Tingkatkan kewaspadaan, BNPT latihan atasi terorisme di bandara
Kegiatan tersebut difokuskan pada peningkatan kemampuan di bidang penentuan sasaran dan ketepatan dalam mengambil tindakan secara cepat. Hal ini dilakukan untuk melatih dan mensimulasikan bagaimana semua otoritas yang ada di lingkungan bandara dapat bekerjasama secara terpadu.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol Suhardi Alius menutup latihan Penanggulangan Kondisi Krisis dari Ancaman Terorisme (Gulkonsis) angkatan VI tahun 2016. Pelatihan digelar sejak Senin (5/12) lalu di Terminal 1 A Bandara Soekarno Hatta, Cengkareng, Tangerang.
Suhardi mengatakan, latihan yang digelar di wilayah bandara ini sebagai bentuk peningkatan kewaspadaan semua pihak dalam menghadapi kondisi-kondisi krisis, khususnya terkait dengan ancaman terorisme.
"Kita semua tahu bahwa bandara adalah sarana obyek vital untuk lalu lintas manusia dan juga barang yang tentunya juga sangat berbahaya terhadap ancaman serangan terorisme," kata Komjen Pol Suhardi Alius, Kamis (8/12).
Menurutnya, kegiatan tersebut difokuskan pada peningkatan kemampuan di bidang penentuan sasaran dan ketepatan dalam mengambil tindakan secara cepat. Hal ini dilakukan untuk melatih dan mensimulasikan bagaimana semua otoritas yang ada di lingkungan bandara dapat bekerjasama secara terpadu.
Mantan Kabareskrim Polri ini berharap latihan ini dapat meningkatkan kesiapsiagaan seluruh aparat dalam menghadapi ancaman terorisme, khususnya di lingkungan bandara.
"Semua bekerja sama bagaimana mereka mengambil peran masing-masing supaya cepat dalam mengatasi dan menanggulangi kondisi krisis di bandara saat ada ancaman terorisme. Ini kita latihkan terus supaya cepat gerakannya," ujarnya.
Dia mengatakan semua perjalanan selama latihan tersebut akan disimpan dan didokumentasikan secara digital yang selanjutnya akan diberikan ke masing-masing kesatuan untuk bahan pembelajaran.
"Dari situ nanti akan menjadi bahan untuk evaluasi. Makin lama sering latihan tentunya harus semakin baik dan semakin cepat. Ini agar jangan sampai nanti dihadapkan dengan kondisi yang sesungguhnya kita jutru malah tidak siap. Jadi pelatihan simulasi seperti ini sangat penting," ujar pria kelahiran Jakarta 10 Mei 1962 ini.
Dia menerangkan senjata teroris bermacam macam. Bahkan tidak menutup kemungkinan kelompok teroris juga menggunakan senjata dari unsur KBRN (Kimia, Biologi, Radioaktif dan Nuklir) plus explosive. Hal tersebut juga ditunjukan dalam latihan agar pihak terkait dapat mengatasinya jika terjadi ancaman seperti itu.
Dia menegaskan pelatihan-pelatihan seperti ini akan terus dilaksanakan, termasuk di lingkungan pelabuhan laut. Sebab, ancaman terorisme bisa masuk dari mana saja.
"Selain melalui jalur udara bisa juga melalui pelabuhan laut dan bisa juga melalui sarana dan prasarana transportasi darat seperti terminal dan stasiun kereta api," ujarnya.
Latihan ini diikuti gabungan pasukan penanggulangan teror TNI-Polri seperti Satuan 81/Penaggulangan Teror Kopassus TNI-AD, Detasemen Jala Mangkara (Denjaka) TNI-AL, Satuan Bravo 90/Anti Teror Paskhas TNI-AU, Detasemen Khusus (Densus) 88, Brimob Polri serta Polres Bandara. Tidak hanya itu institusi sipil juga diikutkan dalam latihan tersebut seperti keamanan bandara (Avsec /Aviation Security), Imigrasi dan juga Bea Cukai yang keseluruhannya melibatkan sebanyak 250 personel.