Bantul Kekurangan Alat Peringatan Dini Tsunami, Ini Fakta di Baliknya
Hingga tahun ini BPBD belum bisa melakukan pengadaan EWS baru karena harganya mahal
Hingga tahun ini BPBD belum bisa melakukan pengadaan EWS baru karena harganya mahal
Bantul Kekurangan Alat Peringatan Dini Tsunami, Ini Fakta di Baliknya
Sebagai wilayah yang berbatasan langsung dengan Samudra Hindia, daerah pesisir selatan Kabupaten Bantul adalah daerah rawan tsunami. Oleh karena itu alat pendeteksi maupun alat peringatan tsunami wajib ada dan dipasang pada tempat-tempat strategis.
-
Kenapa Gempa Bantul jadi alarm? “Gempa malam ini merupakan alarm yang mengingatkan kita bahwa zona subduksi di selatan Jawa memang masih aktif,“ kata Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono, dikutip dari ANTARA.
-
Apa dampak Gempa Bantul? Gempa M 6,4 Bantul berdampak pada sejumlah kerusakan.
-
Kerusakan apa yang terjadi akibat gempa Bantul? Bupati Halim menambahkan dampak dari gempa tersebut sebagian besar mengakibatkan kerusakan rumah ringan, rata-rata pada bagian atap. Sementara itu bangunan utama tetap utuh.
-
Kapan Gempa Bantul terjadi? Pada Jumat (30/6) malam pukul 19.57, wilayah Bantul dan sekitarnya diguncang gempa dengan magnitudo M 6,4.
-
Bagaimana cara warga Bantul mengatasi dampak gempa? Bupati Bantul Abdul Halim Muslih mengatakan bahwa masyarakat bersama pemerintah kabupaten setempat mengatasi dampak gempa bumi bermagnitudo 6,0 pada Jumat (30/6) dengan saling bergotong-royong di lokasi terdampak.
-
Bencana apa yang diantisipasi oleh BPBD Banyumas? Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, menyiapkan langkah antisipasi bencana hidrometeorologi seperti tanah longsor dan banjir karena BMKG memprakirakan wilayah itu memasuki awal musim hujan pada dasarian ketiga bulan Oktober.
Namun sebagai garda terdepan penanganan bencana, BPBD Bantul mengeluarkan pernyataan bahwa mereka kekurangan alat peringatan dini tsunami atau early warning system (EWS) tsunami.
Kepala Pelaksana BPBD Bantul, Agus Yuli Herwanto, mengatakan bahwa jumlah EWS tsunami yang dimiliki dan terpasang di wilayah Bantul baru 29 unit, dan masih kekurangan sebanyak 45 unit lagi bila ingin mencapai kondisi ideal.
“Karena EWS itu diadakan sudah setahun lalu. Seiring perkembangan zaman ada pertumbuhan komunitas penduduk di pinggir pantai sehingga setelah kita analisis kebutuhan EWS masih kurang,” kata Agus dikutip dari ANTARA pada Kamis (2/11).
Agus mengatakan bahwa hingga tahun ini pihaknya belum bisa membeli atau melakukan pengadaan EWS tsunami karena harganya mahal. Sedangkan anggaran yang dialokasikan untuk BPBD Bantul masih terbatas.
“Ke depan akan kita anggarkan lebih banyak lagi. Pengadaan EWS tsunami juga akan kita ajukan ke APBD maupun pusat. Kapan terealisasi tidak tahu yang penting kami mengusulkan dulu,” kata Agus.
Agus mengatakan, selain EWS tsunami, detektor banjir dan longsor yang dilengkapi dengan sistem peringatan dini jumlahnya masih terbatas. Sehingga terkait penanganan bencana itu juga perlu dilakukan penganggaran dan pengadaan alat.
"Untuk EWS banjir kita ada lima titik, kondisinya cukup baik walaupun kadang kadang rusak kita perbaiki, kita ada teknisi EWS, termasuk EWS longsor juga Bantul punya dua, kemudian punya provinsi ada tiga, sehingga ada lima titik di Bantul,"
Kata Agus terkait kondisi EWS yang beroperasi
Agus mengatakan, bahkan saat ini, EWS longsor yang digunakan terkadang mengalami kerusakan. Sehingga butuh perbaikan dan juga perawatan rutin.
“Kalau EWS longsor ini kita sedang melakukan kajian di sekitar Makam Raja-Raja Imogiri, tahun ini kita ada pengadaan EWS banjir dan longsor di satu titik, ke depan tentunya akan dianggarkan lebih banyak lagi, karena potensi longsor, potensi banjir yang ada di Bantul banyak," pungkas Agus.