Usai Tsunami Banten, BMKG Prediksi Gelombang Tinggi Di Selat Sunda Sampai 27 Desember
Bencana tsunami terjadi di wilayah Banten dan Lampung, Sabtu (22/12) malam. Air menggulung masyarakat dan bangunan yang ada di dekat pantai.
Bencana tsunami terjadi di wilayah Banten dan Lampung, Sabtu (22/12) malam. Air menggulung masyarakat dan bangunan yang ada di dekat pantai.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, mengatakan, gelombang tinggi di Selat Sunda diprediksi terus terjadi sampai 27 Desember 2018.
-
Kapan tsunami terjadi? Tsunami merupakan gelombang air laut besar yang dipicu oleh pusaran air di bawah laut akibat pergeseran lempeng bumi, erupsi gunung berapi bawah laut, hingga jatuhnya meteor ke laut.
-
Kapan tsunami Storegga terjadi? Tsunami kolosal yang melanda Eropa utara lebih dari 8.000 tahun yang lalu mungkin telah membinasakan penduduk Zaman Batu di Inggris utara.
-
Bagaimana cara BPBD Bantul mengatasi kekurangan EWS Tsunami? “Ke depan akan kita anggarkan lebih banyak lagi. Pengadaan EWS tsunami juga akan kita ajukan ke APBD maupun pusat. Kapan terealisasi tidak tahu yang penting kami mengusulkan dulu,” kata Agus.
-
Apa penyebab tsunami Storegga? Dipicu oleh tanah longsor besar di bawah air di lepas pantai Norwegia, peristiwa ini menyebabkan gelombang raksasa setinggi lebih dari 20 meter (65 kaki) menghantam Kepulauan Shetland, yang terletak di utara daratan Skotlandia.
-
Di mana tsunami Storegga terjadi? Tsunami kolosal yang melanda Eropa utara lebih dari 8.000 tahun yang lalu mungkin telah membinasakan penduduk Zaman Batu di Inggris utara.
-
Apa yang membuat Bantul kekurangan EWS Tsunami? “Karena EWS itu diadakan sudah setahun lalu. Seiring perkembangan zaman ada pertumbuhan komunitas penduduk di pinggir pantai sehingga setelah kita analisis kebutuhan EWS masih kurang,” kata Agus dikutip dari ANTARA pada Kamis (2/11).
"Yang sudah pasti gelombang tinggi masih berpotensi sampai 27 Desember itu sudah pasti," ucap Dwikora di kantornya, Jakarta, Senin (24/12).
Sampai saat ini pihaknya masih menganalisa apakah longsoran bawah laut anak gunung Krakatau akan terjadi lagi atau tidak. Longsoran tersebut merupakan salah satu penyebab terjadinya tsunami di Selat Sunda yang menerpa kawasan Banten dan Lampung, Sabtu malam lalu.
"Itu yang sedang dianalisis bersama dengan Badan Geologi dan lembaga yang lain di bawah koordinasi Kemenko Maritim," jelas Dwikora.
"Tetapi gelombang tsunami akibat longsor itu, selama ada aktivitas gunung api, longsor itu masih bisa terjadi," kata Dwikora.
Sebelumnya, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana (PVMBG) mengimbau masyarakat agar tidak panik, terkait isu yang beredar bahwa Gunung Anak Krakatau akan meletus dengan kekuatan besar.
"Saat ini di masyarakat beredar isu Gunung Anak Krakatau akan meletus besar, ini klarifikasi Anak Krakatau masih dalam letusan yang sama belum menunjukkan ke letusan besar," ujar Kabid Mitigasi Gunung Api Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Wawan Irawan.
Hasil pengamatan, analisis data dan visual instrumental hingga 23 Desember 2018, tingkat aktivitas Anak Krakatau masih tetap Level II atau waspada. Data tersebut menunjukkan belum ada tanda-tanda yang mengarah pada letusan besar.
Secara visual, pada Sabtu (22/12), teramati letusan dengan tinggi asap berkisar 300-1.500 meter di atas puncak kawah. Secara kegempaan, terekam gempa tremor menerus dengan amplitudo overscale 58 mm.
Sejak aktif pada Juni 2018, letusan erupsi Gunung Anak Krakatau bersifat fluktuaktif. Dari data pemantauan seismograf, jumlah letusan tertinggi terjadi pada November 2018 dengan material yang dikeluarkan (larva dan api pijar) hingga radius dua kilometer.
Untuk itu, PVMBG meminta agar warga tidak termakan isu-isu yang belum jelas kebenarannya, serta tidak mendekati sekitar gunung dalam radius dua kilometer dari kawah.
Diketahui, bencana tsunami terjadi di wilayah Banten dan Lampung, Sabtu (22/12) malam. Hingga pukul 07.00 WIB, Senin (24/12), jumlah korban meninggal ada 222 orang.
Reporter: Putu Merta Surya Putra
Sumber: Liputan6.com
Baca juga:
BMKG Perkirakan Gelombang Laut di Lampung dan Banten Capai 2 Meter
Banyak Isu Sesat Soal Tsunami Selat Sunda, BMKG Imbau Pantau 2 Sumber Ini
Gempa Sebelum Tsunami Selat Sunda Terdeteksi Badan Geologi Jerman
Kepala BMKG Bersyukur Jokowi Perintahkan Alat Deteksi Tsunami Diperbarui
BMKG Ungkap Penyebab Tsunami Selat Sunda Tidak Terdeteksi