Curah Hujan di Sumsel Makin Berkurang, Daerah Rawan Karhutla Diminta Waspada
Seiring dengan penurunan curah hujan, potensi titik panas (hotspot) semakin meningkat.
Kemarau panjang menyebabkan curah hujan di Sumsel menurun. Dampaknya, bahaya karhutla mengincar.
Curah Hujan di Sumsel Makin Berkurang, Daerah Rawan Karhutla Diminta Waspada
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprakirakan sebagian besar wilayah Sumatera Selatan dalam kondisi curah hujan rendah pada dasaran ketiga Agustus 2023. Daerah yang curah hujannya rendah merupakan kawasan yang rawan kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Curah hujan rendah sekitar 0-50 milimeter terjadi di sebagian Musi Banyuasin, seluruh Musi Rawas Utara, sebagian Musi Rawas, Pagaralam, Lahat bagian selatan, Muara Enim bagian selatan, sebagian kecil Ogan Komering Ulu (OKU), dan OKU Selatan. Sementara sebagian kecil Ogan Komering Ilir (OKI) bagian barat berpeluang kurang dari 40 persen terjadi curah hujan menengah (51-150 mm).
Kepala Stasiun Klimatologi Kelas I Sumsel, Wandayantolis menjelaskan, monitoring Hari Tanpa Hujan (HTH) berturut-turut menunjukkan sebagian besar wilayah Sumsel bagian barat masih mengalami hujan saat pemutakhiran data hingga mengalami HTH dengan kriteria sangat pendek (1-5 hari).
Sebagian kecil Banyuasin dan Muara Enim terjadi HTH dengan kriteria pendek (6-10 hari). Sementara di wilayah Sumsel bagian tengah mengalami HTH dengan kriteria menengah (11-20 hari). Sedangkan di sebagian kecil Lahat bagian timur, OKU, OKU Timur, Muara Enim bagian timur, Banyuasin bagian timur, Ogan Ilir bagian utara, dan OKI bagian barat mengalami HTH dengan kriteria panjang (21-30 hari) hingga sangat panjang (31-60 hari).
HTH terpanjang terukur di Pos Hujan Celikah, Kecamatan Kayu Agung, OKI, dengan panjang HTH 39 hari.
"Analisis perkembangan musim seluruh wilayah Sumsel telah memasuki musim kemarau," kata Kepala Stasiun Klimatologi Kelas I Sumsel, Senin (21/8).
Pada dasarian I Agustus 2023, indeks ENSO sebesar +1.34, sedangkan Indeks IOD sebesar +0.52. El Nino diprediksi terus berkembang menjadi moderat pada semester II 2023, serta IOD positif diprediksi bertahan hingga akhir tahun 2023. Kemudian aliran massa udara di wilayah Indonesia didominasi oleh angin Timuran, belokan dan pertemuan angin terjadi di sekitar pulau Sumatera, dan pola anti-siklonik terjadi di perairan barat Sumatera.
Daerah tutupan awan terjadi di wilayah Sumatera bagian utara dan sebagian Papua. Dibandingkan dengan klimatologisnya, tutupan awan di wilayah Indonesia pada dasarian I Agustus 2023 lebih sedikit. Analisis pada dasarian I Agustus 2023 menunjukkan MJO tidak aktif, dan diprediksi tetap tidak aktif hingga dasarian II Agustus 2023. Seiring dengan penurunan curah hujan, potensi titik panas (hotspot) semakin meningkat. Masyarakat diharapkan waspada terhadap dampak yang dapat timbul selama musim kemarau, bijak dalam menggunakan air bersih, serta selalu menjaga lingkungan dari potensi bahaya karhutla.
"Hindari aktivitas yang menyebabkan munculnya api karena cuaca panas akan membuat lebih besar," kata Kepala Stasiun Klimatologi Kelas I Sumsel.