'Tilawah Alquran langgam Jawa sah selama hukum bacaannya benar'
Cara membaca Alquran yang selama ini populer dilantunkan adalah hasil seni budaya masyarakat tertentu yakni di Parsi.
Lantunan ayat suci Alquran yang dikumandangkan dosen UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Muhammad Yasser Arafat saat acara peringatan Isra Miraj di Istana Negara, beberapa waktu lalu ramai menjadi polemik. Pasalnya, sang qori menggunakan langgam Jawa dalam membaca ayat suci Illahi.
Pro dan kontra pun terjadi. Ada yang menilai tak masalah, ada pula yang menilai tak boleh pembacaan ayat suci Alquran dilakukan dengan langgam Jawa.
Namun, menurut Dosen Ilmu Tafsir UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jauhar Azizy, penggunaan langgam Jawa dalam membaca Alquran tidak menjadi masalah.
"Itu sah selama memperhatikan hukum bacaan semestinya, makhraj (artikulasi huruf) dan tajwidnya (panjang-pendeknya)," katanya kepada merdeka.com, Senin (18/5).
Kandidat Doktor Ilmu Tafisr UIN Syarif Hidayatullah Jakata ini mengatakan, cara membaca Alquran yang selama ini populer dilantunkan merupakan hasil dari seni budaya masyarakat tertentu yakni di Parsi, Iran.
"Kemudian berkembang dan terangkum dalam tujuh seni membaca Alquran, yakni Bayati, Nahawand, Shaba, Rast, Sika, Hijaz, dan Jiharka," katanya.
"Dalam tujuh jenis itu terdapat tingkatan dan variasi nada yang berbeda-beda," tandasnya.