Tergiur Iklan TikTok Kuliah S3 Murah di Filipina, Pria di Bekasi Tertipu Rp30 Juta
Iklan itu berisikan program S3 di Philippines Women's University (PWU), Filipina.
Aloysius melihat iklan tersebut pada November 2023 lalu.
- Curhatan Pilu Wanita Kemalingan TV hingga Beras di Rumahnya, Tuai Simpatik Warganet
- Bikin Iri Warganet, Momen Wanita Dilamar Kekasih di Tengah Pertunjukan Tari Kecak Ini Viral
- Viral Suami Beri Ucapan Ulang Tahun ke Istri dengan Cara Tak Biasa, Sukses Bikin Iri Warganet
- Ditangkap di Jember, Pemilik Akun TikTok yang Ancam Tembak Anies Tidak Terafiliasi ke Partai
Tergiur Iklan TikTok Kuliah S3 Murah di Filipina, Pria di Bekasi Tertipu Rp30 Juta
Aloysius Bernanda Gunawan (46), pria asal Kota Bekasi diduga menjadi korban penipuan setelah tergiur kuliah program doktoral (S3) di Filipina yang ditawarkan melalui iklan di media sosial.
Aloysius melihat iklan tersebut pada November 2023 lalu. Iklan itu berisikan program S3 di Philippines Women's University (PWU), Filipina.
"Jadi saya itu sebenarnya dapat iklan di media sosial TikTok, Facebook itu kira-kira sudah dari November lah (2023), mungkin karena saya lagi cari informasi tentang doktor, jadi iklannya pada masuk," kata Aloysius, Jumat (19/4).
Aloysius yang tergiur dengan iklan tersebut langsung menghubungi nomor kontak yang tertera di media sosial tersebut. Tidak lama kemudian, dia pun dimasukkan ke grup whatsapp yang isinya merupakan calon mahasiswa S3 di PWU angkatan keempat.
Beberapa hari kemudian, Aloysius mendapat informasi dari grup tersebut bahwa akan ada seminar nasional di salah satu hotel di Bekasi. Seminar itu juga dihadiri oleh pihak PWU dan beberapa alumni dari angkatan sebelumnya.
"Seminar internasional mengundang pembicaranya itu ada dari kampus itu (PWU). Kemudian ada juga dari alumni angkatan pertama atau kedua, empat atau tiga orang. Selain seminar juga ada penyerahan ijazah yang alumni ini," katanya.
Saat itu Aloysius sempat mengecek keaslian ijazah tersebut untuk meyakinkan dirinya sendiri. Setelah dicek, ijazah tersebut statusnya sudah diakui dan telah disetarakan.
"Semakin yakin lah kita, seminarnya ada di Indonesia, angkatan yang pertama kedua juga sudah disetarakan ijazahnya," jelasnya.
Pada Desember 2023 awal, Aloysius mendapat informasi kalau dirinya dialihkan ke angkatan kelima. Karena berdasarkan keterangan yang diterima, angkatan keempat sudah akan mau memulai perkuliahan.
Aloysius pun diminta untuk melunasi uang Rp30 juta sebelum 31 Desember 2023. Menurutnya, pembayaran tersebut merupakan biaya beasiswa dan jauh lebih murah jika bayar normal.
"Karena harga normalnya itu yang dibilang Rp60 juta, sementara kalau kita lihat di websitenya itu PSU itu sekitar Rp86-90 juta. Sama dia diiming-imingi beasiswa, beasiswa parsial katanya, jadinya cuma bayar Rp30 juta," kata Aloysius.
Tergiur dengan harga yang jauh lebih murah dari harga normal, Aloysius pun langsung melunasinya dengan cara dicicil sebanyak dua kali.
"Karena lagi ada kesempatan ya sudah saya bayar, toh lagi ada uangnya. Saya bayar di Desember pertengahan tanggal 14 sama 18, dicicil dua kali," katanya.
Beberapa hari kemudian Aloysius mulai curiga saat peserta yang mengikuti program S3 di Filipina sudah mencapai 54 orang. Sebab, menurut dia, program doktor di Indonesia tidak sebanyak itu.
Hingga Januari 2024, peserta yang sudah mendaftarkan program tersebut mencapai 207 orang. Pihak penyalur itu pun berencana memindahkan seluruh calon doktor ke Asian University Internasional di Malaysia.
"Terakhir mungkin sekitar pertengahan Februari mulai lah dia bilang 'wah ini karena terlalu banyak programnya saya ditegur dari Filipin'. Beberapa hari kemudian dia WA lagi, wah ini karena ini kegagalan pendaftaran, anda sekalian di alihkan ke kampus AUI (Asian University Internasional) di Malaysia," katanya.
Berawal dari situ lah, seluruh peserta yang berada di grup WhatsApp tersebut mulai komplain dengan pihak penyalur. Aloysius juga menyebut kalau uang pendaftaran peserta sudah habis digunakan oleh salah satu pengelola.
"Sampai akhirnya si pengelolanya ini bilang 'wah uangnya saya pakai untuk trading dan saya loss', waduh udah semakin marah kita," ungkap Aloysius.
Kepada Aloysius, pihak pengelola penyalur tersebut mengaku sudah tidak dapat membayar atau mengganti uang pendaftaran yang telah habis dipakai. Pihak pengelola penyalur juga mengaku bersedia dipenjara atas kasusnya.
"Akhirnya disitu kita semakin yakin bahwa ini sudah tidak beres berarti," jelasnya.
Merasa dirugikan, Aloysius akhirnya melaporkan perkara dugaan penipuan yang dialaminya ke Polres Metro Bekasi Kota pada Senin (8/4) kemarin.
"Karena dia tadi sudah bilang gagal pendaftaran, kemudian uangnya sudah tidak ada, akhirnya kita bikin laporan," ucapnya.
Kasat Reskrim Polres Metro Bekasi Kota, AKBP Muhammad Firdaus mengatakan pihaknya telah menerima laporan dugaan penipuan tersebut. Pihaknya akan memanggil pelapor dan saksi-saksi untuk penyelidikan lebih lanjut.
"Iya benar korban sudah buat laporan, akan diperiksa pelapor dan saksi-saksi," katanya.