumatera Ferdian Kristanto menjelaskan, karhutla terdapat di tiga kecamatan di OKI, yakni Pangkalan Lampam, Tulung Selapan, dan Pampangan. Sementara karhutla di Ogan Ilir terdapat di Palem Raya dan Pemulutan.
Api juga terpantau berada di Kecamatan Muara Medak, Musi Banyuasin. Areal yang berbatasan langsung dengan Provinsi Jambi ini menjadi langganan terbakar.
"Luas lahan yang terbakar mulai 2 ha hingga 150 ha di satu titik," kata dia.