Tidak Hadir Pelantikan, Megawati Titip Pesan Penting untuk Prabowo Subianto
Megawati tidak bisa menghadiri pelantikan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka sebagai presiden dan wakil presiden.
Ketua Fraksi PDIP MPR Ahmad Basarah mengungkapkan pesan penting Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri yang dititipkan kepadanya untuk Presiden terpilih Prabowo Subianto.
Diketahui, Megawati tidak bisa menghadiri pelantikan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka sebagai presiden dan wakil presiden.
- Megawati Minta Maaf ke Prabowo, dengan Sangat Terpaksa Tak Hadiri Pelantikan Presiden RI karena ini
- Presiden Prabowo Subianto Tidak Sebut Nama Megawati di Pembukaan Pidato Perdana
- Megawati Dipastikan Tidak Hadiri Pelantikan Presiden Prabowo karena Batuk dan Flu
- Ditanya Apakah Hadiri Pelantikan Prabowo-Gibran, JK: Kalau Diundang ya Hadir
Basarah pun menceritakan, Megawati menitipkan pesan khusus melalui dirinya dan sudah disampaikan kepada Prabowo melalui Ketua MPR dan Sekjen Gerindra Ahmad Muzani pada 17 Oktober. Ada delapan poin pesan Megawati kepada Prabowo.
"Adapun pesan ibu Mega yang telah saya sampaikan kepada Muzani untuk disampaikan ke prabowo pertama, ibu Megawati menitipkan salam dan menyampaikan ucapan selamat ulang tahun pada prabowo di tanggal 17 Oktober kemarin. Dan mengatakan saya sudah mengirimkan bunga ucapan ulang tahun. Bunga yang terindah untuk hari ulang tahun pak Prabowo," kata Basarah saat diwawancarai di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Minggu (20/10).
Kedua, Megawati menyampaikan permintaan maaf kepada Prabowo tidak bisa hadir di pelantikan presiden dan wakil presiden karena kondisi kesehatan yang kurang memadai usai melakukan kunjungan kerja ke Rusia dan Uzbekistan.
"Ibu Mega tidak ingin prosesi pelantikan presiden yang berlangsung begitu khidmat bagi bangsa Indonesia terganggu apabila beliau hadir di dalam ruangan itu kemudian batuk dan flu dan sebagainya," ucap dia.
"Oleh sebab itu ibu Mega mendekatkan ketidakhadiran ibu Mega dalam pelantikan bapak Prabowo Subianto bukan karena menolak pelantikan Pak Prabowo itu sendiri. Kalaupun ada alasan lain selain alasan batuk dan flu, sebagai seorang sahabat kata Bu Mega Pak Prabowo pasti dapat mengerti dan memahami alasan-alasan bu mega yang lain," sambungnya.
Untuk menghormati pelantikan presiden dan wakil presiden, Megawati pun memerintahkan kepada seluruh anggota PDIP di parlemen untuk hadir di pelantikan presiden dan wakil presiden. Serta mengeluarkan larangan seluruh anggota Fraksi PDIP untuk keluar negeri saat pelantikan presiden dan wakil presiden.
Kemudian, Megawati berpesan kepada Prabowo untuk fokus pelantikan sebagai presiden. Serta Megawati meminta Prabowo memikirkan tugas dan tanggungjawab sebagai presiden, kepala negara dan kepala pemerintahan.
"Bu Mega juga memberikan saran dan masukan agar Pak Prabowo mulai juga fokus untuk memikirkan tugas dan tanggung jawabnya sebagai presiden, kepala negara dan kepala pemerintahan yang memang tugas-tugas yang beliau emban, cukup kompleks dan berat," kata Basarah.
"Terutama masalah luar negeri, konflik Rusia, masalah Israel dengan negara-negara di Jazirah Arab, konflik laut Cina Selatan, perang dagang Tiongkok dengan Amerika, pemanasan global, dan lain-lain. Dengan kata lain, situasi luar negeri dan dalam negeri Indonesia yang sedang tidak baik-baik saja ini memerlukan kepemimpinan Prabowo yang berwibawa dan efektif," tambah dia.
Megawati menyatakan hubungan Prabowo sangat baik dan akan menjadi jembatan silaturahmi yang baik dan efektif.
"Hubungan baik Pak Prabowo dengan Ibu Megawati diyakini Ibu Mega akan menjadi jembatan silaturahmi dan hubungan baik efektif antara Prabowo sebagai Presiden Republik Indonesia dan Ibu Mega. Baik sebagai sahabat, tokoh bangsa, dan ketua umum PDI Perjuangan," ujar Basarah.
Megawati juga telah mengagendakan pertemuan dengan Prabowo setelah pelantikan. Pertemuan sebagai sahabat bukan membahas hal pragmatis seperti kursi menteri.
"Insya Allah setelah pelantikan presiden pada hari ini, Bu Mega sudah mengagendakan silaturahmi dan pertemuan antara beliau dengan presiden Prabowo Subianto sebagai pertemuan dua tokoh bangsa yang saling bersahabat. Pada pertemuan itu tentu tidak lagi berbicara hal-hal yang bersifat pragmatis, tentang kursi menteri, jabatan menteri, siapa menterinya, dan lain-lain. Tapi pertemuan itu diyakini sebagai pertemuan sahabat, dua tokoh bangsa yang akan memikirkan nasib dan masa depan bangsa indonesia, ketika Pak Prabowo memimpin bangsa ini," pungkas Basarah.