TNI AL Libatkan KNKT Investigasi Jatuhnya Pesawat G-36 Bonanza T-2503
Dua prajurit TNI AL dinyatakan meninggal dunia usai mengalami kecelakaan Pesawat Udara (Pesud) G-36 Bonanza T-2503 yang jatuh di Selat Madura.
Dua prajurit TNI AL dinyatakan meninggal dunia usai mengalami kecelakaan Pesawat Udara (Pesud) G-36 Bonanza T-2503 yang jatuh di Selat Madura.Tim investigasi akan menyelidiki jatuhnya pesawat tersebut.
Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Yudo Margono mengatakan, dirinya telah menerbitkan surat perintah untuk pelaksanaan investigasi.
-
Apa yang nyaris digunakan oleh TNI AU sebagai pesawat tempur? Jet tempur terbaru itu nyaris memperkuat TNI AU. Batal di saat-saat terakhir.
-
Mengapa TNI AU membutuhkan pesawat nirawak baru? Tonny menyebutkan sejumlah pesawat nirawak yang tengah didatangkan tersebut antara lain drone CH-4, Anka, serta Bayraktar dengan jenis "Medium Altitude Long Endurance" (MALE).
-
Kenapa TNI AU harus menerbangkan pesawat Cureng dengan ketinggian rendah? Kenapa? Sujadarma menilai keputusan pilot untuk terbang rendah sangat berbahaya. Pesawat mudah sekali jadi sasaran tembak dari darat. Sebuah kerugian yang sangat besar jika pesawat tersebut jatuh ditembak pemberontak. TNI saat itu sedang serba kekurangan.
-
Pesawat apa yang digunakan oleh TNI AU untuk menyerang markas Belanda di Ambarawa dan Salatiga? Pada tanggal 29 Juli 1947, TNI AU menyerang markas Belanda di kota Ambarawa dan Salatiga. Pesawat Cureng diterbangkan oleh Kadet Suharnoko Harbani dan Kadet Sutardjo Sigit.
-
Dimana pesawat nirawak baru TNI AU bisa diterbangkan? "Kita bisa menerbangkan dari luar area yang ingin kita pantau misalnya di Papua atau di daerah mana, kita bisa menerbangkan dari luar Papua," kata dia.
-
Bagaimana pesawat nirawak baru milik TNI AU bisa digunakan untuk pertempuran? Tonny Harjono usai acara HUT ke-78 TNI AU di Lapangan Dirgantara AAU, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Senin, menjelaskan pesawat terbang tanpa awak itu berteknologi satelit sehingga mampu mendukung pertempuran "beyond visual range" (BVR) atau pertempuran udara jarak jauh.
"Iya, suratnya sudah saya tandatangani kemarin," kata Yudo dalam acara Fun Run dalam rangka memperingati HUT TNI Angkatan Laut ke-77 Tahun di Balai Samudera, Kelapa Gading, Jakarta Utara, Minggu (11/9).
Selain tim dari AL, KNKT pun dilibatkan dalam investigasi itu.
"Untuk investigasi selain Inspektur Jenderal Angkatan Laut, kita tunjuk bersama Komandan Puspenerbal dan juga akan melibatkan tim dari KNKT (Komite Nasional Kecelakaan Transportasi) sehingga hasilnya harus transparan," ujarnya.
Yudo menjelaskan, ikuti dilibatkan KNKT karena merupakan lembaga negara yang memiliki kewenangan atau kompetensi dalam kecelakaan pesawat.
"Kita berharap hasilnya nanti bisa maksimal. Karena ini untuk evaluasi ke depan, jangan terjadi lagi terhadap pesawat-pesawat kita sehingga hasilnya harus transparan," kata Yudo.
"Karena melibatkan KNKT sehingga kan juga harus koordinasi dulu dengan KNKT yang ditunjuk siapa dari sana," pungkasnya.
Sebelumnya, Tim SAR TNI AL menuntaskan evakuasi pilot dan kopilot maupun badan pesawat latih jenis G-36 Bonanza T-2503, jatuh di Selat Madura, pada Rabu (7/9) kemarin. Dua awak pesawat terdiri dari pilot dan kopilot ditemukan meninggal dunia.
Kepala Staf TNI Angkatan Laut Laksamana TNI Yudo Margono mengatakan, Tim SAR baru bisa mengevakuasi pilot dan kopilot lantaran terkendala posisi badan pesawat. Menurut Yudo, Tim SAR terkendala mengevakuasi awak karena posisi badan pesawat terbalik.
"Jenazah dua duanya masih duduk di kursi dan masih terikat selfbelt sehingga masih sulit diangkat. Tadi pagi baru diangkat semuanya, dua personel pilot dan kopilot," kata Yudo dalam konferensi pers di Mabes AL, Cilangkap, Jakarta Timur, Kamis (8/9).
Selain berhasil mengevakuasi jenazah pilot dan kopilot, Tim SAR juga berhasil mengangkat badan pesawat buatan Amerika Serikat tersebut. Pesawat itu diangkat menggunakan kapal perang KRI Soputan.
"Bangkai pesawat juga sudah diangkat KRI Soputan karena kita kan punya alat untuk KRI yang bisa mengangkat. Beratnya pesawat kan ringan, itu kalau pesawat latih Bonanza ringan sehingga bisa diangkat semuanya," ujar dia.
Identitas Pilot Pesawat TNI AL Bonanza
Komandan Pusat Penerbangan TNI AL, Laksamana Muda TNI Dwika T Setiawan mengatakan, pesawat bertipe Bonanza dipiloti Judistira Eka Permady yang berpangkat Lettu Laut. Sedangkan untuk Co pilot bernama Dendy Kresna Bhakti yang berpangkat Letda Laut.
"Tercatat pesawat tersebut diterbangkan Lettu Laut Judistira Eka Permady dan Copil Letda Laut Dendy Kresna Bhakti," ungkap Dwika dalam keterangannya, Rabu (7/9).
Dwika mengatakan, TNI AL telah menerjunkan KRI dan tim Kopaska untuk menelusuri titik jatuhnya pesawat latih tersebut. Tim telah menemukan kerangka diduga milik pesawat Bonanza.
"Sar AL melibatkan beberapa KRI, heli untuk melaksanakan pencarian dan melibatkan tim Kopaska dipimpin oleh panglima koarmada II," ujar dia.