Terganjal biaya, puluhan WN China gagal dipulangkan
China ternyata selektif dalam memilih siapa saja yang perlu dibiayai untuk dipulangkan.
Hingga saat ini lebih dari 60 orang WN China yang ditangkap pihak Imigrasi wilayah Denpasar masih mendekam di Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) di Jimbaran Kuta Selatan, Bali.
Jumlah yang ditangkap pihak imigrasi tersebut sejak bulan April hingga terakhir sepekan lalu yang mengamankan sedikitnya 19 warga China.
Kepala Bidang Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian pada Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Ngurah Rai, Mohammad Sholeh mengatakan, bahwa masalah pemulangan memang jadi ganjalan urusan keimigrasian.
Menurutnya, soal dana untuk pemulangan diajukan ke perwakilan China di Jakarta, negara itu ternyata selektif dalam memilih siapa saja yang perlu dibiayai untuk dipulangkan.
"Tidak semuanya bisa dipulangkan. Karena harus dipilih selektif, jadi hanya sebagian saja yang dapat dipulangkan. Semuanya jadi pertimbangan dari perwakilan Tiongkok di Jakarta," papar Sholeh, Selasa (11/8) di Kuta Selatan, Bali.
Lanjutnya, jika jumlah tahanan meningkat itu berarti peningkatan biaya yang harus dikeluarkan oleh Rudenim setempat untuk memenuhi kebutuhan hidup dasar para tahanan juga meningkat, seperti makan dan minum.
"Saat pemulangan 36 warga Tiongkok yang lalu, bantuan yang diberikan Pemerintah Tiongkok tidak penuh. Kami pun akhirnya mencari sponsor selain dana dari Pemerintah Indonesia. Sebab, Imigrasi tak memiliki anggaran untuk pemulangan seperti itu," katanya.
Dengan adanya penambahan WN China yang ditangkap, hal ini menjadi dilematis. Satu sisi harus ditertibkan di sisi lain bingung memikirkan anggaran hidup mereka.
Untuk diketahui, semua WN asing yang ditangkap oleh Imigrasi umumnya terkena sanksi masalah penyalahgunaan izin visa. Namun dalam pengembangan kasusnya ada dugaan mereka adalah komplotan cyber crime.