Tiba di Koarmatim Surabaya, KRI Bung Tomo bawa serpihan AirAsia
Proses pencarian sendiri, berdasarkan aroma dan warna laut yang menjadi kecurigaan (awak) KRI Bung Tomo.
Seminggu melakukan pencarian dan evakuasi korban AirAsia QZ 8501 di Perairan Karimata, Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah, KRI Bung Tomo akhirnya kembali ke Pangkalan Komando Armada Timur (Koarmatim), Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, Jawa Timur.
Kapal perang TNI-AL ini, tiba di Surabaya, Senin siang (5/1), dengan membawa beberapa serpihan pesawat seperti kursi, pelampung dan beberapa lainnya.
Tak hanya itu, barang-barang seperti sepatu, tas, kamera dan beberapa barang lainnya, yang diduga milik penumpang pesawat nahas tersebut, juga dibawa serta ke Surabaya, untuk kemudian diserahkan ke pihak AirAsia. Dikatakan Komandan KRI Bung Tomo, Kolonel Laut Yayan Sofyan, dalam proses pencarian dan evakuasi korban, banyak hambatan yang dilalui, khususnya masalah cuaca.
"Untuk antisipasi masalah cuaca, sebelum berangkat, kita (KRI Bung Tomo) berbekal informasi dari Staf Intelejen Koarmatim, yang kemudian dilakukan analisa perilaku cuaca di lokasi pencarian," terang Yayan, Senin (5/1).
Yayan menambahkan, di hari pertama pencarian, KRI Bung Tomo menemukan parasut darurat, dan satu koper milik penumpang. Proses pencarian sendiri, kata dia, berdasarkan aroma dan warna laut yang menjadi kecurigaan (awak) KRI Bung Tomo.
"Apalagi radar deteksi yang dimilik KRI Bung Tomo sangat akurat dan bisa melakukan deteksi di kedalaman air. KRI Bung Tomo sendiri, berhasil mengevakuasi 10 jenazah."
"Utama pencarian kita sendiri, pada manusia (korban) bukan barangnya. Karena kita sudah mendapatkan jenazah, ada juga barang-barang yang kita bawa ke sini (Surabaya) sebagai tambahan data," terangnya.
Sekadar tahu, saat melakukan pencarian dan evakuasi korban tragedi AirAsia rute Surabaya-Singapura pada 28 Desember 2014 lalu, KRI Bung Tomo bergerak di sektor lima. Dalam perjalanannya, KRI Bung Tomo mengkomandoi kapal milik Amerika Serikat, yaitu Sea Hawk Samson dan kapal perang milik Malaysia, serta kapal perang milik TNI-AL lainnya.
Baca juga:
Keseleo lidah,pejabat Bandara Juanda ralat kalimat AirAsia legal
OJK pastikan dana asuransi korban AirAsia terbayarkan
Keluarga sebut evakuasi korban AirAsia lamban, Kabasarnas geram
AP I mutasi dua manajer operasional usai tragedi AirAsia
Tiga korban AirAsia QZ8501 ditemukan lagi, total 37 jenazah
AS tuding evakuasi jenazah AirAsia tak steril, ini kata Basarnas
Jika terbang ilegal, AirAsia bisa dituntut keluarga korban
-
Kapan AirAsia QZ8501 jatuh? Pada 28 Desember 2014, pesawat AirAsia QZ8501 lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta menuju Singapura.
-
Apa yang menjadi penyebab jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501? Selain kesalahan dalam manajemen penerbangan, kurangnya pemahaman awak pesawat terhadap sistem kontrol penerbangan juga menjadi penyebab jatuhnya pesawat.
-
Kenapa AirAsia QZ8501 jatuh di Selat Karimata? AirAsia QZ8501 jatuh di Selat Karimata pada 28 Desember 2014 karena penyebab utamanya adalah kesalahan dalam manajemen penerbangan.
-
Bagaimana kondisi cuaca saat AirAsia QZ8501 jatuh? Kondisi cuaca yang buruk, termasuk awan tebal dan hujan deras, menjadi faktor yang sangat memengaruhi kejadian tersebut.
-
Dimana pesawat AirAsia QZ8501 jatuh? Pada 30 Desember 2014, badan pesawat dan puing-puing lainnya ditemukan di dasar laut Selat Karimata.
-
Siapa yang mengajarkan doa naik pesawat? Adapun bacaan doa naik pesawat sesuai sunnah Rasulullah SAW adalah sebagai berikut:اللهُ أكبَر ، اللهُ أكبَر ، اللهُ أكبَر، سُـبْحانَ الَّذي سَخَّـرَ لَنا هذا وَما كُنّا لَهُ مُقْـرِنين، وَإِنّا إِلى رَبِّنـا لَمُنْقَـلِبون، اللّهُـمَّ إِنّا نَسْـأَلُكَ في سَفَـرِنا هذا البِـرَّ وَالتَّـقْوى، وَمِنَ الْعَمَـلِ ما تَـرْضى، اللّهُـمَّ هَوِّنْ عَلَـينا سَفَرَنا هذا وَاطْوِ عَنّا بُعْـدَه، اللّهُـمَّ أَنْـتَ الصّـاحِبُ في السَّـفَر، وَالْخَلـيفَةُ في الأهـلِ.Allaahu ‘Akbar, Allaahu ‘Akbar, Allaahu ‘Akbar, Subhaanal-lathee sakhkhara lanaa haathaa wa maa kunnaa lahu muqrineen. Wa ‘innaa ‘ilaa Rabbinaa lamunqaliboon. Allaahumma ‘innaa nas’aluka fee safarinaa haathal-birrawattaqwaa, waminal-‘amalimaa tardhaa, Allaahumma hawwin ‘alaynaa safaranaa haathaa watwi ‘annaa bu’dahu, Allaahumma ‘Antas-saahibu fis-safari, walkhaleefatu fil-‘ahli.