TNI lawan balik soal pengeroyokan perwira Polri di Bengkel Cafe
Bahkan TNI mengklaim punya bukti kuat ihwal tudingan-tudingan polisi itu.
Kasus prajurit TNI dan Polri ribut di tempat hiburan malam sering kali terjadi akhir-akhir ini. Dalam penelusuran insiden bentrok itu, selalu saja ada dua versi berbeda yang dikeluarkan baik dari TNI maupun Polri.
Kasus yang paling anyar yakni pemukulan yang dilakukan oleh POM TNI AL kepada dua perwira menengah Kompol Teuku Arsya Khadafi dan Kompol Budi Hermanto. Awalnya, petugas gabungan POM TNI AL lakukan razia di Bengkel Cafe, Jakarta pada Sabtu dini hari lalu.
Menurut versi polisi, anggotanya dipukuli saat sedang bertugas di cafe. Tiba-tiba petugas razia datang dan memukul dua polisi itu sampai babak belur, sampai harus dirawat di rumah sakit.
Kompol Budi menyebut uang dan cicin kawin ikut diambil oleh petugas POM TNI AL yang kala itu jumlahnya puluhan. Kompol Budi pun berniat melaporkan POM TNI AL ke Komnas HAM atas pengeroyokan itu.
Namun seluruh pernyataan korban dibantah oleh Mabes TNI. Bahkan TNI mengklaim punya bukti kuat ihwal tudingan-tudingan polisi itu. Berikut perlawanan balik TNI:
-
Siapa menantu Panglima TNI? Kini Jadi Menantu Panglima TNI, Intip Deretan Potret Cantik Natasya Regina Ini potret cantik Natasya Regina, menantu panglima TNI.
-
Bagaimana cara prajurit TNI menangkap 'penyusup' tersebut? Saat itu, prajurit TNI mengenakan seragam PDL nampak memegang bagian ekor biawak dan mencoba memindahkannya ke tempat lebih aman.
-
Siapa sosok penemu ransum TNI? Pencipta ransum TNI ternyata bukanlah seorang tentara, melainkan seorang dokter.
-
Kenapa prajurit TNI menganiaya anggota KKB? Penyiksaan itu dilakukan prajurit TNI diduga kesal atas sikap Denius Kogoya yang ingin menebar teror membakar puskesmas kala itu.
-
Kenapa prajurit TNI mengamankan 'penyusup' tersebut? Salah satu tugas prajurit TNI adalah menjaga segala macam bentuk ancaman demi kedaulatan dan keselamatan bangsa Indonesia.
-
Bagaimana cara Jenderal Polisi memberikan penghargaan kepada anggota TNI? Dalam kesempatan yang sama, Mathius memberikan penghargaan yang luar biasa kepada anggota Yonif 751/VJS.
Polisi lagi sama 4 cewek dan pesta miras
Sumber merdeka.com di TNI AL mengatakan saat razia di dalam terdapat lima perwira polisi, dua berpangkat AKBP dan satu Kompol, satu AKP. Selain mereka terdapat juga wanita pemandu karaoke.
"Logikanya dia tugas ngapain nongkrong di tempat karaoke ada empat cewek, diminta kartu identitas malah nodong pistol," kata perwira tinggi tersebut.
Dia juga menuturkan jika di dalam ruangan itu terlihat para polisi sedang berpesta. Botol-botol minuman keras terdapat di atas meja. "Sekarang banyak minuman, enggak mungkin air putih kan," tegasnya.
Punya bukti foto saat razia
Kepuspen Mabes TNI Mayjen Fuad Basya mengatakan, pihaknya punya bukti kuat soal insiden di Bengkel Cafe. Termasuk klaim polisi yang menyebut tak pernah bawa senjata.
Fuad menyatakan, ada foto yang menyatakan bahwa polisi itu bawa senjata. Bahkan, lanjut dia, senjata itu pun sempat disita.
"Senjatanya ada, ada foto, kita punya foto, data-data, lengkap, senjatanya semua ada dikasihkan, diserahkan," kata Fuad.
Meskipun dia menyayangkan terjadi pemukulan oleh anggotanya, namun menurut dia, hal tidak akan terjadi jika polisi saat itu menunjukkan identitas diri.
"Terjadi penangkapan ini waktu kita belum tahu identitas mereka ini Polri. Saat ditangkap tanpa identitas, ketika diminta menunjukkan tapi tidak mau menunjukkan identitas. Jangan-jangan ini tentara tapi ngaku polisi, kalau yang ngaku tentara memang sudah ada, ditangkap langsung di sana ada tiga," tegas dia.
Tak mungkin TNI curi uang polisi
Perwira Polri Kompol Budi Hermanto dipukuli aparat Polisi Militer TNI AL di Bengkel Cafe, Sabtu (7/2) malam saat razia. Budi mengaku cincin kawin temannya hilang diambil POM TNI AL. Begitu juga uang dalam tas miliknya Rp 2 juta, katanya hilang saat razia.
TNI menepis pengakuan Kompol Budi. Kapuspen TNI Mayjen Fuad Basya tertawa saat mendengar pengakuan Kompol Budi.
"Enggak mungkin siapa yang ambil? Ambil uang gimana? Mereka itu berpakaian dinas resmi, ada tulisannya POM, pakai helm, sebanyak 40 orang ngapain curi uang," kata Mayjen Fuad saat berbincang dengan merdeka.com, Rabu (11/2).
Fuad ragu mendengar kesaksian itu. Polisi Militer punya disiplin tinggi. Apalagi saat razia resmi atas perintah Panglima TNI.
"POM punya kode etik berdampak pada pelanggaran, masak iya curi uang, kalau mau curi ke bank saja," sindir Fuad.
TNI tak takut dilaporkan ke Komnas HAM
Kompol Budi Hermanto mengaku tak terima dipukuli POM TNI AL sampai babak belur. Dia mengaku akan melaporkan soal pengeroyokan di Bengkel Cafe pekan lalu itu ke Komnas HAM.
Menanggapi hal itu, Kapuspen TNI Mayjen Fuad Basya mempersilakan Polri melapor. TNI siap menerima semua tuntutan polisi.
"Tidak apa-apa itu hak mereka. Nggak ada masalah ngadu ke Komnas HAM, menuntut itu hak mereka. Nanti kita akan dibantu penasihat hukum. kalau dia salah tepat diproses hukum. kita serahkan saja kalau memang mau ke jalur hukum," kata Mayjen Fuad saat berbincang dengan merdeka.com, Rabu (11/2).
Fuad mengakui aksi para anggota TNI AL memang keterlaluan. Seharusnya tak perlu galak begitu. Tapi TNI juga meminta polisi kooperatif. Apalagi saat razia gabungan itu ada unsur TNI AD, TNI AL, TNI AU dan Kepolisian. Apa sulitnya memberikan identitas.
"Nanti jadi saling bongkar kan nggak bagus. Kita coba sampaikan dengan baik kekeluargaan saya mengakui ada kesalahan anak-anak saya tapi tidak menutup juga kesalahan teman-temen di sana, apa salahnya menunjukkan identitas saat diperiksa petugas," tegas Fuad.
TNI siap menunjukkan bukti-bukti saat kejadian. TNI bersikeras kedua perwira polisi itu tak kooperatif saat diperiksa.