Ucap syukur atas panen, warga Gedangrejo sembelih ratusan ayam
Salah satu yang unik dalam ritual ini, makanan yang disajikan tidak boleh dicicipi oleh juru masak.
Warga Desa Gedangrejo, Karangmojo, Gunung Kidul menggelar upacara cing-cing goling dengan menyembelih ratusan ekor ayam. Upacara ini dilakukan sebagai bentuk rasa syukur atas panen yang mereka dapatkan tahun ini di bendungan Kali Dawe, Senin (3/8).
Ratusan ayam yang disembelih tersebut kemudian dijadikan ingkung yang merupakan bagian dari kelengkapan upacara adat.
-
Apa itu Tradisi Ujungan? Warga di kampung adat Cibadak, Desa Warung Banten, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak memiliki sebuah tradisi unik bernama Ujungan.
-
Kapan tradisi Syawalan Gunung digelar? Syawalan itu digelar di puncak bukit.
-
Tradisi Ulur-Ulur itu apa? Ulur-Ulur merupakan prosesi pengembalian kesadaran manusia untuk menjaga keseimbangan alamnya dengan cara melakukan prosesi upacara adat istiadat.
-
Dimana Kampung Adat Urug yang memiliki tradisi menumbuk padi ini berada? Kampung Urug di Desa Kiara Pandak, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor, mejadi salah satu permukiman adat yang tersisa di wilayah Jawa Barat.
-
Apa itu tradisi "nutu pare" di Kampung Adat Urug? Nutu pare memiliki arti menumbuk padi di atas lesung. Padi yang sudah dipanen akan dipisahkan dari sekam dengan cara ditumbuk. Uniknya, muncul irama-irama tertentu dari aktivitas tersebut.
-
Di mana tradisi Bakar Gunung Api dilakukan? Kegiatan bakar gunung api ini biasa dilakukan di depan rumah warga.
Pemangku adat desa, Sugiyanto menjelaskan ingkung bersama nasi gurih dan lauk yang lain tersebut kemudian didoakan dalam upacara adat lalu dibagikan para pengunjung.
"Kalau dihitung tidak kurang 500 ayam disembelih hari ini untuk pelengkap ritual," kata Sugiyanto.
Selain sebagai bentuk rasa syukur atas panen yang melimpah, ritual ini juga dilakukan untuk melestarikan kebudayaan lokal. Apalagi sekarang sudah banyak anak muda desa yang tidak mengenal upacara adat semacam itu.
"Nguri-uri kebudayaan, melestarikan kebudayaan, jadi tidak hanya sebagai rasa Syukur kepada Tuhan, atas Panen yang berlimpah," tambahnya.
Salah satu yang unik dalam ritual ini, makanan yang disajikan tidak boleh dicicipi oleh juru masak. Konon, jika masakan dicicipi justru akan membawa musibah bagi warga.
Tidak hanya itu, pantangan lainnya yaitu tempe yang disajikan juga tidak boleh tempe kedelai, melainkan tempe gembus yang merupakan ampas dari produksi tempe.
"Pantang dua itu. Dulu pernah kejadian, ada yang mencicipi masakan, saat dicicipi katanya sudah enak dan sudah matang. Tapi begitu dibawa ke tempat upacara jadi mentah," ungkapnya.
Setelah makanan dibagikan ke warga, dilanjutkan dengan pentas pertunjukan drama rakyat. Drama tersebut berkisah tentang keberhasilan pelarian prajurit Majapahit, Wisangsanjaya dan Yudopati yang berhasil membuat sungai dan bendungan sehingga bisa mengairi lahan pertanian menjadi sawah dan membuat warga setempat menjadi semakin sejahtera.
(mdk/hhw)